Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 17 November 2019

Daerah Konflik - Bataaf hingga Inggris

Ball.
Sumber
3 tahun telah berlalu pasca datangnya Rainier, akan tetapi Inggris datang kembali dengan ancaman baru. Kali ini ancaman yang mereka berikan lebih besar. Saat itu Republik Bataaf yang mengambil alih VOC karena bangkrut, langsung menghadapi usaha invasi Inggris. Pertahanan di Jawa langsung sigap saat skadron royal navy pimpinan rear admiral Henry Lidgbird Ball terlihat di Banten. Seketika mereka menyiapkan meriam pantai. Diwaktu yang sama, Kasunanan dan Kasultanan sudah mengerahkan pasukan mereka dan bergerak ke Batavia.
Van Overstraten.
Sumber
Akan tetapi kedua pasukan tersebut tidak jadi dipanggil. Governeur generaal  Pieter Gerardus van Overstraten menganggap kedua pasukan keraton tidak bagus dalam bertempur di pantai. Bahkan mereka juga dianggap tidak berguna di jalur pertahanan Batavia. Overstraten menganggap kedua pasukan lebih berguna dalam menyerang dan memotong jalur komunikasi lawan jika pasukan Bataaf harus mundur ke dataran tinggi Jawa. Pertahanan di Batavia akhirnya diserahkan kepada 700 orang pasukan Panembahan Madura.
Kemudian Inggris mulai memblokade Jawa dan disaat yang sama Bataaf harus kehilangan dua dari sisa tiga kapal perang mereka. Yaitu Hertog van Brunswijck dan Dolfin saat berduel dengan fregat Inggris HMS Arrogant dan HMS Orpheus pada bulan April. Kekalahan dengan korban yang besar tersebut membuat penduduk Eropa di Batavia murka. Meski Inggris sempat melakukan serangan ke sungai Karawang dan gudang beras di Tanjung Pakis akan tetapi mereka tidak bisa memblokade lebih lama. Ball akhirnya pergi pada tanggal 12 November 1800 setelah bertukar tawanan dengan van Overstraten, Jawa aman ... untuk saat ini.
Setelah Republik Bataaf diganti dengan koninkrijk Holland, diganti pula gouverneur generaal. Mendarat pula seseorang yang akan mengubah jalan sejarah Jawa, orang tersebut bernama Herman Willem Daendels. Daendels yang diangkat menjadi gouverneur generaal pada tahun 1808, melanjutkan misi yang berat yaitu menahan invasi Inggris ke Hindia Belanda. Karena sebelum dia datang, Inggris kembali lagi ke Jawa. Batavia dan Gresik bahkan diserang olehnya. Dalam blokade yang berlangsung satu tahun dari 1806 hingga 1807 ini, pasukan Kasunanan tidak ikut serta dalam pertahanan.
Dalam usaha pertahanannya, Daendels membangun groot postweg yang memakan korban. Dia juga sangat menggantungkan diri dari bantuan pasukan pribumi. Salah satunya adalah pasukan Kasunanan.
Daendels.
Sumber
Pada masa sang Jenderal tangan besi ini, masih timbul intrik politik di vorstenlanden. Peristiwa terbesarnya adalah saat terjadi konflik Raden Ronggo. Ronggo yang merupakan punggawa Kasultanan mempunyai masalah dengan lawan politiknya, Kasunanan serta Daendels. Hal tersebut terkulminasi dengan diserangnya wilayah Kasunanan oleh orang suruhan Ronggo pada Februari 1810. Sunan langsung meminta pertanggung jawaban kepada Sultan. Saat sang Sultan tidak menanggapinya, Sunan langsung melaporkan ke Daendels. Daendels melihat bahwa Sultan harus ditekan secara militer alhasil dia memerintahkan penyerbuan ke Kasultanan. Baik Kasunanan maupun Mangkunegara diperintahkan untuk ikut serta bersamanya dari Semarang. Komandan Garnisun Semarang yaitu brigadegeneraal Frans Carel Philip Ridder von Winckelmann mencatat bahwa pasukan terbagi menjadi 3 kelompok sebanyak 15000 orang. Untuk pasukan Kasunanan dan Kasultanan, mereka tergabung dalam kontingen yang dibawahi Daendels dengan total 6000 orang. 3000 orang lainnya dibawah komando brigadegeneraal G.C.J. Gaupp dari Surabaya dan 6000 orang dari Madura - Sumenep.
Melihat tekanan ini, Sultan pada akhirnya menyerah dan setuju dengan tuntutan Daendels yang salah satunya adalah penyerahan Ronggo. Akan tetapi Ronggo bukannya akan menyiapkan diri ke pembuangan di Buitenzorg (Bogor) melainkan mempersiapkan pasukan perang. Pada akhirnya Ronggo berhasil menyelinap keluar dari keraton dan melancarkan perlawanan. Pemberontakan pecah pada tanggal 20 November 1810 Ronggo langsung memproklamirkan dirinya sebagai Susuhanan dan tujuan pemberontakannya adalah pemusnahan Kasunanan. Holland (saat itu Holland sebenarnya sudah dicaplok oleh Perancis namun kabar belum tiba di Jawa hingga tahun depan) sempat mengirim surat kepada Kasunanan untuk mencegat pergerakan Ronggo melewati Delanggu. Akan tetapi surat tersebut datang terlambat.
Ronggo sendiri yang dalam perjalanan untuk kembali ke kediamannya di Maospati sempat membakar beberapa desa dan gerbang tol milik Kasunanan. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 November. Setelah tiba di Maospati dan dikejar oleh pasukan suruhan Daendels, Ronggo yang awalnya berencana menyerang daerah monconagoro Kasunanan yaitu Ponorogo, membatalkan niatnya.
Melihat ancaman Ronggo semakin besar, Daendels membuat operasi militer gabungan yang terdiri dari Holland, Kasultanan, Kasunanan, dan Mangkunegara. Kasunanan sendiri dibawah pimpinan Tumenggung Sosrodipuro. Selain itu, Kasunanan sudah menyiapkan pasukannya di daerah monconagoro. Pada tanggal 1 Desember, pasukan gabungan berangkat dari Solo dan tiba di Madiun pada 5 Desember. Dari tempat ini yang menjadi pusat kekuatan Ronggo, pasukan gabungan kemudian bergerak ke Maospati dan mulai bertempur pada tanggal 7 Desember. Maospati pada akhirnya berhasil direbut dan nantinya Ronggo gugur saat bertempur di Sekaran pada tanggal 16 / 17 Desember 1810. 
Ironisnya Pakubuwana sendiri ikut memanfaatkan pemberontakan tersebut. Hal tersebut tercermin dengan adanya kerja sama rahasia dengan Hamengkubuwana. Tujuannya adalah mengobarkan pemberontakan yang lebih luas di pesisir jika saja Rangga berhasil.
Saat tahun berganti menjadi 1811, hilang pula Daendels dari eksistensi Jawa. Posisinya digantikan oleh lieutenant general Jan Willem Janssens. Kedatangan Janssens juga dibarengi dengan mulai mendekatnya invasi Inggris ke Jawa. Setelah menaklukan koloni Perancis di Hindia Barat pada tahun 1809 dan 1810 serta penaklukan koloni Perancis di Mauritius pada tahun 1810 dan 1811, Inggris mulai berkonsentrasi pada Hindia Belanda.
Inggris mulai memberangkatkan pasukan invasi dari India pada April 1811. Royal Navy mulai beroperasi di perairan Jawa bahkan sebelum operasi militer dimulai. Pada Mei 1811, pasukan dari Royal Navy berhasil merebut 9 kapal Perancis di Surabaya. Pada bulan Juli, benteng di Merak dibombardir dan dihancurkan olehnya. Di Indramayu, skadron kapal Perancis diserang dan berhasil direbut.
Elemen invasi dari India sempat singgah di Penang dan Malaka. Dengan tidak adanya kekuatan laut Perancis, Inggris berhasil berkumpul di Indramayu pada 30 Juli. Berbeda dengan tahun 1800 dan 1806, mereka kali ini mendarat di Batavia. Invasi Inggris ke Jawa dimulai pada 4 Agustus.
Batavia serta kastilnya pada abad ke-17.
Sumber
Saat Inggris mendarat, pasukan Kasunanan bersama pasukan pribumi lainnya sekaligus Legiun Mangkunegara sudah diperintahkan untuk bergerak menuju ke Batavia. Akan tetapi karena Inggris berhasil memenangkan Pertempuran Meester Cornelis maka Janssens lebih memilih untuk mengerahkan mereka ke Semarang. Meski pasukan sudah terlebih dahulu bergerak sebelumnya pada tanggal 26 Agustus.
Pengerahan pasukan pribumi sendiri untuk menyokong von Winckelmann. Dia bersama major du genie H.C. (?) Cornelis / Hermanus Christian (?) Cornelius, sebelumnya sudah memilih Jatingaleh sebagai titik pertahanan saat dia mendengar bahwa Batavia sudah diserang oleh Inggris. Dalam pikirannya, Inggris akan menyerbu dari 2 titik. Yang pertama melalui pasukan kecil yang menyisir daerah pantai Utara. Sedangkan inti pasukan akan mengusir pasukan pertahanan Batavia. Jatingaleh yang berada di Selatan Semarang dianggap strategis karena hanya bisa dimasuki dari arah muka.
Front Semarang
Sumber

Janssens yang terdesak oleh invasi Inggris, mulai mundur dari Batavia yang sebelumnya ke Buitenzorg dia lanjutkan ke Semarang. Nantinya dia tiba pada tanggal 1 September. Setelah menolak permintaan menyerah dari pemimpin Inggris yaitu Lord Minto, dia mulai membuat pertahanan di Jatingaleh. Dilain pihak, Inggris yang awalnya buta dengan posisi Janssens pasca dari Batavia, berhasil mengetahuinya saat mereka mendarat di Cirebon. Alhasil Inggris yang awalnya mengira Janssens di Surabaya, mengalihkan target ke Semarang. Rencana Inggris kali ini, memukul mundur Janssens ke Solo dan menduduki Jawa Timur.
Benteng de Hersteller.
Sumber
Akhirnya pasukan Kasunanan tiba di Salatiga pada tanggal 6 September. Mereka selanjutnya diinspeksi dan diambil alih oleh von Winckelmann dan general de brigade Balthasar Friedrich Wilhelm Baron von Lutzow dan kemudian diperintahkan ke benteng de Hersteller di kota yang sama. Mereka juga ditemani oleh Sekretaris Minister Kasunanan yaitu W.N. Servatius, Sekretaris Minister Kasultanan yaitu H.W. Gezelschap dan major J.C. (?) Schultze.
Von Winckelmann saat memeriksa pasukan Kasunanan melihat gerombolan manusia yang kebingungan. Pasukan sebanyak 2400 - 2500 orang yang kebanyakan berkuda itu, dipimpin oleh Pangeran Teposono. Dia membawahi 5 orang Tumenggung yang masing - masing memimpin pasukannya. Pasukan juga tidak dipersenjatai dengan baik. Hanya beberapa ratus orang yang membawa senjata api dalam berbagai jenis. Mayoritas dari mereka bersenjatakan tombak, lembing, tongkat dengan ujung besi tajam dan bambu runcing serta ada pula yang membawa keris bahkan pentungan kayu. Sedangkan panji pasukan yang warna warni dipasang di lapangan Salatiga diinspeksi pula oleh kedua jenderal.
Denah de Hersteller.
Sumber
Kemudian pasukan memperlihatkan kebolehannya. Masing - masing Tumenggung memberi komando teriakan perang ke anak buahnya. Kuda berbaris dengan barisan rapat serta tombak terhunus. Bagi kedua jenderal, pasukan tersebut bisa ada kesempatan bertempur jika saja nyali mereka tidak ciut saat menghadapi salvo pertama lawan. Akan tetapi sang Jenderal Belanda - Perancis tersebut menyaksikan bahwa sebagian besar personel baru saja diambil dari pekerjaan domestik mereka. Dengan kata lain, pasukan ini hanyalah pasukan milisi yang direkrut dari kampung - kampung di sekitar Surakarta. Selain itu pula, para personel dipaksa untuk ikut bergabung. Alhasil kesempatan bagi kedua jenderal untuk membawa pasukan dalam kejayaan perang semakin kecil. Hal tersebut juga dikarenakan personel Kasunanan meski dipimpin oleh pimpinan senior dari keraton namun mereka tidak akan dapat dilatih dan bergerak cepat. Orang Belanda saat itu melihat hierarki pasukan keraton sangatlah kaku. Dimana sang pemimpin harus memimpin prajuritnya secara langsung tanpa kecuali. Hal tersebut juga diperparah dengan moral dan kedisiplinan pasukan yang buruk. Pasukan ini dipandang hanya cocok sebagai pajangan belaka. Bahkan mereka dapat menjelma sebagai halangan saat melawan musuh bukannya membantu usaha perang.
Janssens pasca tahun 1815.
Kondisi tersebut masih ditambah dengan dibawanya para pembantu dan pelayan  lengkap dengan kebesaran ala Jawa selain bagi para pemimpin senior juga para pemimpin junior. Suatu kekhasan bagi pasukan pribumi saat itu. Tidak ketinggalan pula, para personel pasukan ada yang membawa istri dan anaknya. Alhasil personel non perang tersebut berjumlah nyaris sama dengan personel perang, meski beberapa diantaranya naik kuda. Akan tetapi kehadiran personel non perang ini menyebabkan pembengkakan logistik untuk kebutuhan mereka.
Satu - satunya jalan agar pasukan Kasunanan bisa bermanfaat adalah dengan menempatkan perwira Eropa. Paling tidak, Perancis berharap dapat memanfaatkan kuda Jawa yang mungil. Dimana dalam formasi rapat yang disertai dengan teriakan perang, pasukan Kasunanan dapat menerjang musuh. Akan tetapi dapat diterka, pasukan akan kalang kabut saat infanteri lawan mulai menembak. Alhasil kebingungan akan melanda mereka sendiri.
Beberapa hari kemudian, pasukan Kasultanan yang dikirim oleh Hamengkubuwana III (pasca pemberontakan Ronggo, Hamengkubuwana II dipaksa turun tahta) dibawah pimpinan Tumenggung Sindonagoro tiba. Tidak ketinggalan Legiun Mangkunegara  yang dipimpin langsung oleh Pangeran Prangwedono (kelak Mangkunegara II). Militer kolonial melihat pasukan Kasultanan berkualitas sama dengan Kasunanan, tidak berani dan inkonsisten. Sedangkan untuk legiun, mereka dianggap buruk bahkan belum pernah ikut pertempuran meski Janssens menganggap kondisinya terbaik dari yang terburuk. Meski kondisi tidak sesuai perkiraan, namun Janssens tetap mempersiapkan seluruh pasukan tersebut di Srondol untuk berperang melawan Inggris.
Karena masalah politis dengan adanya ketakutan bahwa pihak Kasunanan bisa bentrok dengan Kasultanan karena kebencian kedua negara, maka Janssens mengambil keputusan untuk memisah kedua pasukan tersebutPasukan Kasunanan di sayap kanan pertahanan berada di Gombel sedangkan Kasultanan di sayap kiri yang berada di Srondol. Kedua pasukan menempati posisi di pertahanan garis kedua, di depan markas besar Janssens (ada pula yang menyebut, markas Janssens berada di Ungaran bukannya di Srondol). Pasukan Kasunanan sendiri disokong Janssens dengan 4 - 5 buah meriam 12 ponder yang sebelumnya dilatih oleh capitaine du genie Christian Henri Joseph Bachelu, berada di bukit sebelum posisi pasukan Kasunanan. Selain itu pula dekat posisi pasukan, terdapat pula 4 buah meriam 12 ponder lainnya. Alhasil jumlah pasukan pertahanan di Jatingaleh berupa:
  • Legiun Mangkunegara:                                    1400 orang
  • Legiun Colonel C. von (?) Franquemont:          800 orang
  • Garnisun Semarang:                                           150 orang
  • Pasukan Kasunanan:                                         2500 orang
  • Pasukan Kasultanan:                                         2500 orang
  • Piekenier Kabupaten Semarang:                       1000 orang
Total pasukan sebesar 8350 orang
Namun Bernhard van Saxe Weimar Eisenach menyebut jumlah pasukan:
  • Legiun Mangkunegara:                                      1500 orang
  • Legiun Semarang:                                                500 orang
  • Garnisun Semarang:                                             200 orang
  • Pasukan Kasunanan dan Kasultanan:                 6000 orang
Total: 8200 orang
Sumber lain yaitu R.M. Ng. Soemohatmoko dari Mangkunegara juga menyebut angka berbeda:
  • Legiun Mangkunegara:                                       1150 orang
  • Garnisun Semarang & Marinir:                              ?
  • Pasukan Kasunanan:                                           1000 orang
  • Pasukan Kasultanan:                                           1000 orang
  • Pasukan pribumi pesisir utara Laut Jawa:          2000 orang
Total: 5550 orang
Sumber dari India sendiri menyebut jumlah pasukan Perancis saat itu adalah:
  • Pasukan tombak:                                                 7000 orang
  • Pasukan senapan:                                                1000 orang
Total: 8000 orang
Uniknya bahkan Janssens menyebut jumlah berbeda:
  • Legiun Mangkunegara:                                       1400 orang
  • Pasukan Kasunanan dan Kasultanan:                  5500 orang
  • Legiun Semarang:                                                    ?
Total: lebih dari 8000 orang
Pasukan eks-VOC WĆ¼rttembergisches Kapregiment yang eksis dari tahun 1787 - 1808.
Mereka sempat ikut serta dalam pertahanan Batavia melawan Inggris pada tahun 1811.
Bisa jadi beberapa diantaranya ikut serta di Jatingaleh.
Barak mereka terdapat di Semarang yang kelak ditempati oleh Legiun Pakualam sebelum berangkat ke Aceh pada tahun 1873.
Sumber

Meski jumlah pasukan pertahanan sangat besar itu ditambah lagi saat mereka menerima pasukan sebanyak 500 orang yang mundur dari Surabaya pimpinan colonel en second J.P. (?) Bartlo, moral pasukan Jawa tidaklah tinggi. Terutama saat kabar jatuhnya Batavia pada tanggal 26 Agustus. Bahkan pasukan dari Surabaya yang tiba pada tanggal 14 September tersebut mengalami desersi yang tinggi. Belum lagi sejak awal, di posisi pertahanan tidak tersedia makanan untuk para pasukan maupun makanan kuda. Bahkan tidak ada gubuk untuk para prajurit bermalam.
Pada tanggal 11 September, Janssens membagi para perwiranya kepada pasukan pribumi. Untuk pasukan Kasunanan, mereka dibawah pimpinan colonel Francois Ridder du Four. Pada tahun 1810, dia menjabat sebagai komandan Resimen Infanteri Lini kedua. Perwira ini sudah sembuh dari luka yang ia dapat saat Pertempuran Meester Cornelis pada 26 Agustus. Selain du Four, ditempatkan pula beberapa perwira lainnya, bintara, dan prajurit Eropa.
Berikut adalah daftar kesatuan lama du Four. Ada kemungkinan beberapa nama yang tertera ikut serta dalam memimpin pasukan Kasunanan. Karena minimnya data, saya belum bisa mengkonfirmasi siapa saja yang berhasil selamat dari Pertempuran Meester Cornelis bersama du Four.
Tweede Regiment Infanterie van Linie 
(Tahun 1810 - Koninkrijk Holland - Pangkat bahasa Belanda)
Staf 
Kolonel en chef Francois Ridder du Four
Majoor C.A. David von Franquemont
Kapitein Adjudant L.F. Lebours
Kapitein Kwatiermeester F.C. Reimert
Chirurgijn Majoor H. Mesman

Batalion Pertama
Staf
Luitenant Kolonel G. Grashuis
Eerste Luitenant Kwartiermeester J.P.D. van Zuilen
Luitenant Adjudant C.A. Matte
Chirurgijn 2 Klasse J.H. Willig
Chirurgijn 2 Klasse G. Lesquiller

Kapitein
B. Sergeant
N. Ventrillon
H. Forsten
J. Chapie
B.G. van Meurs

Eerste Luitenant
P. Tassin
P. Huberdaux
N. Niclaux
E. Rigaud
J.W. Arnould

Luitenant
G. Chalmin
C. Otman
J.H. Meyer
F. Engveard
P. Soullier

Batalion Kedua
Staf
Luitenant Kolonel J. le Roux
Eerste Luitenant Kwartiermeester F. Exler
Luitenant Adjudant P. Batisa
Chirurgijn 2 Klasse G. Renfing

Kapitein
T.A. Guicherit
J. la Motte
J. Boistel
C. Istner
J. Styman

Eerste Luitenant
J. Kummerle
J. Merlyn
J. Chaumas
G. Muller
A. de St Claire Smit

Luitenant
L. Corincourt
Le Beulon
J. Fagard
B. Hundeshagen
C. Barends

Batalion Ketiga
Staf
Luitenant Kolonel P. Olivie
Eerste Luitenant Kwartiermeester H. Boekhoff
Luitenant Adjudant D. Staalman
Chirurgijn 3 Klasse W.B. Bastyn

Kapitein 
J.C. Richemont
J. Sallat
N. Gervais
C. Preuse
C.L. Schmidt

Eerste Luitenant
B. Beukers
H. Zimmerman
J.A.R. Caspers
W. van der Maas
L. Luyding

Luitenant
F. Pierre
J. Pellet
C. Janten
L. Bouquillard
J.F. Schiller

Sedangkan Kasultanan mendapat colonel Alois (?) Kieverlijn. Diwaktu yang sama, dibuat rencana agar saat kedua pasukan pribumi mundur ke bukit di belakang Benteng de Ontmoeting Ungaran tanpa mereka berdua harus bertemu.
Saat pertempuran belum dimulai, pasukan pertahanan mendapat pukulan telak. Hal itu terjadi saat kapal Inggris mulai terlihat dari ketinggian Jatingaleh. Desersi semakin meningkat saat  diterimanya kabar bahwa pasukan Inggris sudah mendarat dan menguasai Semarang. Desersi tersebut terjadi ditiap orang, entah itu personel Eropa maupun pribumi, prajurit ataupun perwira. Tidak ketinggalan elemen pasukan Kasunanan dan Kasultanan ikut pula desersi pada tanggal 15 September.
Peta Pertempuran Jatingaleh
Legenda:
A: Posisi pertahanan Perancis
X: Barikade
B: Gerak laju Inggris
C: Pasukan ringan Resimen Inggris ke-14
D: Grenadier Resimen Inggris ke-14, pasukan ringan Resimen Inggris ke-78, grenadier Batalion Sukarelawan ke-3
E: Resimen Inggris ke-78
F: Resimen Inggris ke-14
G: Artileri Bengal
Pasukan Kasunanan kemungkinan berada diatas tulisan "De sterkte", sebelah kanan.
Sumber: Beknopte Beschrijving van den Veldtogt op Java 1811

Malamnya, Janssens menerima kabar bahwa pasukan Inggris dibawah komando colonel Hugh Robert Rollo Gillespie mendekat. Pasukan Inggris yang berkekuatan 1600 orang dan 6 meriam medan melakukan serangan esok paginya. Inggris menargetkan posisi sayap pertahanan berikutnya mereka menyerang secara mendadak. Alhasil mereka langsung memukul mundur Legiun Mangkunegara dan pasukan Kasunanan tanpa adanya perlawanan. Untuk pasukan Kasunanan, mundurnya mereka terjadi saat meriam Inggris menghantam kubu meriam 12 ponder dekat posisi mereka. Sayangnya perkubuan tersebut tidak membalas tembakan lawan disaat yang kritis. Personel kubu tersebut termasuk perwiranya yaitu colonel en second Meeuwsen dan lieutenant van Zielen dari Angkatan Laut, ditawan oleh pasukan kecil Inggris yang datang.
Suasana pertempuran antara pasukan Kasunanan dengan Inggris dan kondisi pasukan sempat disinggung oleh Inggris! Berikut kesaksian yang tertera dalam buku sejarah militer Madras Engineer:

"The King of Solo's troops showed so little disposition to fight, that a large body of his cavalry, who made a very formidable appearance with their large cocked hats and spears, were actually brought to bay by Captain Dixon alone, and afterwards pursued by Captain Dixon and Lieutenant Blakiston for some miles without attempting to turn on them.
This body made its appearance rather suddenly in front after the hill had been carried, and Lieutenant Blakiston was sent by Commander-in-Chief to desire our Light Infantry to open fire on them.
On his communicating the order to a sergeant whom Blakiston met, he said he could not, for there was the aide-de-camp a licking of them."
["Pasukan Raja Solo tidak memperlihatkan watak untuk bertempur. Pasukan kavaleri mereka yang banyak, dimana penampilannya terlihat sangat agung karena topi besarnya dan tombak, dapat diusir oleh captain (William ?) Dixon sendirian. Selanjutnya mereka dikejar oleh captain Dixon dan lieutenant (JohnBlakiston hingga beberapa mil tanpa adanya perlawanan. Pasukan kavaleri tersebut muncul tiba - tiba saat serbuan di bukit dilaksanakan. Lieutenant Blakiston yang ditugaskan oleh komandan tertinggi memerintahkan light infantry kita untuk menembakinya. Perihal penerusan perintah, saat Blaskiston menemui seorang sergeant, dia menyatakan tidak bisa melakukannya. Karena aide de Camp menjilat mereka."] 
Ada sesuatu yang unik dari kesaksian Blakiston disini. Sang penulis buku sejarah menyatakan bahwa Blakiston menemui seorang sergeant. Ada dua kemungkinan disini. Entah sergeant disini adalah pangkat sersan atau Sergeant adalah capitaine B. Sergeant, perwira bawahan du Four dimana sang penulis salah menafsirkan.

Janssens kemudian memerintahkan mereka untuk mundur ke markasnya di Ungaran. Pergerakan mundur dilindungi oleh 2 buah meriam berkuda pimpinan lieutenant Beauchat. Janssens sendiri sudah tiba di Ungaran pada jam 8 dan sebelumnya didahului oleh pasukan Kasultanan, Legiun Mangkunegara, yang disusul oleh pasukan Surabaya dan Legiun Franquemonts serta pasukan Beauchat.
Saat pasukan Beauchat sudah melewati jembatan Ungaran dan menempati posisi di belakangnya, jembatan diledakkan. Von Lutzow kemudian mengecek kondisi pasukan yang ada. Dia melihat hanya sedikit pasukan Surabaya yang berada di balik bukit Ungaran. Sebagian besar telah desersi ...
Benteng de Ontmoeting pada tahun 1933.
Sumber
Kemudian Legiun Mangkunegara beserta pasukan Kasunanan dan Kasultanan langsung bergerak tanpa perintah. Mereka mengabaikan perintah dari von Winckelmann untuk menempati posisi dan menata ulang formasi. Sampai - sampai seorang perwira suruhan von Winckelmann yang diperintahkan untuk menghentikan mereka, ditodong dengan tombak. Personel Legiun Franquemont juga hampir semuanya menghilang.
Janssens kemudian memerintahkan seluruh pasukan untuk mundur ke Salatiga. Von Lutzow beserta Bartlo diperintahkan untuk mempertahankan Ungaran yang kemudian mundur secepatnya ke Tuntang. Pada pukul 10 pagi, saat Inggris mendekati Ungaran dan de Ontmoeting mulai menyalak, pasukan Bartlo tiba - tiba kocar kacir. Sang colonel en second, mencoba untuk menenangkan mereka agar mundur ke jalan menuju Salatiga. Bahkan dia sempat mengejar dan memilih jalan kekerasan untuk mendisiplinkan pasukannya. Keputusan salah, Bartlo harus membayar dengan nyawanya, dibunuh oleh personelnya sendiri. Malangnya Bartlo tidaklah sendirian, ada beberapa perwira yang tewas karena hal tersebut ...
Pasukan Kasunanan langsung mundur ke Salatiga yang kemudian dilanjutkan ke Solo. Mundurnya pasukan, diberitakan bersama dengan keluarganya. Untuk Legiun Mangkunegara, semua personel desersi meski para perwira termasuk Mangkunegara II serta pasukan artileri berkuda tetap setia dilapangan. Hebatnya Janssens menyebut jalan menuju Solo:

"... ainsi que celle qui y conduit par les Etats du Sousouhounang, Ć©taient occupĆ©es par des brigands."

["... juga jalan yang menuju daerah negara Sunan, diduduki oleh perampok."]

Sedangkan Pasukan Kasultanan dipuji karena kondisi mereka yang paling baik dibanding Kasunanan ataupun Mangkunegara. Janssens nantinya menyerah kepada Inggris yang ditandai dengan kapitulasi Tuntang tanggal 18 September. Inggris kemudian memerintahkan Kasunanan untuk membebas tugaskan pasukannya dan para personel diijinkan untuk pulang. Dalam salah satu poin proklamasi, Inggris memerintahkan bagi para personel pribumi untuk menyerahkan senapan sebelum diijinkan untuk pulang.
Kali Tuntang sebelum tahun 1947
Lebih dari seabad sebelumnya, Janssens menyerah disini

Berbicara tentang buruknya pasukan Kasunanan, hal tersebut ternyata memang dijumpai pula pada pasukan pribumi lainnya. Saat pertempuran, terdapat beberapa kasus terbunuhnya para perwira Eropa mereka terutama saat akan mendisiplinkan dan menenangkan pasukan. Ada pula kasus perwira Eropa yang tewas dibunuh saat mereka mencoba menyabotase meriam.
Pasukan pribumi dianggap tidak mempunyai disiplin baik. Mayoritas dari mereka sudah muak dengan perang dan akibatnya mereka desersi dalam jumlah besar. Hal tersebut juga tidak terlepas dari dipaksanya mereka untuk bergabung sejak zaman Daendels berkuasa. Bahkan mereka tidak segan membunuh para perwira.
Bahkan ada kabar, saat mundur, personel pribumi bukannya langsung pulang ke kampungnya melainkan mengikuti konvoi pasukan Perancis yang mundur. Jika mereka masih membawa senapan, mereka akan menembak. Mereka dipengaruhi oleh dendam dan saat itu adalah waktu yang tepat untuk membalas. Ini terlihat dari mundurnya pasukan Perancis dari Batavia menuju Semarang dimana hanya tersisa 40 orang infanteri Eropa, 100 orang dragon, dan beberapa perwira. Pada tanggal 29 Juni, mereka diserang oleh 500 desertir pribumi. Untungnya para desertir berhasil dipukul mundur oleh para perwira bersenjatakan senapan.
Untuk personel Perancis sendiri, diantaranya tidaklah amatiran. Salah satunya adalah Guillaume Lambrecht, sergent artileri yang lahir di Maastricht Belanda pada tahun 1782. Dia sempat ikut serta dalam operasi militer melawan invasi pasukan koalisi Inggris dan Rusia di Belanda pada tahun 1799. Bahkan Pertempuran Austerlitz pada tahun 1805 juga dia ikuti meski terluka di kepala karena pedang. Pada akhirnya dia terluka kembali saat melawan Inggris di Batavia tahun 1811.
"... Maka disoeroeh Toewan-Besar menahankan moesoeh disitoe, apabila dikahendaknja moedik, laloe dikerahkannja laskarnja. Akan tetapinja ada sadikit orang berkoelit poetih dan banjak orang Djawa, maka sendjata orang Djawa seligi atau boeloeh jang tadjam, dan sadikit memegang snapan; ada kira2 8000 banjaknja.  
Tanah Djawa diserahkan kapada orang Inggris. Maka orang Inggris telah merantau, laloe toeroen ka darat dekat Samarang, maka satelah didengarnja, Toewan-Besar bertahan dekat Djati-ngali, maka dengan segera hoeloebalang Inggris menjoeroeh tantaranja moedik, laloe ka Djati-ngali. Maka beharoelah orang Djawa melihat moesoeh, maka larilah marika-itoe, dan Toewan-Besar dengan segala hoeloebalang dan opsirnja katinggalan; maka dengan sasoenggoehnja orang Djawa tiada maoe menoeloeng orang Wolanda melawan orang Inggris ..."  
Hikajat kompeni orang Wolanda di Hindia Timoer ini 
Toewan-Besar ka Samarang & Tanah Djawa diserahkan kapada Orang Inggris

["Tuan Besar menyuruh untuk menahan musuh disitu. Dia ingin bergerak, kemudian dikerahkan pasukannya. Akan tetapi, ada sedikit orang kulit putih dan banyak orang Jawa. Senjata orang Jawa adalah tongkat tajam atau bambu runcing dan sedikit yang membawa senapan. Jumlahnya kira - kira, 8000 orang banyaknya. 
Tanah Jawa menyerah kepada Inggris. Orang Inggris telah bergerak kemudian mendarat dekat Semarang. Setelah mendengarnya, Tuan Besar bertahan dekat Jatingaleh. Dengan segera pemimpin Inggris menyuruh tentaranya bergerak kemudian ke Jatingaleh. Orang Jawa langsung melihat musuh dan larilah mereka. Tuan Besar dengan para pemimpin dan perwiranya ditinggalkan. Sesungguhnya orang Jawa tidak mau menolong orang Belanda melawan orang Inggris."]

Masa kekuasaan Inggris sendiri masih dibumbui dengan intrik politik. Akan tetapi intrik ini lebih berupa perjanjian rahasia antara Pakubuwana dengan Hamengkubuwana II (dengan jatuhnya Perancis, Hamengkubuwana II merebut kembali tahtanya). Dimana saat Inggris menyerbu Yogya maka Kasunanan akan menyerang Inggris dari belakang. Rencana lainnya adalah kedua kerajaan segera mengirim pasukan ke daerah Semarang. Dari sana Inggris akan mendarat dan menuju ke Yogyakarta. Kedua pasukan keraton akan bertemu di daerah Jomblang sebelah Selatan Semarang dan menyusun strategi. Pasukan gabungan akan mendapat bantuan dari Salatiga, Ambarawa, dan Ungaran. Pasukan tersebut terbagi atas kavaleri dan artileri dengan persenjataan lengkap. Mereka akan memfokuskan serangan dari Candi Jomblang.
Persiapan perang sudah direncanakan dengan sangat matang bahkan saat Inggris sudah mulai bersiap menyerang Kasultanan pada akhir Mei dan awal Juni 1812. Hal tersebut sudah ditandai dengan membanjirnya 7000 orang tentara Kasunanan dari daerah Monconagoro Timur ke kota Solo mulai bulan Maret kedepan. Dimana mereka sudah siap menerima komando dari Kasultanan untuk mulai berperang. 
Sunan juga sudah memberi perintah kepada hierarki agamanya untuk siap berangkat ke perbukitan. Dimana mereka akan memimpin perlawanan saat Inggris menyerang Solo. Khotbah Sholat Jumat di Masjid Gede Solo pada saat itu sudah berisi tentang doa meminta keselamatan untuk Sunan.
Gillespie.
Sumber
Persiapan lainnya adalah penguatan posisi militer pasukan keraton. Ada juga pelemparan batu ke arah pos kavaleri Inggris di gerbang Srimenganti yang dilakukan oleh Punakawan keraton pada 1 Juni.
Akan tetapi saat pasukan Inggris dibawah Gillespie sudah siap menyerang keraton Kasultanan pada tanggal 17 Juni, Sunan tiba - tiba mengurungkan niatnya. Ini terlihat dari sebagian pasukan Kasunanan yang hanya berada di sepanjang garis komunikasi Inggris ke Semarang.
Diketahui bahwa Sunan sendiri sejak awal berharap bisa mengambil keuntungan dari terhambatnya proses operasi militer Inggris atau jika operasi militer berjalan lama dan berkepanjangan. Alhasil rencana dengan Kasultanan tidak dia ikuti. Sunan sebenarnya hanya memanfaatkan Sultan yang memandang rendah Inggris karena dianggap terlalu lunak. Alhasil dengan bentroknya Sultan dengan Inggris maka Sunan dapat menghancurkan lawan politiknya dengan mudah. Ironisnya dilain pihak, Hamengkubuwana juga tidak berniat untuk meminta bantuan kepada Sunan. Bahkan seorang ningrat Kasultanan mengungkapkan bahwa jika Kasunanan memberi bantuan sekalipun, Kasultanan tidak akan selamat dari serbuan.
Pada akhirnya keraton Kasultanan jatuh pada tanggal 20 Juni. Hamengkubuwana II tertangkap, kembali diturun tahtakan dan diasingkan. Di kota Solo sendiri, resident Alexander G. Adams diperintahkan oleh lieutenant governor Thomas Stamford Bingley Raffles untuk menembakkan salvo kehormatan dengan meriam di benteng Vastenburg, menandai kemenangan Inggris. Adams juga mengirim utusan ke Sunan untuk menceritakan peristiwa serangan secara gamblang. Hal tersebut agar membuat Sunan kagum dan meninggalkan berbagai cara perlawanan terhadap Inggris.
Selanjutnya persekongkolan antar kedua kepala negara akhirnya terbongkar. Pakubuwana IV harus merelakan Patih Cakranegara yang menjadi penghubung, diasingkan oleh Inggris. Selain itu pula Kasunanan harus merelakan pasukannya diciutkan serta dilepas statusnya sebagai pasukan perang.
"Art. 2
H.H. the Soosoohonan engages immediately to disband the whole of the present military force, except a guard of honor of 1000 man, and that neither he nor any prince or chief under his authority shall levy or maintain any military force without the approbation of the British Government, but that he will receive such military force as the British Government may deem adequate to the protection of his territories and person." 
Kontrak politik Inggris dengan Pakubuwana IV
1 Agustus 1812

[Bab 2
Yang Mulia Susuhunan akan segera membubarkan seluruh angkatan perangnya. Kecuali pengawal kehormatan sebesar 1000 orang. Bahwa dia ataupun para Pangeran atau para pemimpin dibawah otoritasnya tidak diperbolehkan membentuk atau memelihara pasukan militer tanpa persetujuan Pemerintah Inggris. Dia akan menerima pasukan militer saat Pemerintah Inggris memandang perlu untuk melindungi wilayahnya dan untuk kepentingan yang bersangkutan.]

Intrik terakhir yang ada hubungannya antara Inggris dengan Pakubuwana IV adalah persekongkolan rahasia Sepoy melawan Inggris. Saat persekongkolan terbongkar pada November 1815, Pakubuwana IV sempat mengalami kepanikan karena dia juga terlibat. Sang Sunan sendiri saat itu siap menyumbang 400 orang prajurit keraton dan 4000 Sps. Mt. kepada para pemberontak tersebut. Kekhawatiran bahwa Inggris akan menyerbu Solo membuatnya mulai memerintahkan merekrut pasukan dan mengumpulkan persenjataan serta senapan di desa - desa daerah Mataram milik Kasunanan. Mata - mata juga ditempatkan di sekitar Benteng Vastenburg untuk mengawasi pergerakan tentara Sepoy yang loyal dan pasukan Inggris sendiri. Pada akhirnya Inggris tidak menyerang dan Sunan diperingatkan oleh Raffles dan harus menyerahkan adiknya yaitu Pangeran Mangkubumi.
"Maka Soesoehoenan ditegoerkan djoega, dan perolihan hasilnja dikoerangi djoega, sebab itoe hatinja berdendam, maka diam2 Soesoehoenan bermoewafakat dengan laskar orang Inggris, orang Soepai, hendak memoewaskan dendam hatinja, maka diperdjandjinja, segala orang Inggris dan orang Wolanda diboenoeh, maka Soesoehoenan akan berolih kombali karadjaan nenek mojangnja, dan orang Soepai akan berolih pantei oetara tanah Djawa. Sjoekoerlah rahasia itoe terpetjah, karena behaja besar bagei orang berkoelit poetih, maka Toewan-Besar menjoeroeh orang Soepai di pindahkan ka tempat lajin, laloe Soesoehoenan tiada berolih maksoednja." 
Hikajat kompeni orang Wolanda di Hindia Timoer ini 
Perang dengan Sultan dan Soesoehoenan

["Sunan diperingatkan dan pemasukannya dikurangi juga. Akibatnya ia dendam, maka diam-diam Sunan berkomplot dengan tentara Inggris yaitu Orang Sepoy. Agar puas dendamnya, dalam persekongkolan ini tiap orang Inggris dan orang Belanda dibunuh. Maka Sunan akan mendapatkan kembali kerajaan leluhurnya dan orang Sepoy akan mendapatkan pantai utara tanah Jawa. Syukurlah persekongkolan tersebut terbongkar. Karena bahaya besar untuk orang kulit putih, maka Tuan Besar menyuruh orang Sepoy dipindahkan ke tempat lain. Kemudian Sunan tidak mendapatkan niatnya."]


<--- Daerah Konflik - Masa VOC                                                                  Tugas Masa Damai --->

Jumat, 01 November 2019

Menuju Djibouti

Setelah dari Port Sudan, sang penulis masih dalam perjalanannya di Laut Merah menuju Djibouti. Kita bisa melihat bagaimana penderitaan seseorang untuk menawarkan rasa kangen sebelum masa internet. Saat itu, sang penulis hanya bisa memuaskan dahaga kangen dengan secarik foto dan uneg - uneg surat. Mereka juga berharap agar surat dan kapal bisa tiba di tujuan tepat waktu.

Senin Wage, 654-67/27. Februari 23, 1959 D.15 
Laut Merah menuju Djibouti 
Lanjutan surat No. 5 
Tiny yang kukangeni banget, 
Tadi malam aku tidur sore, karena badan terasa capek. Jam setengah 10, aku sudah tidur nyenyak. Karena capek ya tidur rasanya nyenyak. Sampai pagi ini rasanya agak malas. 
Hari ini tidak ada kejadian yang luar biasa. Siang tadi, hawanya pengap sekali dan panas. Kami juga bertemu dengan kapal - kapal. Sore tadi jam 7 kurang seperempat bertemu dengan sebuah kapal yang kemudian bertukar berita dengan lampu. Bulan pada tanggal 15, bulat sekali dan terlihat besar serta terang. Kalau menurutku, pemandangan seperti ini cocok untuk dinikmati dan membuat hati nyaman. Laut bersinar karena disorot sinar bulan yang sangat terang. Tidak ada mega sedikitpun dan kapal bergerak diam. Sangat cantik. 
Aku sampai ini tetap kangen denganmu Tiny. Tiap hari tidak lupa menghitung hari yang memisahkan kita. Kalau tidak ada apa - apa dan kalau kapal bisa sesuai dengan jadwalnya, akan tersisa 21 hari sebelum aku bisa bertemu denganmu lagi.Tapi kupikir akan terlambat 1 atau 2 hari. Kalau ini terjadi, tidak apa - apa ya. Yang penting bisa selamat bertemu kembali. Fotomu masih terus kupandangi. Kukira kau cantik sekali. Kepala agak miring kekiri seperti orang tengeng, tapi malah membuat manis kok. Totom juga ternyata ikutan miring, semakin tampan.
Candi Borobudur tahun 1950-an.
Sumber
 
Di kapal ini, yang bersamaku ada keluarga Amerika dari Chicago, aku sudah pernah cerita kan. Mereka pergi ke Bali dan akan menginap 2 minggu. Aku rasa kok sia - sia sekali kalau di Indonesia 2 minggu tapi tidak melihat Borobudur. Semestinya mereka bertanya, ya juga sudah kuberi petunjuk arah ke Borobudur. Akan lebih baik kalau aku menawarkan diri mengantar mereka ke sana. Aku ya juga belum pernah ke sana pula (kamu apa sudah ?), jadi sekalian melihat. Jika bisa, kurencanakan antara tanggal 5 - 9 April aku di Yogya menjemput keluarga tadi. Tapi sampai kutulis surat ini, belum ada keputusan dari mereka. 
Tentang liburan kita, aku ingin dari tanggal 1 April sampai tanggal 16 April. Kira - kira kamu cocok apa tidak? Bagaimana nanti pembagiannya bisa kita diskusikan bersama. 
Tiny, suratku ini kusudahi dulu. Kalau saja surat ini bisa menjadi pelanjut dari yang Laut Merah. Nanti sebelum tiba di pelabuhan, aku tulis surat lagi. Sudah ya, cup. 
Masmu kangen banget. 


Usia: 1959