Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Rabu, 17 Juli 2019

Piagam Taman Siswa dan Suwardi Suryaningrat

Koleksi saya ini adalah sesuatu yang spesial, yaitu piagam Taman Siswa dengan tanda tangan Suwardi Suryaningrat!
Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara adalah seorang ningrat Paku Alam. Lahir dari keluarga kerajaan bukan berarti Suwardi tidak peka terhadap emansipasi masyarakat inlander pada masa itu. Bersama dengan kakaknya yaitu sang Stakingskoning (Raja Mogok) Suryapranoto, Suwardi mencurahkan tenaganya memperjuangkan hak dan persamaan kaum inlander di tanah HindiaSalah satu contoh perjuangan Suwardi adalah pendirian Taman Siswa. 
Apakah itu Taman Siswa? Taman Siswa adalah sekolah yang diperuntukkan bagi kaum inlander. Pembentukannya sendiri bertujuan membuat sistem pendidikan nasional yang berdasarkan budaya bangsa Indonesia dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. Pendidikan yang ditawarkan Taman Siswa disini adalah media untuk mencapai tujuan perjuangan. Yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin.
Taman Siswa didirikan pada tahun 1922, Suwardi berposisi menjadi kepala sekolahnya. Taman Siswa dimasukkan kedalam Nationaal Instituut (Institut Pendidikan Nasional Hindia Belanda) pada tahun 1923. Dalam perjalanan hidupnya, Taman Siswa mendapat tentangan dari Pemerintah Hindia Belanda. Namun mereka bisa selamat dan tetap eksis hingga sekarang serta meluas kemana - kemana. Berikut adalah saksi bisu dari perjuangan Suwardi di bidang pendidikan, piagam Taman Siswa. 

Bagian kiri piagam dalam tulisan Jawa dan berbahasa Jawa pula

Sebelah kanan dalam tulisan latin dan bahasa Belanda

Piagam dicetak dipercatakan Buning, Yogyakarta.
Kemungkinan piagam merupakan cetakan ke 8279

Logo Taman Siswa Zaman Belanda
Tulisan belanda yaitu "Nationaal Onderwijs Instituut Hoofdzetel Jogjakarta" yang berarti Institut Pendidikan Nasional.
Tulisan jawa di tengah adalah "Taman Siswa Ngayogyakarta"

Seperti yang anda lihat, piagam ini adalah piagam ucapan terima kasih untuk sebuah sumbangan. Sumbangan yang dimaksud adalah sumbangan yang diberikan kepada seksi musik Taman Siswa. Terlihat piagam dalam dua bahasa, Jawa dan Belanda. Berikut adalah transliterasi bagian Jawa.
Tata Tentrem
Langen Swara - Taman Siswa
Ngemban Karsaning Sang Rare
Serat Dana Pracihna
Taman Siswa sampun ngakeni tampi arta dana saking "Tuwan Domine A Pos" kathahipun "sadasa" rupiyah.
Boten langkung Taman Siswa matur geng panuwunipun.
Ngayogyakarta ping "18 Februwari 1926"
Juru Pamonging Taman Siswa
"Suryaningrat"
Lawan Sastra Ngesti Mulya.
Suci Tata Ngesti Tunggal. 


Untuk arti dan isi, dituliskan bahwa seorang Eropa bernama Ds. A. Pos menyumbang uang sebesar 10 gulden untuk bagian musik Taman Siswa yaitu Langen Swara. Sang penyumbang disini adalah pendeta yang cukup dikenal di masanya. Terutama dalam usaha pengembangan agama Kristen di Yogyakarta dan sekitarnya.
Ds. A. Pos atau Dominee A. Pos (Kemungkinan Abraham Pos. Lahir tahun 1888 dan meninggal tahun 1971) adalah seorang misionaris Belanda untuk daerah Yogyakarta. Bersama dengan Dr. F. L. Bakker, Pos diserahi tanggung jawab di daerah Yogyakarta, Tungkak, Patalan, Candi Sewu, dan Wates. Di daerah - daerah tersebut didirikan kantor untuk para misionaris Belanda tersebut. Dalam tugasnya Pos dibawah wewenang Gereja Amsterdam serta Noord Holland. Sedangkan di Hindia, dia dibantu oleh seorang pendeta inlander yaitu Ds. Soepater. Pos mulai bekerja di daerah tersebut pada bulan November 1921, sebelumnya dia bertugas di Solo. Selama hidupnya, Pos berhasil meningkatkan jumlah pemeluk agama kristen didaerahnya. Bahkan salah satu jasanya adalah membangun GKJ (Gereja Kristen Jawa) Wates. Pos tercatat masih hidup pada tahun 1957 dan masih setia menyebarkan ajaran agamanya.
Pendeta Abraham Pos beserta istri.
Sumber
Pos pada era 1950-an.
Sumber

Kembali kepada Taman Siswa, besar kemungkinan pada saat Pos bertugas di kota Yogyakarta dia bersua dengan Suwardi Suryaningrat. Ada kemungkinan pula sang misionaris merasa kagum dengan idealisme pendidikan ningrat Paku Alam tersebut. Alhasil dia memberi sebuah sumbangan untuk bagian musik sekolah yang masih berusia 5 tahun tersebut. Ada kemungkinan lain dibalik sumbangan tersebut. Saat itu Taman Siswa membutuhkan dana untuk kelangsungan bagian Langen Swara mereka. Ini jika kita melihat piagam Taman Siswa lainnya dari Museum Ki Hajar Dewantara berikut ini.
Sumber

Meski terlihat serupa, namun piagam diatas adalah piagam kredit. Piagam yang bertanggal 1 Januari 1926 tersebut menyatakan menerima pinjaman sebesar 5 gulden untuk kemajuan bagian Langen Swara. Ada kemungkinan Pos yang melihat usaha pengumpulan dana tersebut memutuskan untuk ikut membantu. Namun tidak melalui ikut serta dalam pinjaman melainkan pemberian hibah yang besarnya dua kali lipat dan terjadi di bulan berikutnya.
Tentang piagam, jika anda perhatikan, keduanya ditandatangani oleh seorang bernama Suryaningrat. Siapakah Suryaningrat disini? Kemungkinan besar adalah Suwardi Suryaningrat sendiri. Sebagai pemimpin atau Kepala Sekolah Taman Siswa, logis dia menandatangani piagam yang penting seperti ini. Sebagai pembanding, terdapat foto Suwardi Suryaningrat lengkap dengan tanda tangannya.




Jika anda perhatikan dengan seksama, tanda tangan aksara Jawa tersebut sama atau sangat serupa. 
Anda mungkin juga bertanya - tanya, mengapa Suwardi Suryaningrat memiliki dua tanda tangan berbeda bukan? Karena saat itu orang Jawa mempunyai dua macam tanda tangan. Yaitu dalam aksara Jawa dan aksara latin. Berikut contoh dua macam tanda tangan dari Pangeran Mangkunegara VII.
Sumber

Tentang tanda tangan Suwardi sendiri ada kemungkinan dia merubah tanda tangannya kelak. Yaitu saat dia mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Bagi seorang ningrat Jawa, dalam hidupnya dia memiliki dua nama. Nama muda dan nama saat dia menginjak usia 40 tahun. Seperti Suryodilogo menjadi Paku Alam, Prangwadono menjadi Mangkunegara, atau Hangabehi menjadi Pakubuwana XI. Namun sayang saya masih belum menemukan tanda tangan Ki Hajar Dewantara.
Tanda tangan Pakubuwana XI saat bernama Hangabehi

Sebelum saya menyudahi artikel ini, sejenak kita menengok desain piagam Taman Siswa. Uniknya model piagam tidak terlalu berbeda dengan piagam yang dicetak pada tahun 1947.
Piagam Koespratomo, ayah komika Pandji Pragiwaksono.
Dicetak paska pemberlakuan ejaan Suwandi pada tahun 1947.
Sumber

Warna putih, hiasan merah, adanya lambang Taman Siswa. Meski piagam diatas diperuntukkan kepada siswa yang lulus, namun elemen masing - masing piagam sama.
Jadi inilah saksi bisu dari perjuangan Suwardi Suryaningrat


Usia: 1926

Senin, 01 Juli 2019

Masih di Alexandria

Setelah sudah setahun, saatnya saya melanjutkan diary kembali.  :) Selagi menunggu komputer bisa aktif lagi.
Sama seperti entry terakhir kali, catatan berupa surat dan bukannya uneg - uneg.

Laut Tengah, Alexandria - Port Said 
Februari 16, 1959 

Tinyku yang kukangeni banget, 
Tadi malam bongkar muat tidak bisa selesai, dikarenakan kelelahan dan hujan. Pagi ini baru bisa dilanjutkan. Meski begitu, udara sangat baik dibanding tadi malam. Akan tetapi aku sudah tidak ingin mengunjungi kota Alexandria lagi. Karena saat aku berkeliling malamnya, kulihat jarak kapal dari pelabuhan jauh. Selain itu pula, jalan di pelabuhan juga becek dan hujan yang tidak menentu. Di kapal, aku hanya bisa main ping pong dan membaca. Kupinjam buku milik pelayan, Tafsir Al-Quran milikku juga kubaca. 
Sore ini tadi jam 5, kami sudah meninggalkan dermaga. Keluar di pelabuhan pada pukul setengah 6, kami meneruskan perjalanan ke Port Said. Jika lancar, fajarnya kami sudah tiba disana. Jika tidak ada apa - apa pula, sorenya berangkat melewati Suez Canal di Suez. Wah jika lewatnya malam hari ya disayangkan tidak bisa berkamera. Jika terjadi, ya tidak apa - apa. 
Tiny, aku akan sedikit mengingatkan. Kelak jika menjemputku di pelabuhan Priok (Tanjung Priok), aku dibawakan buku kamus bahasa Inggris - Indonesia. Belikan kamus itu tadi: Inggris - Indonesia / Indonesia - Inggris, akan kukirimkan ke Tom White. Dia vice manager (assistent manager) Inward Freight Funch Edye; bukunya akan kutitipkan kapal Zeeland yang sepertinya kembali ke New York sehabis bongkar muat di Indonesia. Selain itu, belikan kartu yang gambarnya Serimpi atau pemandangan Indonesia. Nanti kutulis sebagai pengantar buku. Dikemas tapi jangan dilem. Jangan lupa ya? 
Dibawah ini kucantumkan lagi posisi kapal. Melanjutkan suratku tanggal 11 Februari. 
12 Februari - Tripoli 
13 Februari -  32.56 Lintang Utara dan 13.13 Bujur Timur
Sumber

14 Februari - 32.27 Lintang Utara dan 24.47 Bujur Timur
Sumber

15 Februari - Alexandria 
16 Februari - Alexandria 

Sudahan dulu ya Tiny, besok jika jadi menerima surat darimu yang kau kirim ke Port Said, kubalas lagi. Doaku untukmu agar diberi keselamatan dan kecupku untuk Totom yang tampan. Serta cintaku kepadamu siang maupun malam.


Usia: 1959