Label

agfa (4) amerika (61) belanda (217) buku (79) bulu tangkis (6) calm before storm (1919-1938) (83) canteen (6) cina (25) diary (22) dongeng (2) filateli (30) film (7) foto (64) gaji (3) gevaert (3) happy birthday (8) helm (22) hukum (2) indonesia (256) inggris (53) italia (15) jepang (60) jerman (69) kanji (10) kapal (36) kartun (1) kenang-kenangan invaliden (4) kepala negara (68) knil (93) komik (1) koos allemany (18) koran (5) liner (2) lukisan (3) m1 (11) majalah (15) manual (10) medali (31) misteri (20) muara-buku (12) museum goes to campus (8) musik (6) named collection (24) olah raga (9) once upon a time (3) paper work (45) paska soviet (19) pengumuman (8) perang dingin (158) perang dunia I (32) perang dunia II (162) personal tale (4) perwira (73) peta (9) polisi (18) post-napoleonic (6) prajurit (80) propaganda (57) repro (4) rusia (14) sekolah (7) senjata (18) seragam (32) sipil (107) Story Behind Letter (5) surakarta (70) tentara (137) tni (91) ulang tahun blog (17) unik (72) update (49) veteran (10) victorian-edwardian (41) video (18) voc (11) Wij Strijden Met De Teekenstift (52)

Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Tampilkan postingan dengan label paper work. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label paper work. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 Juli 2019

Piagam Taman Siswa dan Suwardi Suryaningrat

Koleksi saya ini adalah sesuatu yang spesial, yaitu piagam Taman Siswa dengan tanda tangan Suwardi Suryaningrat!
Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara adalah seorang ningrat Paku Alam. Lahir dari keluarga kerajaan bukan berarti Suwardi tidak peka terhadap emansipasi masyarakat inlander pada masa itu. Bersama dengan kakaknya yaitu sang Stakingskoning (Raja Mogok) Suryapranoto, Suwardi mencurahkan tenaganya memperjuangkan hak dan persamaan kaum inlander di tanah HindiaSalah satu contoh perjuangan Suwardi adalah pendirian Taman Siswa. 
Apakah itu Taman Siswa? Taman Siswa adalah sekolah yang diperuntukkan bagi kaum inlander. Pembentukannya sendiri bertujuan membuat sistem pendidikan nasional yang berdasarkan budaya bangsa Indonesia dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. Pendidikan yang ditawarkan Taman Siswa disini adalah media untuk mencapai tujuan perjuangan. Yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batin.
Taman Siswa didirikan pada tahun 1922, Suwardi berposisi menjadi kepala sekolahnya. Taman Siswa dimasukkan kedalam Nationaal Instituut (Institut Pendidikan Nasional Hindia Belanda) pada tahun 1923. Dalam perjalanan hidupnya, Taman Siswa mendapat tentangan dari Pemerintah Hindia Belanda. Namun mereka bisa selamat dan tetap eksis hingga sekarang serta meluas kemana - kemana. Berikut adalah saksi bisu dari perjuangan Suwardi di bidang pendidikan, piagam Taman Siswa. 

Bagian kiri piagam dalam tulisan Jawa dan berbahasa Jawa pula

Sebelah kanan dalam tulisan latin dan bahasa Belanda

Piagam dicetak dipercatakan Buning, Yogyakarta.
Kemungkinan piagam merupakan cetakan ke 8279

Logo Taman Siswa Zaman Belanda
Tulisan belanda yaitu "Nationaal Onderwijs Instituut Hoofdzetel Jogjakarta" yang berarti Institut Pendidikan Nasional.
Tulisan jawa di tengah adalah "Taman Siswa Ngayogyakarta"

Seperti yang anda lihat, piagam ini adalah piagam ucapan terima kasih untuk sebuah sumbangan. Sumbangan yang dimaksud adalah sumbangan yang diberikan kepada seksi musik Taman Siswa. Terlihat piagam dalam dua bahasa, Jawa dan Belanda. Berikut adalah transliterasi bagian Jawa.
Tata Tentrem
Langen Swara - Taman Siswa
Ngemban Karsaning Sang Rare
Serat Dana Pracihna
Taman Siswa sampun ngakeni tampi arta dana saking "Tuwan Domine A Pos" kathahipun "sadasa" rupiyah.
Boten langkung Taman Siswa matur geng panuwunipun.
Ngayogyakarta ping "18 Februwari 1926"
Juru Pamonging Taman Siswa
"Suryaningrat"
Lawan Sastra Ngesti Mulya.
Suci Tata Ngesti Tunggal. 


Untuk arti dan isi, dituliskan bahwa seorang Eropa bernama Ds. A. Pos menyumbang uang sebesar 10 gulden untuk bagian musik Taman Siswa yaitu Langen Swara. Sang penyumbang disini adalah pendeta yang cukup dikenal di masanya. Terutama dalam usaha pengembangan agama Kristen di Yogyakarta dan sekitarnya.
Ds. A. Pos atau Dominee A. Pos (Kemungkinan Abraham Pos. Lahir tahun 1888 dan meninggal tahun 1971) adalah seorang misionaris Belanda untuk daerah Yogyakarta. Bersama dengan Dr. F. L. Bakker, Pos diserahi tanggung jawab di daerah Yogyakarta, Tungkak, Patalan, Candi Sewu, dan Wates. Di daerah - daerah tersebut didirikan kantor untuk para misionaris Belanda tersebut. Dalam tugasnya Pos dibawah wewenang Gereja Amsterdam serta Noord Holland. Sedangkan di Hindia, dia dibantu oleh seorang pendeta inlander yaitu Ds. Soepater. Pos mulai bekerja di daerah tersebut pada bulan November 1921, sebelumnya dia bertugas di Solo. Selama hidupnya, Pos berhasil meningkatkan jumlah pemeluk agama kristen didaerahnya. Bahkan salah satu jasanya adalah membangun GKJ (Gereja Kristen Jawa) Wates. Pos tercatat masih hidup pada tahun 1957 dan masih setia menyebarkan ajaran agamanya.
Pendeta Abraham Pos beserta istri.
Sumber
Pos pada era 1950-an.
Sumber

Kembali kepada Taman Siswa, besar kemungkinan pada saat Pos bertugas di kota Yogyakarta dia bersua dengan Suwardi Suryaningrat. Ada kemungkinan pula sang misionaris merasa kagum dengan idealisme pendidikan ningrat Paku Alam tersebut. Alhasil dia memberi sebuah sumbangan untuk bagian musik sekolah yang masih berusia 5 tahun tersebut. Ada kemungkinan lain dibalik sumbangan tersebut. Saat itu Taman Siswa membutuhkan dana untuk kelangsungan bagian Langen Swara mereka. Ini jika kita melihat piagam Taman Siswa lainnya dari Museum Ki Hajar Dewantara berikut ini.
Sumber

Meski terlihat serupa, namun piagam diatas adalah piagam kredit. Piagam yang bertanggal 1 Januari 1926 tersebut menyatakan menerima pinjaman sebesar 5 gulden untuk kemajuan bagian Langen Swara. Ada kemungkinan Pos yang melihat usaha pengumpulan dana tersebut memutuskan untuk ikut membantu. Namun tidak melalui ikut serta dalam pinjaman melainkan pemberian hibah yang besarnya dua kali lipat dan terjadi di bulan berikutnya.
Tentang piagam, jika anda perhatikan, keduanya ditandatangani oleh seorang bernama Suryaningrat. Siapakah Suryaningrat disini? Kemungkinan besar adalah Suwardi Suryaningrat sendiri. Sebagai pemimpin atau Kepala Sekolah Taman Siswa, logis dia menandatangani piagam yang penting seperti ini. Sebagai pembanding, terdapat foto Suwardi Suryaningrat lengkap dengan tanda tangannya.




Jika anda perhatikan dengan seksama, tanda tangan aksara Jawa tersebut sama atau sangat serupa. 
Anda mungkin juga bertanya - tanya, mengapa Suwardi Suryaningrat memiliki dua tanda tangan berbeda bukan? Karena saat itu orang Jawa mempunyai dua macam tanda tangan. Yaitu dalam aksara Jawa dan aksara latin. Berikut contoh dua macam tanda tangan dari Pangeran Mangkunegara VII.
Sumber

Tentang tanda tangan Suwardi sendiri ada kemungkinan dia merubah tanda tangannya kelak. Yaitu saat dia mengubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara. Bagi seorang ningrat Jawa, dalam hidupnya dia memiliki dua nama. Nama muda dan nama saat dia menginjak usia 40 tahun. Seperti Suryodilogo menjadi Paku Alam, Prangwadono menjadi Mangkunegara, atau Hangabehi menjadi Pakubuwana XI. Namun sayang saya masih belum menemukan tanda tangan Ki Hajar Dewantara.
Tanda tangan Pakubuwana XI saat bernama Hangabehi

Sebelum saya menyudahi artikel ini, sejenak kita menengok desain piagam Taman Siswa. Uniknya model piagam tidak terlalu berbeda dengan piagam yang dicetak pada tahun 1947.
Piagam Koespratomo, ayah komika Pandji Pragiwaksono.
Dicetak paska pemberlakuan ejaan Suwandi pada tahun 1947.
Sumber

Warna putih, hiasan merah, adanya lambang Taman Siswa. Meski piagam diatas diperuntukkan kepada siswa yang lulus, namun elemen masing - masing piagam sama.
Jadi inilah saksi bisu dari perjuangan Suwardi Suryaningrat


Usia: 1926

Selasa, 04 Juni 2019

Pasukan Keraton Kasunanan Surakarta - Medali dan Tanda Penghargaan

Untuk medali keraton, ada sebuah keunikan dari dikeluarkannya medali - medali tersebut. Berbeda dengan keraton lainnya seperti Kasultanan Yogyakarta, Pakualam Yogyakarta, serta Mangkunegara di Surakarta, keluarnya medali di Kasunanan Surakarta tidak terlepas dari Pakubuwono X. Raja terbesar Kasunanan tersebut sangat terobsesi dengan medali. Sampai - sampai obsesi tersebut menimbulkan tawa di kalangan orang Belanda. Saat seorang pejabat Belanda bertanya berapa banyak medali yang dimilikinya, Pakubuwono menjawab dengan polosnya "15 kati" atau 9 kilogram! Obsesi raja tersebut juga tercermin dari medali yang dia dapatkan berasal dari separuh negara yang ada pada saat itu. Selain itu pula Pakubuwono sempat berkeluh kesah kepada pejabat konsul Amerika Serikat yaitu Walter A. Foote karena Amerika belum pernah memberi dia medali. 
Berbicara tentang medali yang diterima oleh Pakubuwono X, setiap kali dia mendapatkan medali dari negara lain, dia akan memerintahkan pembuatan gending gamelan. Contohnya saat menerima Leopoldsorde atau Ordre de Leopold dibuatlah gending "Boyong" laras pelok patet barang. Saat menerima penghargaan dari Kamboja pada tahun 1901, mungkin įž‚្įžšឿįž„įž„įžŸ្įžŸįžšិįž™įž™įžŸįž–្įžšះįžšាįž‡ាįžŽាįž…įž€្įžšįž€įž˜្įž–ុįž‡ា (kruengissaariyoysa preahreacheaneachakr kampouchea)?, dibuatlah laras slendro patet manyura. Pada tahun 1905 saat mendapatkan Roter Adlerorden dari Kaisar Jerman dan juga Raja Prussia yaitu Wilhelm II dibuatlah Gending Ladrang Sri Kuncara. Melihat dari semua contoh disini maka tidak heran Pakubuwono memandang tinggi sebuah penghargaan alhasil dia memerintahkan pembuatan medali untuk bawahannya. Akibatnya medali Kasunanan bermacam - macam jenisnya pada masa kekuasaannya. Menurut situs forum berikut, ada beberapa medali yang kepada tiap pegawai keraton termasuk didalamnya prajurit keraton seperti Bintang Sri Kabadya, Mendhali Sri Nugroho, Medali Jubileum Perak Pakubuwana X, dan Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X. Untuk penjelasan masing - masing medali, bisa dicek disitus berikut ini.
Harap diperhatikan bahwa beberapa penerima medali mendapatkan keistimewaan yang dikhususkan kepada mereka. Keistimewaan disini salah satunya adalah bentuk penghormatan militer yang dilakukan oleh pasukan keraton yang berjaga. Gerakan "presenteer geweer" yang statusnya diberikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda atau Sunan sendiri, dapat diberikan kepada Bupati Anom yang mendapatkan Bintang Sri Kabadya atau Sri Nugroho. Sedangkan untuk para bawahannya yaitu Mantri yang juga mendapatkan salah satu dari 2 Bintang tersebut tetap akan mendapatkan keistimewaan. Mereka akan dihormat dengan gerakan "aan den schouder geweer mawi saluut" untuk yang berjaga dengan senapan atau "in arm sabel" untuk prajurit yang membawa pedang atau kapmes. Gerakan hormat tersebut juga diberikan kepada para onderofficier baik itu pasukan keraton maupun KNIL yang juga didalamnya adalah pasukan Legiun Mangkunegara.
Lampiran Penghormatan Pasukan Keraton

Contoh - contoh Medali Kehormatan Keraton
Beberapa medali dibuat oleh pabrik Blima di Solo.
Sumber
Bintang Sri Kabadya
Kelas 1
Sumber
Miniatur.
Sumber
Miniatur dengan ribbon berbeda.
Sumber

Kelas 2
Sumber
Miniatur dengan ribbon berbeda.
Sumber
Berbagai macam ukuran medali dengan ribbon berbeda-beda.
Sumber

Kelas 3
Sumber

Kelas 5
Berbagai macam ukuran medali.
Sumber
Medali dengan ribbon berbeda dan miniatur kelas 3.
Sumber

Bros Menggunakan Model
Bintang Sri Kabadya
Sumber


Mendhali Sri Nugroho
Pin Payung Sri Nugroho kelas 3 ? (Pendahulu Mendhali Sri Nugroho)
Sumber
Kelas 1
Sumber

Kelas 4
Sumber

Miniatur Kelas 4
Sumber

Piagam Kelas 3
Medali di online sering disebut dengan Bintang Sri Nugroho.
Sumber

Daftar Abdi Dalem Bupati Anom dan Panewu yang Pensiun
Para Bupati Anom dan Panewu tersebut diberi gelar Bupati dan Bupati Anom tituler.
Selain itu pula, mereka mendapatkan nama sebutan baru.
Perhatikan beberapa abdi menerima Mendhali Sri Nugroho entah kelas IV atau V.
Namun penerima Bintang Sri Kabadya hanyalah 2 orang dan dalam kelas IV

Hingga tahun 1931, medali ini hanya diberikan kepada dua orang Eropa. Yang pertama adalah pemimpin istal keraton bernama Wustlich pada tahun 1910 - 1911. Sedangkan orang kedua adalah Albert Rijborz, perwira gudang senjata keraton pada tahun 1928.

Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X
Kelas 1
Sumber

Mendhali kang minongka kapengetaning pahargyan tingalan dalem tumbuk yuswa 64 tahun
(Medali saat perayaan penghargaan ulang tahun kenaikan tahta 64 tahun)
Kelas 1
Kelas 1 spesial dengan mutiara.
Sumber
Sumber
Miniatur.
Sumber
Medali dibuat oleh Jacob Jan van Goor.
Sumber: Marktplaats

Kelas 2
Sumber

Kelas 3
Medali bersama Medali Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton.
Sumber
Piagam Medali
Nama medali berdasarkan pada yang tertulis pada piagam.
Medali ini lebih dikenal dengan nama "Medali Jubileum (Jubilee - Perayaan Naik Tahta) Perak Pakubuwana X".
Harap diperhatikan bahwa angka 64 pada nama medali merujuk kepada usia Sunan dan bukannya usia tahta.
Piagam ini menyebut medali dianugerahkan pada tanggal 3 Januari 1929

Seperti halnya medali di dunia, medali keraton bisa dipakai berderet pada seragam alias sebagai medal bar.
Bintang Sri Kabadya kelas 1, Medali 200 tahun kelas 1 dan 2.
Sumber

Medali 200 tahun kelas 2, Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X kelas 1, Medali Jubileum.
Sumber

Medali Kerajaan Siam Phattraphon (sekarang Chatturathaphon Mongkut Thai), Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X kelas 1, Medali Jubileum, dan Medali Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton.
Sumber

Bintang Sri Kabadya kelas 2, Medali 200 tahun kelas 2, Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X kelas 2, Medali Jubileum, Medali Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton.
Sumber

Bintang Sri Kabadya kelas 2, Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X kelas 1,  Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X kelas 2 dengan warna ribbon berbeda.
Sumber


Kanjeng Raden Mas Tumenggung Widaningrat dengan Medal Bar medali keraton

Jika melihat beberapa contoh diatas, maka Order of Precedence (tata urutan medali pada Medal Bar atau Ribbon Bar) medali keraton adalah:
  1. Bintang Sri Kabadya
  2. Mendhali Sri Nugroho (?)
  3. Mendhali pangenget enget Karaton Surakarta Hadiningrat 200 tahun (Masa Pakubuwana XI)
  4. Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X
  5. Mendhali kang minongka kapengetaning pahargyan tingalan dalem tumbuk yuswa 64 tahun
  6. Medali Gusti Raden Ayu Sekar Kedaton

Selain medali diatas, ada pula medali yang masih belum diketahui namanya, seperti medali (berikut ini). Kemungkinan medali tersebut dibuat untuk merayakan kenaikan tahta Pakubuwana X pada tahun 1909. Ini dikarenakan relief wajah pada medali sama dengan pada foto (ini). Jika melihat kualitasnya yang belum sebaik medali lainnya. Ada kemungkinan medali tersebut adalah medali pertama kenaikan tahta Pakubuwana X.
Tanda penghargaan ada pula yang berbentuk jam saku atau pocket watch. Contohnya adalah jam saku untuk hierarki lurah desa. Keunikan pada contoh ini terletak pada pin medali peringatan naik tahta ke-40 Pakubuwana X. Ada kemungkinan jam saku tersebut dianugerahkan pada saat acara tersebut.
Sumber
Sumber

Bahan dari perak.
Sumber

Pakubuwana XI sempat mengeluarkan satu buah medali pada 1939 yaitu:
Mendhali pangenget enget Karaton Surakarta Hadiningrat 200 tahun
(Medali Peringatan Keraton Surakarta 200 tahun)
Kelas 1
Sumber

Kelas 2
Sumber
Mniatur.
Sumber
Medali dengan ribbon berbeda.
Sumber
Piagam Medali
Medali lebih dikenal dengan nama "Medali 200 Tahun Keraton Surakarta".
Medali dapat diberikan kepada pegawai keraton yang sudah pensiun seperti contoh piagam ini.
Piagam ini menyebut medali diberikab pada 8 Maret 1939

Medali diatas terbilang unik karena monogram masih memakai monogram Pakubuwana X. Ini mengingatkan kita kepada monogram panji Kyai Slamet / Brekat yang juga memakai monogram Pakubuwana X dan bukannya Pakubuwana XI.
Selain diberikan kepada para anggota keraton, medali juga sempat diberikan kepada orang Belanda. Baik dari kalangan sipil maupun militer atau KNIL.
Luitenant Generaal Heinrich Adolf Cramer (1877 - 1951)
Sumber
Sumber
Kolonel Jan Gerard Karel Kemmerling (1891 - 1945)
Sumber
Generaal Majoor M. Braun
Sumber
J. J. Helsdingen
Sumber

Untuk disandingkan bersama dengan medali Belanda atau dari negara luar, posisi medali keraton pada order of precedence disini menjadi nomor dua. Medali Belanda harus berada pada urutan awal karena Belanda sebagai penguasa Hindia Belanda pada saat itu. Setelah itu entah medali keraton atau medali luar negeri yang berada pada urutan berikutnya.
Pada masa Pakubuwana XII, keraton sempat mengeluarkan beberapa tanda penghargaan baru. Meskipun yang saya temukan di online, hanya beberapa medali peringatan naik tahta.
Pin peringatan usia Pakubuwana XII ke-64 tahun?
Sumber
Sumber

Pin Peringatan Naik Tahta 40 tahun
Emblem belakang terdapat angka jawa 40 tahun.
Sedangkan di muka, angka Jawa dibawah monogram PB 12 adalah 1876-1996.
Menurut saya ada yang aneh dengan angka tersebut.
1876 berasal dari tahun jawa 1945 atau tahun naik tahta. Maka 40 tahun dari 1945 seharusnya 1985 bukan 1996.
Selain itu pula, kedua angka tahun standarnya tidak disamakan. Seharusnya angka tahun dalam standar sama.
Sumber

Pin Peringatan diperuntukkan untuk Tamu Luar Negeri?
Perhatikan typo pada inskripsi pin.
Sumber

Medali peringatan kenaikan tahta 50 tahun Pakubuwana XII
Medali diberikan pada tahun 1993/1994.
Sumber
Medali dengan kualitas lebih rendah.
Ribbon terbuat dari kain dibordir.
Apakah untuk kelas rendah?
Sumber

Medali peringatan usia 80 tahun Pakubuwana XII pada tahun 2002
Sumber
Penghargaan dalam bentuk medali dan bukan dalam bentuk badge.
Ribbon dari kain dibordir.
Apakah untuk kelas lebih rendah?
Sumber

Pada tahun 2004 atau masa Sunan Pakubuwana XIII, keraton mengeluarkan beberapa medali baru. Uniknya nama tanda penghargaan dalam bahasa Malaysia. Namun sebelum medali tersebut keluar, terlebih dahulu keraton mengeluarkan medali untuk memperingati penobatan Pakubuwana XIII sebagai Sunan pada 10 September 2004.
Model medali serupa dengan medali peringatan naik tahta Pakubuwana X.
Monogram adalah PB 13.

Ribbon terbuat dari kain dibordir.
Sumber


Medal Bar Era Awal Pakubuwana XIII
Sumber


Berikut tanda penghargaan keraton M2004 (Model 2004) beserta penjelasannya dalam bahasa Malaysia menurut situs karatonsurakarta.com yang sayangnya sudah tidak aktif lagi.
* Bintang Setia Mangku Paku Buwono XIII
Medali disingkat S.M.P. yang diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang dikira berpengalaman dan taat setia kepada Raja dan penerima ini tidak membawa apa-apa Gelaran tetapi digolongkan sebagai ahli kehormat Kelas 2 diberi jika diperkenan oleh Sri Susuhunan."

* Bintang Gagah Berani
Disingkat B.G.B., medali diberikan kepada:
"Diberikan kepada mereka yang pernah berkhidmat untuk Negara dan sentiasa memikirkan keamanan dan kesejahteraan Negara dan ianya haruslah diperkanan oleh Sri Susuhunan. Tiada gelaran Khusus."

* Bintang Taat Bakti
Disingkat B.T.B. yang diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang Taat dan setia kepada Raja dan Negara mahupun Negeri dan berbakti kepada Negara dan semuanya terutama kepada Karaton dan sentiasa memikirkan pembangunan dan membantu Masyarakat diberi jika difikirkan sesuai oleh Sri Susuhunan. Tiada Gelaran Khusus."

* Bintang Ahli Mangku Paku Buwono XIII
Medali disingkat A.M.P. diberikan kepada:
"Diberikan kepada mereka yang dikira sesuai oleh Sri Susuhunan dan penerima Bintang ini merupakan penerima dan persiapan untuk melangkah kepada peringkat yang lebih tinggi, kebiasaannya penerima ini haruslah mempelajari pelbagai budaya Karaton untuk dianugerahkan Bintang dan Darjah yang lebih tinggi kemudian Hari dan penerima ini hendaklah Taat dan berbakti kepada Negeri mahupun Negara asalnya. Penerima tidak membawa sebarang Gelar."

* Pingat Setia Mangku Paku Buwana XIII
Disingkat P.M.P., medali diberikan kepada:
"Diberikan kepada mereka yang setia kepada Raja dan Negara dan difikir sesuai oleh Sri Susuhunan."

* Pingat Pekerti Terpilih
Medali disingkat dengan P.P.T. dan diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang sentiasa menunjukkan contoh dan boleh menjadi contoh kepada semua dengan pekerti baiknya itu dan dikira sesuai oleh Sri Susuhunan."

* Pingat Khidmat Lama
Disingkat P.K.L. dan diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang perkhidmatannya lama melebihi 25 tahun dalam sesuatu badan dan tidak mempunyai masalah yang berat dalam disiplinnya dan jika difikirkan sesuai oleh Sri Susuhunan."

* Pingat Gagah Berani
Disingkat P.G.B. yang diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang pernah menjadi askar atau pun Polis mahu pun yang sedang bertugas sekarang juga sesuai untuk menerimanya jika difikir sesuai oleh Sri Susuhunan."

* Pingat Jasa Bakti
Medali disingkat P.J.B. dan diberikan kepada:
"Diberikan kepada mereka yang berjasa dan berbakti kepada Negeri dan Negara dan difikirkan sesuai oleh Sri Susuhunan."

* Pingat Pertabahan Sri Susuhunan
Disingkat dengan sebutan P.P. yang diberikan kepada:
"Diberi pada setiap hari pertabalan pada setiap tahun kepada mereka yang menyertainya bolehlah memakai pingat pertabalan ini."

* Surat Kepujian / Penghargaan
Diberikan kepada:
"Diberi kepada mereka yang dikira sesuai menerimanya oleh Sri Susuhunan sebagai contoh mereka yang cemerlang dalam bidang akademik atau pun bidang sukan seperti Juara dalam Sukan juga boleh dipertimbangkan untuk memberi Surat Kepujian ini jika dipersetujui oleh Sri Susuhunan."

Untuk "Bintang", "Pingat", dan "Surat Kepujian", semuanya dibuat pada tahun 2004.
* Darjah Dato' Kanjeng Raden Tumenggung

Tanda penghargaan ini disingkat dengan sebutan D.K.R.T. Pertama kali eksis pada tahun 1893, tanda penghargaan ini disusun ulang pada tahun 2004.
Penghargaan ini diberikan kepada:
"Darjah ini sesuai diberi kepada mereka yang dikira berjasa kepada Negeri Negara mahupun dalam bidang sukarelawan dan sentiasa membantu masyarakat setempat ataupun membantu dari segi penajaan tidak kira diNegara asalnya atau pun di Karaton dan penerima Gelar ini merupakan ahli kehormat dan ianya boleh diberi jika diperkenan oleh Sri Susuhunan."
Untuk penerima pria mendapat gelar "Dato'", untuk sang istri penerima adalah "Datin". Sedangkan penerima wanita disebut "Dato'". Untuk suami penerima penghargaan ini tidak mendapat gelar.

* Darjah Dato' Kanjeng Raden Aryo Tumenggung

Penghargaan ini disingkat dengan D.R.A.T. Eksis pertama kali pada tahun 1893 dan disusun ulang pada 2004.
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini diberikan kepada mereka yang telah mempunyai Darjah sebelum ini atau pun belum mempunyai darjah tetapi layak untuk menerima, mereka ini digolongkan sebagai ahli kehormat dan diberi gelaran ini jika ianya dipersetujui oleh Sri Susuhunan dan beliau ini hendaklah berjasa dan berbakti kepada Karaton."
Untuk penerima pria mendapat gelar "Dato' Paduka'", untuk sang istri penerima adalah "Datin Paduka". Sedangkan penerima wanita disebut "Dato' Paduka". Untuk suami penerima penghargaan ini tidak mendapat gelar.

* Darjah Seri Kanjeng Raden Aryo

Penghargaan ini disingkat dengan S.K.R.A. Pertama kali muncul pada tahun 1893, penghargaan disusun ulang pada tahun 2004. 
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini adalah merupakan Darjah Kelas dua jika dibandingkan dengan Darjah Seri Setia Kanjeng Pangeran dan Darjah ini adalah kepada mereka yang baru dianugerahkan manjadi Dato’ dari Karaton Surakarta dan belum mempunyai pengalaman luas tetapi layak untuk menerima Darjah ini, maka difikirkan sesuai untuk diberi Gelar ini jika ianya diperkenan oleh Sri Susuhunan dan penerima Darjah ini digolongkan sebagai ahli kehormat."
Dengan kata lain, penghargaan ini adalah penghargaan kelas 2.
Bagi penerima pria mendapat gelar "Dato' Seri'", untuk sang istri "Datin Seri". Untuk penerima wanita disebut "Dato' Seri". Untuk suami penerima, tidak mendapat gelar.

Darjah Seri Setia Kanjeng Pangeran

Penghargaan disingkat dengan sebutan S.S.K.P. Pertama kali muncul pada tahun 1893 yang kemudian disusun ulang pada 2004
Tanda penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini beri kepada mereka yang telah pun berjasa dan dikira sesuai oleh Sri Susuhunan dan mereka ini haruslah menyetahui adat istiadat budaya Karaton disamping itu, mereka ini hendaklah sentiasa memikirkan sesuatu perkara yang boleh mendatangkan kebaikan untuk Karaton dan penerima Darjah ini dikelaskan sebagai orang yang dihormati."
Dibanding penghargaan S.K.R.A., S.S.K.P. adalah penghargaan kelas 1.
Pemberian gelar sama dengan S.S.K.P.

Darjah Kerabat Sri Kabadyo

Penghargaan disingkat menjadi D.K.S.K. dan dibuat pada tahun 2004.
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini diberikan kepada mereka yang telah menerima Dato’ atau Gelar dari Istana Surakarta atau telah mempunyai Gelaran Khusus yang diberikan oleh Mana-Mana Raja dan Sultan atau yang DiPertuan Negeri layak menerimanya jika difikirkan sesuai oleh Sri Susuhunan dan beliau hendaklah berjasa dan hendaklah setiasa membantu Istana tidak kira dari apa-apa bidang yakni bidang tenaga atau pun bidang pengelolaan Kebudayaan Jawa dan beliau ini akan menerima gelaran Khusus disamping menerima Gelaran Darjah Kerabat Istana."
Berbeda dengan pendahulunya yang bernama sama, penghargaan ini merupakan penghargaan kelas 2.
Untuk penerima pria mendapat gelar "Dato' Seri" beserta gelar khusus yaitu "Yang Amat Berbahagia Dato’ Seri Paduka Raja" yang kemudian dilanjutkan nama sang penerima. Penerima wanita disebut "Datin Seri'" yang disertai gelar khusus yaitu "Yang Amat Berbahagia Datin Seri Paduka Raja" dan kemudian dilanjutkan nama sang penerima. 

Darjah Kerabat Kanjeng Pangeran Aryo Adipati

Penghargaan disingkat menjadi D.K dan dibuat pada tahun 1893.
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini diberikan kepada mereka yang dikira sesuai oleh Sri Susuhunan dan kebiasaannya seperti Permaisuri Raja / Sultan atau Yang DiPertuan dan juga boleh ditimbangkan kepada anakdanya yang sudah matang dan berjasa kepada Istana dan ianya dikelaskan sebagai ahli yang amat dihormati dan disanjung tinggi."
Tanda penghargaan ini tidak menyertakan adanya gelar.

Darjah Kerabat Sri Nugroho

Penghargaan disingkat menjadi D.K.S.N. dan dibuat pada tahun 1945.
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini diberikan kepada Raja / Sultan atau anakdanya atau Permaisuri atau pun mana-mana Menteri dan Ketua Negara yang berkhidmat lebih daripada 25 Tahun dan dikira layak oleh Sri Susuhunan, Penerima Darjah ini dikira seorang yang amat dihormati dan disanjung tinggi."
Uniknya penghargaan Sri Nugroho ini adalah penghargaan kelas 1 dibandingkan Sri Kabadyo. Berbanding terbalik dengan pendahulu kolonial mereka.
Penghargaan tidak menyertai pemberian gelar.

Darjah Kerabat Tertinggi Kanjeng Pangeran Haryo Adipati

Tanda penghargaan disingkat menjadi D.K.T. yang dibuat pada tahun 1893.
Penghargaan diberikan kepada:
"Darjah ini diberi kepada Sultan atau Raja atau Ketua Negara yang di kira sesuai oleh Sri Susuhunan dan Penerima Darjah ini merupakan ahli Kerabat yang paling tinggi di Istana Surakarta Hadiningrat dan ianya dikelaskan sebagai orang yang amat dihormati dan amat disanjungi."
 Tidak ada gelar yang diberikan untuk penghargaan ini.

Berikut adalah Order of Precedence medali keraton M2004:
DARJAH - DARJAH KERABAT
  1. DARJAH KERABAT TERTINGGI KANJENG PANGERAN HARYO ADIPATI (D.K.T)
  2. DARJAH KERABAT SRI NUGROHO KELAS 1 (D.K.S.N)
  3. DARJAH KERABAT SRI KABADYO KELAS 1 (D.K.S.K)
  4. DARJAH KERABAT KANJENG PANGERAN ARYO ADIPATI (D.K)
  5. DARJAH KERABAT SRI NUGROHO KELAS 2 (D.K.S.N) + DATO’ BERGELAR
  6. DARJAH KERABAT SRI KABADYO KELAS 2 (D.K.S.K) + DATO’ BERGELAR


DARJAH - DARJAH KEBESARAN
  1. DARJAH SERI SETIA KANJENG PENGERAN HARYO (S.K.P.H) DATO’ SERI DIRAJA
  2. DARJAH SERI SETIA KANJENG PANGERAN ARYO (S.K.P.A) DATO’ SERI PADUKA
  3. DARJAH SERI SETIA KANJENG PANGERAN (S.S.K.P) KELAS 1 DATO’ SERI
  4. DARJAH SERI KANJENG RADEN ARYO (S.K.R.A) KELAS 2 DATO’ SERI
  5. DARJAH DATO’ KANJENG RADEN ARYO TUMENGGUNG (D.R.A.T) DATO’ PADUKA
  6. DARJAH DATO’ KANJENG RADEN TUMENGGUNG (D.K.R.T) DATO’


BINTANG - BINTANG
  1. BINTANG SETIA MANGKU PAKU BUWANA XIII (S.M.P)
  2. BINTANG GAGAH BERANI (B.G.B)
  3. BINTANG TAAT BAKTI (B.T.B)
  4. BINTANG AHLI MANGKU PAKU BUWANA XIII (A.M.P)


PINGAT- PINGAT
  1. PINGAT SETIA MANGKU PAKU BUWANA XIII (P.M.P)
  2. PINGAT PEKERTI TERPILIH (P.P.T)
  3. PINGAT KHIDMAT LAMA (P.K.L)
  4. PINGAT GAGAH BERANI (P.G.B)
  5. PINGAT JASA BAKTI (P.J.B)
  6. PINGAT PERTABALAN SRI SUSUHUNAN (P.P)

Untuk pemakaian, tanda penghargaan boleh dipakai bersama pakaian upacara atau pakaian kebesaran.
Medal Bar Prajurit Prawiro Anom
Kemungkinan sang prajurit memakai Pingat Setia Mangku Paku Buwana XIII, Pingat Khidmat Lama, dan Pingat Pertabalan Sri Susuhunan.
Sumber


<--- Tugas Masa Damai                                                                                         Daftar Pustaka --->