Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indië hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Kamis, 31 Desember 2015

Margit Hollinger mit Sütterlin in Frankreich

Mungkin saya mendapatkan semacam buah simalakama disini.
Meskipun ini adalah diary tertua yang pernah saya dapatkan yaitu tahun 1929 - 1931 namun tulisan yang tertera pada buku ini sangat susah dibaca!
Dilihat dari beberapa tulisan yang bisa dibaca, diketahui bahwa pemilik buku harian ini dulunya bernama Margit Hollinger. Saat ditelusuri lebih lanjut, dia menulis buku harian ini dalam bahasa Jerman. Contohnya penulisan hari seperti Sonntag dan Freitag. Ini juga didukung dengan gaya tulisan yang dipakai yaitu Sütterlin, tulisan yang biasa dipakai oleh orang Jerman pada era sebelum Perang Dunia II.


Selain itu pula, saat itu dia tinggal di Paris. Mengapa Paris? Karena tempat-tempat terkenal di Paris dia ceritakan disitu dari Avenue Champs-Elisee, Pont d' Alma, Champs du Mars, dan Ecole Militaire
Yang unik sepertinya dia sempat berurusan dengan polisi disana. Dengan terlihatnya kata Prefecture de Police dan carte identite.
Avenue Champs-Elisee pada tahun 1930
Sumber: amazon.com

Pont d' Alma
Tempat yang sama kelak
Putri Diana tewas ...
Sumber: delcampe.com

Champs du Mars
Di depan menara Eiffel

Ecole Militaire
Sumber: etsy.com

Prefecture de Police pada tahun 1900
Sumber: pinterest.com

Emblem Prefecture de Police Paris 
pada era tahun 1930-an
Sumber 


Sayang sekali saya belum bisa menafsirkan buku harian ini. Saya hanya bisa membaca apotheker pada entry terakhir. Jika kita bisa membaca dan menafsirkan seluruh isi buku ini, sangatlah menarik jadinya karena kita bisa membayangkan seperti apa pandangan personal orang Jerman pada masa itu terhadap Prancis. Apakah ada rasa dendam atau Margit hanya sekedar tinggal sementara di kota Paris yang glamor ini. Jadi untuk semua ini, saya lebih memilih mendapatkan buku ini daripada hilang untuk selamanya. Saya berharap kelak saya dapat membacanya atau ... a german linguist can read it loool


Usia: 1929 - 31

Kamis, 24 Desember 2015

Senjata made in Demakijo and TGP

Judul yang terdengar gado-gado bukan? lol
Bagi anda pemerhati sejarah pada masa Revolusi Kemerdekaan (1945-49) pasti anda pernah mendengar nama Demakijo. Bagi anda yang lupa atau belum pernah mendengarnya, Demakijo adalah salah satu tempat industri persenjataan kita. Yap, sebelum Pindad eksis, Indonesia sudah mempunyai sebuah pabrik persenjataan pada masa perjuangan. 
Demakijo atau Demak Ijo sendiri adalah sebuah bekas pabrik gula di Sleman, Yogyakarta. Pabrik gula yang sudah lebih dahulu tidak beroperasi sejak jaman kekuasaan Jepang ini langsung dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproduksi persenjataan. Seperti halnya teknologi persenjataan dari sebuah negara yang belum kuat dalam bidang industri, kualitas persenjataan Demakijo dapat dibilang LWO. Contohnya seperti laras senjata yang mudah membengkok saat senjata ditembak secara otomatis terlalu lama serta granat yang meledak lebih cepat. Namun tidak dipungkiri, ide dan kreativitas para pejuang Indonesia pada masa itu tidak bisa dipandang sebelah mata. Maka mari kita lihat seperti apa persenjataan Demakijo dari buku Koleksi Senjata di Museum Pusat ABRI Satriamandala terbitan 1977 yang saya miliki ini:




Cek thread forum ini untuk melihat beberapa contoh lain dari senapan buatan Demakijo dan senjata-senjata asli yang menjadi dasar pembuatan senapan Demakijo.

Setelah Demakijo, berikutnya adalah TGP. Apa itu TGP? TGP adalah Tentara Genie Pelajar, dalam hal ini pasukan TGP di wilayah Surakarta atau Solo. TGP sendiri adalah salah satu cabang Tentara Pelajar yang mempunyai 2 tugas yaitu selain bertempur yaitu tugas bumi hangus dan tugas perbengkelan serta penciptaan senjata - amunisi. Untuk pabrik persenjataan TGP sendiri terletak di Tirtomoyo, Wonogiri provinsi Jawa Tengah. Salah seorang anggotanya yang bernama Pranggono berhasil membuat senapan ini
Sumber:
Catatan Kisah Perjoangan Taruna Patria Sala Merdeka atau Mati Bagian I
Karangan S. Diasmadi DSG. Diterbitkan Yayasan Al-Qalam, Jakarta. 1983, halaman 85-88.

Senapan mesin ringan Jepang Tipe 99.
Sumber
Senapan bernama Pren Gun yang mirip dengan Pistol Mitraliur MK II Demakijo dan Sten Gun Inggris ini mempunyai bentuk khas yaitu muzzle flared atau bagian ujung lubang senapan berbentuk lebih lebar daripada lubang senapan. Tidak diketahui apa tujuan dibuatnya bentuk tersebut, tapi ada dua kemungkinan, pertama agar peluru menyebar lebih luas saat digunakan untuk pertempuran jarak dekat. Atau kedua, agar cahaya tembakan tidak terlihat alias alat tersebut juga berfungsi sebagai flash suppressor. Bentuk ujung Pren Gun tersebut mirip dengan ujung senapan mesin ringan Jepang yaitu Tipe 99. Tentang nama Pren Gun, terlihat aneh memang. Sekilas seperti nama Bren Gun tetapi kenapa bentuknya Sten Gun? Ada kemungkinan nama Pren Gun diambil dari penciptanya dan dilebur dengan nama Sten Gun, senapan asli yang ditirunya. Alhasil Pren Gun adalah Pranggono + Sten Gun = Pren Gun. Selain Pren Gun, TGP Solo juga membuat granat gombyok dan granat pembakar (brandfles).
Sebagai tambahan dari informasi diatas, berikut adalah perbandingan senjata api serupa dan hampir sejaman yang dibuat oleh Cina pada dekade 1930an. Dari yang berkualitas tinggi dari klon pistol Jerman Mauser C.96

... hingga yang berkualitas sedang hingga LWO ...



Sekedar tambahan informasi, setelah masa kemerdekaan. Indonesia sempat berinisiatif untuk memodifikasi senjata peninggalan KNIL. Contoh kasus ini adalah mengganti kaliber peluru senapan KNIL Mannlicher M95 dari kaliber standar KNIL 6,5 mm menjadi kaliber standar Inggris .303 inci pada tahun 1956. Seperti yang diperlihatkan pada video berikut.

Seperti yang anda lihat, kita bisa mendengar bahwa senapan modifikasi tersebut memiliki beberapa fitur unik. Dari karet tambahan di ujung popor yang terbuat dari karet ban sepeda dan marking senapan yang berupa bintang sudut 5. 
Setelah memperhatikan semua ini, anda semua pasti merasa kaget bukan? Dalam usianya yang sangat muda, Indonesia sebenarnya sudah mempunyai teknologi angkatan bersenjata yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Selain itu pula potensi kemampuan Angkatan Bersenjata tidaklah kecil, dari Angkatan Darat yang mempunyai pabrik persenjataan, Angkatan Udara yang operasional dan sempat melancarkan serangan udara, serta Angkatan Laut yang sudah mencoba untuk memproduksi kapal selam. Jika saja diberi waktu lebih banyak, bukan tidak mungkin kualitas persenjataan yang dibuat bisa sama bagusnya dengan Mauser Cina diatas. Dapat dikatakan, jika dibandingkan dengan negara-negara bekas koloni Eropa lainnya pada masa yang sama, Indonesia paling kuat dalam bidang teknologi militer.


Usia: 1977


Oh dan selagi kita ada di post senjata, saya sekaligus akan menjawab sebuah "pertanyaan". Saya melihat ada seorang pengunjung yang mencari artikel tentang "apakah ri pernah beli senapan ppsh"? Jika kita melihat buku katalog museum ini maka jawabannya tidak.
Menurut katalog, persenjataan blok timur yang disimpan di museum tersebut adalah
  1. Pistol Soviet Tokarev TT 1930sumbangan TNI-AD. (Tokarev TT-33)
  2. Pistol Cekoslovakia Czech Cz-47, sumbangan TNI-AD. (gambar tidak menyerupai pistol Cz-47, melainkan pistol Italia Beretta M34)
  3. Pistol Cekoslovakia Czech, sumbangan TNI-AD. (Vz. 38)
  4. Pistol Isyarat Soviet, sumbangan TNI-AD. (Pistol Isyarat SPSH)
  5. Pistol Isyarat Cina, sumbangan TNI-AD. (Klon SPSH)
  6. SMG Cekoslovakia M 25, sumbangan TNI-AD. (Cz. Model 25 / Sa 25 / Sa. Vz. 48b)
  7. Senapan Cina Chung, sumbangan TNI-AU. (SKS Tipe-56) saya masih bertanya-tanya kenapa senapan ini dipanggil Chung. padahal itu bukan nama resmi Cina-nya. Apakah nama Chung berasal dari aksen Hokkian Chung Kuo yang artinya Tiongkok atau Cina?
  8. Senapan Soviet SKS, sumbangan TNI-AD.
  9. Senapan Serbu Cekoslovakia Czech She, sumbangan TNI-AD. (Vz. 58) ini lagi nama yang aneh seperti Chung. Berbeda sekali dengan literatur negara asalnya, Vz disini adalah kependekan dari Vzor.
  10. Senapan Serbu Soviet AK-47/1953, sumbangan TNI-AD.
  11. Senapan Serbu Soviet AK-47/1967, sumbangan TNI-AD.
  12. Senapan Mesin Ringan Cekoslovakia ZB 26 Brno, sumbangan TNI-AD.
  13. Senapan Mesin Ringan Soviet Degtyarev (RPD), sumbangan TNI-AD.
  14. Senapan Mesin Ringan Cekoslovakia Czech Model 52/57, sumbangan TNI-AD. (Vz.52/57)
  15. Senapan Mesin Berat Soviet D.Sh.K M 1938, sumbangan TNI-AD.
  16. Senapan Mesin Berat Soviet Goryunov M1943 (SG-43), sumbangan TNI-AD.
Anehnya katalog menyebut negara untuk senapan serbu G3 Model 58 dari Jerman Timur. Padahal senapan tersebut produksi Jerman Barat.
Senjata-senjata di atas belum termasuk peluncur roket, mortir, ataupun penyembur api.

Senin, 21 Desember 2015

Star Wars

Fiuh... setelah menonton film Star Wars VII : The Force Awakens dan terlambat 3 hari dari premiere 
Sumber

Menyimpan tiket bioskop ... apa yang saya lakukan mirip dengan orang ini hehehe

saya berinisiatif memperlihatkan beberapa koleksi Star Wars saya.
Sejak kecil jujur saja, saya tidak terlalu mengerti tentang Star Wars saya baru mulai mengenalnya pada tahun 1999 dari mulai tayangnya prequel Star Wars I: The Phantom Menace. Namun karena namanya juga anak-anak pada saat itu saya berumur 11-12 tahun saya sempat membeli mainan stormtrooper seperti dibawah ini
CROWD CONTROL STORMTROOPER

Mainan yang tergolong mahal pada tahun 1996-97, dengan harga 50 ribu rupiah. Tapi tetap saja mainan tersebut tergolong keren. Sangat disayangkan, mainan tersebut hilang pada saat saya pindah rumah pada tahun 2004 dan saya masih menyesalinya hingga detik ini.
Selain mainan itu, saya juga sempat melihat mainan Star Wars lainnya yang tergolong murah dan gampang didapat ... kalau ini bisa disebut mainan. Lebih tepatnya adalah kartu koleksi, bonus dari makanan ringan chiki, jet Z, chitato dan cheetos. Meskipun koleksi original saya sudah lama hilang, namun beberapa bulan yang lalu saya sempat mendapatkannya kartu serupa dan masih lengkap dalam bungkus plastiknya.
Kartu ini pada intinya terbagi 2 macam. Pertama adalah kartu yang seperti kartu biasa. Muka depan terdapat gambar adegan dan muka belakang yaitu nama produk makanan ringan diatas. Uniknya juga terdapat tulisan "Perang Bintang" atau terjemahan Indonesia Star Wars.
Kartu Nomor 036
Luke Skywalker dengan Tauntaun di planet Hoth.
Adegan Star Wars V: The Empire Strikes Back

Kartu nomor 006
Luke Skywalker dengan pamannya yaitu Owen Lars saat bernegosiasi dengan Jawa untuk membeli C-3PO dan R2D2
Adegan Star Wars IV: A New Hope

Kartu Nomor 016
Leia Organa dengan ayahnya yaitu Darth Vader
Adegan Star Wars IV: A New Hope
Saya selalu memanggil Darth Vader, "Mbah" / Kakek Vader berhubung dia a long time ago hehehehe

Untuk kartu kedua, seperti klise untuk proyektor. Jika anda sinari bagian gambar dengan senter, maka bayangannya akan muncul pada dinding. Saya masih ingat, saya bermain-main dengan kartu Tie Fighter
Kartu Nomor 018.
Chewbacca, Han Solo, Luke Skywalker dan Obi Wan Kenobi di Millenium Falcon.
Adegan Star Wars IV: A New Hope

Kartu nomor 035.
Luke Skywalker bersama Tauntaun di planet Hoth.
Adegan Star Wars V: The Empire Strikes Back


Kartu Nomor 022.
Pasukan Stormtrooper.
Adegan kemungkinan pada Star Wars IV: A New Hope

Selain koleksi tersebut, koleksi saya awalnya tidak pernah diduga bertambah saat saya pergi ke Singapura, dalam rangka pengobatan pada Februari 2006. Saat diajak ke Singapore Science Centre, pada saat itu terdapat pameran Star Wars. Maka saya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut dan langsung memesan tiket masuk The Art of Star Wars.
Pameran berlangsung dari November 2005 hingga 2006. Februari 2006 sudah terdapat 18.000-an pengunjung. Itu berarti tiap bulannya pameran dikunjungi rata-rata sekitar 4.500 orang!

Saya mendapatkan tiket dengan nomor 18.222 dan berhubung saya masih dalam area dibawah angka 20.000, maka saya mendapatkan bonus koin gratis Star Wars!
Koin yang dibuat dari nikel ini bergambar muka "Mbah" Vader dan dibagian belakang bergambar kanji Cina tahun anjing 2006. Koin yang dibuat sebanyak 20.000 buah ini dicetak oleh The Singapore Mint.



Selain koin tersebut, saya masih menyimpan brosur dari pameran tersebut.



Pada bagian lipatan dalam terdapat poster kecil Obi Wan Kenobi dengan Anakin Skywalker

Akhirnya setelah menonton pameran tersebut, haram hukumnya untuk tidak membeli memorabilia Star Wars. Awalnya saya tertarik dengan permainan monopoli Star Wars. Saat saya tanya berapa harganya ... 100 dolar Singapura atau saat itu sekitar 600 ribu rupiah! Karena terlalu mahal, pada akhirnya saya lebih memilih membeli pin The Rebellion Era Icon.
Pin yang terbuat dari timah pewter ini melambangkan Galactic Empire, pihak antagonis dari Star Wars edisi original. Meskipun hanya berharga sepersepuluh dari monopoli tadi, namun saya senang sekali membeli pin tersebut. Dan saya selalu memakai pin ini hingga bagian belakang pin tersebut hilang pada tahun-tahun terakhir dekade 2000-an. 

Selain barang-barang diatas, saya juga sempat mempunyai action figure tokoh-tokoh Star Wars. Namun sayang, semuanya hilang karena pindah rumah. Pindah rumah memang bisa menjadi mimpi buruk bagi para kolektor....


Usia: 1996 - 2015