Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 26 Maret 2017

Landasan Udara Palur

Pasti anda heran mengapa saya membuat judul seperti ini bukan? Tetapi inilah kenyataannya, teman saya yaitu muara-buku dapat dibilang menemukan salah satu misteri sejarah militer. Rencana pembuatan landasan udara di Palur!
Peta berukuran besar ini adalah peta yang dibuat oleh Dinas Teknis dan berskala 1 : 25.000. Laiknya peta yang dibuat oleh badan kedinasan, terdapat skala - skala yang dilambangkan dengan huruf dan angka romawi. Peta ini dari awal sudah terdapat keunikan, yang pertama adanya titik pusat peta yang berpusat di ... bunker Balaikota Surakarta! Bunker tersebut baru diketemukan kembali pada tahun 2013 meskipun masih digunakan hingga tahun 1965. Dalam catatan yang menyertai peta, bunker tersebut disebut dengan "basement" dan uniknya lagi pada masa itu bunker tersebut dekat dengan monumen yang bernama "Winter Monument". Nama Winter disini kemungkinan berasal dari Carel Frederik Winter yang merupakan tokoh linguis pada masa Belanda dan bekerja sama dengan salah satu pujangga Jawa terbesar yaitu Ranggawarsita dalam menghasilkan karya sastra. Selain itu pula, Winter juga bekerja sebagai penerjemah. Ada kemungkinan setelah dia meninggal, Pemerintah Kolonial membangun monumen di area Balaikota yang dulunya adalah Rumah Dinas Gubernur.

Kembali lagi pada peta, dari monumen tersebut sang pembuat peta menarik garis bujur dan lintang pada peta. Selain itu pula, terdapat coretan dari pensil warna yang membuat lingkaran besar yang berpusat pada monumen tersebut. Namun keunikan belum berhenti pada itu saja, dari pensil warna yang sama pula, digambarkan landasan udara di daerah Palur!

Keunikan juga tertera pada kertas penjelasan yang memperlihatkan bahwa terdapat sejenis pengsensoran. Pengsensoran terdapat pada perubahan nama lokasi yaitu Winter Monument itu sendiri.. Terlihat Winter Monument diganti dengan tulisan "Kantor Koti Zimu-Kyoku". Ya, nama yang sangat berbau Jepang dan berarti "Komisariat Tertinggi".

Tentang landasan udara di Palur, menurut Koos Allemany, ini kemungkinan adalah rencana pertahanan KNIL menghadapi invasi Jepang ke Jawa. Saat itu KNIL berusaha keras memperkuat kekuatan udaranya yang diwujudkan dengan salah satunya pembuatan landasan udara. Selain perkuatan Angkatan Udara, ada pula rencana untuk pengerahan pasukan para. Hal ini juga diperkuat dengan kalimat landasan udara yang masih memakai bahasa Belanda yaitu Vliegfeld.
Dari itu pula kita bisa menarik hipotesis tentang zona lingkaran yang berpusat di Winter Monument. Lingkaran yang berdiameter 48 cm ini, jika dihitung dengan skala maka wilayah kota Solo yang tercakup dalam zona tersebut seluas 12 km. Ada kemungkinan zona tersebut adalah garis pertahanan dalam menghadapi invasi Jepang. Saat invasi Jepang dimulai, Solo sendiri berbeda dengan kota lainnya di Jawa, sempat mengadakan perlawanan terhadap serangan Jepang. Pasukan Legiun Mangkunegara sempat menghadang gerak maju Jepang di jembatan Banjir Kanal. Jepang-pun sempat membalas dengan salah satunya mengebom stasiun kereta api Purwosari.
Dari semua cerita ini, saya bisa merunut asal usul dari munculnya peta ini. Peta ini awalnya memang dibuat oleh Dinas Teknis Hindia Belanda kemungkinan setelah didudukinya Belanda oleh Jerman pada Mei 1940 atau pasca serangan Jepang ke Pearl Harbour pada Desember 1941. Peta pada akhirnya digunakan oleh KNIL untuk kepentingan pertahanan dan salah satunya rencana pembuatan landasan udara di Palur untuk menghadapi invasi. Namun karena invasi Jepang yang terlalu cepat maka rencana pembuatan landasan udara gagal. Nantinya peta jatuh ke tangan Jepang dan untuk kepentingan penyelidikan, nama lokasi yang berbahasa Belanda diubah menjadi nama tempat yang diubah oleh Jepang.
Lalu bagaimana dengan landasan udara Palur sendiri? Pada lokasi saat ini berubah menjadi perumahan dan ironisnya berdiri instalasi militer lain, yaitu kantor KOSTRAD TNI.

Jadi inilah peta milik teman saya. Peta yang sangat unik memang dan jika hipotesis saya benar maka peta ini adalah saksi bisu dari usaha pertahanan KNIL yang sia - sia ... 


Usia: 1940 - 1942

Wij Strijden Met De Teekenstift - Benito Mussolini

Sudah lama kita tidak melihat Mussolini disini dan inilah dia bagi anda yang kangen dengan dia. hehehe
Kembali lagi di Wij Strijden Met de Teekenstift. Seperti yang sudah saya singgung diatas, kita akan membahas Mussolini kembali. Namun kita akan membahas dia karena karya Hofer disini dikhususkan untuk oang Italia tersebut.
Mussolini yang bernama lengkap Benito Amilcare Andrea Mussolini dikenal sebagai pemimpin Italia dan pendiri fasis Italia. Meskipun awalnya dia secara gemilang menjalankan laju Italia baik dalam urusan dalam dan luar negeri, namun dia membuat serangkaian blunder yang akibatnya menentukan jalannya Perang Dunia II dan juga mengakhiri nyawanya.
Disini Hofer menggambarkan Mussolini dengan topi phyrgian yang melambangkan republik, kebebasan dan pencarian kemerdekaan. Namun Hofer memberi hinaan untuk ketidakbecusan Mussolini dalam perang, jika anda perhatikan dengan baik topi phyrgian yang dipakai disini tidak lain adalah stoking wanita. Saat itu peruntungan Italia dalam perang, semakin memburuk saja. Pasukan Italia di Afrika Utara harus dibantu oleh Jerman dengan pasukan Deutsche Afrika Korps-nya. Beberapa hari sebelum karikatur Hofer ini dimuat, ofensif Italia di Yunani yang bernama Operazione Primavera mengalami kegagalan meskipun jumlah pasukan Italia lebih banyak. 
Selain itu pula, mungkin juga penggambaran stoking tidak terlepas dari sifat Mussolini yang mata keranjang. Perselingkuhan yang dilakukan Mussolini sendiri tidak main - main, salah satu wanita yang dia gaet adalah Maria Jose yang kelak menjadi Ratu terakhir Italia. Namun perselingkuhan dengan Maria Jose baru diketahui jauh setelah perang selesai. Namun tetap saja stoking yang digambar oleh Hofer ditambah dengan wajah Mussolini yang terlihat bodoh pasti membuat senyum para pembaca Bataviaasch Nieuwsblad di pagi hari 26 Maret tahun 1941.


Usia: 1941

Minggu, 19 Maret 2017

Lukisan Zaman Belanda - Perwira Artileri KNIL

Koleksi yang saya miliki kali ini sangat unik. Karena koleksi tersebut berbentuk lukisan! Ini adalah lukisan kedua yang saya dapatkan. Namun berbeda dengan lukisan pertama, lukisan lebih kecil ukurannya dan tidak bernama. Lukisan dengan dimensi 15 cm x 20 cm ini menggambarkan seorang pria berkumis yang sedang duduk. Meskipun lukisan terlihat sangat sederhana dimana sang pelukis sendiri kurang menguasai detil wajah dan pencahayaan namun sang pelukis berhasil membuat semacam aura yang muncul dari obyek lukisan. Orang pada lukisan sendiri terlihat memakai seragam dan membawa sapu tangan di tangan kirinya dan sambil mendekap sebuah pedang. Meskipun seragam terlihat sangat sederhana, dalam pandangan saya ada cerita dibalik ini. 


Kanvas mempunyai jarak lubang sempit dan warna belum terlalu kecoklatan.
Pigura berwarna tua dan lukisan dipaku maka kesimpulannya lukisan dibuat pada tahun 1925 - 1940

Hal pertama adalah suatu benda yang terdapat pada kerah seragam. Jika kita cek secara seksama, benda tersebut serupa dengan emblem granat tersulut yang merupakan emblem pasukan artileri KNIL. Seperti yang pernah saya singgung di post berikut, KNIL menggunakan emblem cabang angkatan perang pada kerah seragam model M855. Namun suatu hal yang aneh muncul jika kita perhatikan seragam pada lukisan. Jika kita lihat, pada seragam terdapat epolet yang bukan merupakan bagian dari seragam M1855 melainkan bagian dari seragam M1868. Seperti yang anda bisa lihat pada 2 buah penggambaran ulang seragam model tersebut. 


Harap diperhatikan bahwa emblem granat tersulut selain dipakai oleh pasukan artileri, juga dipakai oleh perwira ajudan untuk Raja atau Gubernur Jenderal. Namun tanda pangkat juga ditambah dengan pemakaian aiguillette seperti foto dibawah ini. 
Sumber

Sumber
Pasti anda bertanya juga bertanya dan mungkin skeptis, bagaimana bisa saya bisa langsung membayangkan bahwa orang tersebut adalah dari artileri bukan? Ada sebuah bukti penguat lainnya, yaitu dari pedang yang dia bawa. Pedang yang digambar pada lukisan adalah Sabels Lichte Cavalerie M1813 No 1. Pedang tersebut selain dipakai oleh pasukan kavaleri dan marechaussee, juga dipakai oleh pasukan artileri. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan, bahwa dulunya baik sang pelukis entah dia hanya suruhan belaka atau keturunan dari orang di lukisan, melukis dari kesaksian atau ingatan. Indikasi awal terlihat dari emblem granat yang dilukis tegak lurus di kerah. Selain itu pula jika kita perhatikan, warna kancing, emblem, dan epolet tidak sesuai dengan warna standar KNIL. Alih - alih emas, ketiga obyek tersebut diwarnai dengan warna putih. Ditambah pula dengan warna seragam yang kehijauan. Apakah sang pelukis disini menggambar dari sebuah foto mungkin? Tapi yang pasti pedang yang digambar serupa dengan pedang yang dimiliki oleh perwira artileri KNIL pada saat itu. Uniknya lagi ada sebuah chevron yang digambar pada lengan seragam. Chevron bukanlah bagian dari kepangkatan perwira. Uniknya chevron disini pernah digunakan oleh hierarki militer non KNIL. Tepatnya oleh perwira keraton Kasultanan Yogyakarta.
Pangeran Puger, adik Sultan Hamengkubuwono VII memakai seragam dengan pangkat Majoor.
Sumber

Adik Sultan Hamengkubuwono VII memakai seragam Luitenant Kolonel
Perhatikan topi yang memakai emblem bintang. Bintang yang sama dengan bintang pada Kasultanan mungkin???
Sumber

Jadi apakah mungkin orang pada lukisan adalah perwira artileri Kasultanan Yogyakarta? Namun yang menjadi masalah, saya masih belum menemukan informasi tentang pasukan Kasultanan, apalagi pasukan artilerinya. Hanya saja, untuk pasukan artileri dalam pasukan keraton, keraton Kasunanan di Surakarta mempunyai pasukan tersebut yang bernama Jagasura dan masih operasional hingga kedatangan Jepang. Apakah mungkin pria di lukisan adalah perwira pasukan Jagasura? Namun sang pelukis menambah chevron setelah melihat 2 foto di atas agar seragam lebih cantik? Tetapi saya masih belum bisa menemukan foto perwira keraton Kasunanan yang memakai chevron seperti rivalnya yang dari Yogya tersebut. Ah banyak kemungkinan memang disini. Tapi ya mau bagaimana lagi, hanya ini yang bisa kita analisa. Namun ini yang menjadikan lukisan ini unik. 


Usia: 1925 - 1940.

Wij Strijden Met De Teekenstift - Roosje

Rose are red, violet are blue. Hofer's are not dead, and i'm waiting for you. Ehem maaf untuk basa - basi mawar disini. Tapi ini memang ada hubungannya dengan gambar Hofer dalam Wij Strijden Met de Teekenstift untuk hari ini. 
Karya Hofer disini tidak lain adalah kelanjutan dari gambar sebelumnya yang menggambarkan Presiden Amerika yaitu Franklin Delano Roosevelt sebagai seorang koboi. Kali ini Hofer secara kreatif memperlihatkan efek dari kebijakan Lend and Lease yang baru saja sudah ditetapkan secara resmi. Sekali lagi Hofer memamerkan kemampuan dia untuk mempermainkan kata. Setelah permainan kata dalam propaganda dia melawan Prancis Vichy, dia kali ini menuangkan idenya dalam gambar ini.
Hofer memanfaatkan nama Roosevelt disini. Roosevelt diucapkan oleh orang Belanda adalah "roosyevelt" dan kata "roosye" mirip dengan pengucapan "roosje" yaitu mawar dalam bahasa Belanda. Alhasil jadilah permainan kata Hofer disini. Sebuah mawar Amerika yang menancapkan duri Lend and Lease-nya di genggaman tangan "As" (poros).


Usia: 1941

Minggu, 12 Maret 2017

Intermezzo - APRA, Sultan, dan Bulu Tangkis

Halo kali ini saya akan memperkenalkan jenis post yang baru. Intermezzo, post ini akan berisi informasi - informasi ringan yang saya rangkum dalam 1 post. Informasi yang saya tulis disini baik itu dari koleksi saya ataupun dari koleksi yang belum saya punya.

Jadi berikut adalah post Intermezzo pertama. :)
Informasi pertama berasal dari buku milik teman saya yaitu muara-buku. Buku disini adalah "Negaraku Sepuluh Tahun revolusi Indonesia dalam lukisan" cetakan Kedaulatan Rakyat Yogyakarta pada tahun 1955 yang disusun oleh Samawi.
Di buku ini terdapat informasi yang sangat menarik. Yang pertama adalah helm yang dipakai oleh pasukan TNI saat masa Revolusi Kemerdekaan. Pada buku ini terlihat gambar seorang prajurit TNI yang memakai helm Belanda (kemungkinan buatan Amerika yaitu milsco) lengkap dengan gambar bintang sudut 5 di bagian depannya. Ada kemungkinan ini sebagai penanda bahwa sang prajurit berasal dari cabang kemiliteran Angkatan Darat. Praktek yang mirip dan bukan tidak mungkin diturunkan dari Jepang.
Sumber

Informasi yang kedua adalah gambar kartun atau lebih tepatnya karikatur. Karikatur yang digambar disini adalah Konferensi Malino. Konferensi tersebut saat itu membahas rencana pembentukan federasi yang meliputi daerah - daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan dan De Groote Oost pada tahun 1946. 

Seperti yang kartunis gambarkan, konferensi tersebut dikepalai oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu Hubertus van Mook dan hasilnya pembentukan Negara Indonesia Timur. Uniknya sang kartunis menggambar semua peserta konferensi dengan wajah van Mook. Ada kemungkinan karena sang kartunis menganggap konferensi tersebut merugikan Indonesia dan pertemuan tersebut tidak lain adalah usaha van Mook untuk memecah Indonesia. Alhasil digambarkanlah van Mook untuk seluruh peserta disini ... kecuali untuk patung Ratu Wilhelmina.
Gambar karikatur diatas mengingatkan saya dengan gambar karikatur serupa namun mengambil tokoh yaitu Kanselir Jerman Otto von Bismarck.

Karikatur yang berasal dari majalah Kladderadatsch pada tahun 1878 tersebut menggambarkan posisi Bismarck di parlemen yang semakin diktatorial. Serupa dengan van Mook di atas, sangat unik memang melihat Bismarck dengan berbagai keunikan. Hebatnya lagi, sang pelayan juga digambarkan sebagai Bismarck pula!
Informasi dari buku yang ketiga adalah A.P.R.A. Anda mungkin pernah bertanya - tanya, apakah A.P.R.A. pernah mempunyai logo atau benderanya sendiri. Jawabannya adalah ada! Di buku tersebut tercantum gambar A.P.R.A. yang unik.
Yang pertama adalah logo:

Logo A.P.R.A. disini unik karena sesuai dengan kepanjangan namanya yaitu "Angkatan Perang Ratu Adil", dipilihlah timbangan sebagai lambang yang juga lambang keadilan. Raymond Westerling sebagai pemimpin A.P.R.A. sendiri dapat dibilang pintar selain memanfaatkan kepercayaan Jawa yaitu "Ratu Adil" dalam gerakannya, menurut saya, dia juga memilih obyek yang tepat agar masyarakat awam bisa langsung mengambil kesimpulan terhadap gerakannya. Namun kita tidak akan pernah tahu efek jangka panjang dari pemilihan simbol tersebut, karena A.P.R.A. langsung dikalahkan oleh Pemerintah Indonesia.
Kembali lagi ke logo, terdapat pula tulisan "A.P.R.A." dan inisial "D.B". Belum diketahui kepanjangan dari D.B. disini namun ada kemungkinan inisial tersebut adalah "Detasemen Bandung". Bandung disini tidak lain adalah salah satu target serangan Westerling saat pemberontakan dilancarkan.
Terdapat pula inisial "M.J.M.K.", namun saya masih belum bisa mengetahui arti kepanjangannya pula. Ada kemungkinan inisial tersebut adalah singkatan dari ideologi A.P.R.A.
Ada pula bintang sudut 5 berjumlah 4 buah. Sekali lagi, saya belum bisa mengartikannya. Namun ada kemungkinan bahwa bintang tersebut menandakan sila atau lambang ideologi A.P.R.A.
Yang kedua adalah stempel yang digunakan baik dalam hal militer maupun mungkin pemerintahan.

Untuk stempel pemerintahan terlihat lambang timbangan dan tulisan A.P.R.A. dan R.B.N. Untuk R.B.N. masih belum diketahui apa kepanjangannya. Namun ada yang menarik dari stempel tersebut, yaitu adanya tulisan "Persatuan Indonesia". Apakah tulisan tersebut adalah semboyan A.P.R.A.?
Untuk stempel militer ada berbagai jenis. Untuk tulisan "KOM", kemungkinan kependekan dari Komando atau Komandan. Sedangkan "BAT" kemungkinan berasal dari kata Batalion. Untuk "XO" atau "KO" belum bisa diketahui. Untuk angka kemungkinan besar adalah nomor unit.
Yang terakhir dari A.P.R.A. dan the best one adalah bendera.

Seperti yang anda lihat, bendera A.P.R.A. serupa dengan bendera Indonesia yaitu merah - putih. Namun terdapat bintang sudut 5 yang berjumlah 5 buah. Uniknya jumlah bintang tersebut berbeda dengan jumlah bintang pada logo yang digunakan oleh A.P.R.A.. Selain bintang ada pula hiasan pda tengah bendera, kemungkinan hiasan tersebut adalah untaian padi atau mungkin untaian laurel.
Berikut adalah penggambaran ulang bendera A.P.R.A. Harap diperhatikan penggambaran ini belum tentu benar karena saya tidak mempunyai data selain contoh diatas.

Sumber
Setelah buku, informasi berikutnya adalah medali. Medali buatan lokal di masa kolonial Belanda tepatnya. Bagi anda yang sudah membaca post saya tentang Pasukan Keraton Kasunanan Surakarta, anda pasti bertemu dengan medali Mendhali kang minongka kapengetaning pahargyan tingalan dalem tumbuk yuswa 64 tahun bukan? Kali ini saya akan memperlihatkan medali yang serupa bentuknya namun dari Keraton Kasultanan Yogyakarta!
Sumber

Medali di atas bernama Draagmedaille van Sultan Djokjakarta. Sayang selain belum pernah mendapatkan medali tersebut, saya juga belum pernah mendapatkan data lengkapnya pula. Namun dari informasi yang ada, medali tersebut diberikan kepada baik keluarga keraton dan pegawai keraton Yogyakarta yang setia dalam mengabdi dan bekerja. Medali yang pertama kali ditetapkan pada tahun 1933 tersebut berukuran 32,7 mm dan disepuh emas. Pada bagian muka terdapat relief Sultan Hamengkubuwono VIII dan di sebalik medali terdapat lambang Kasultanan dan angka jawa 8 yang berarti Kasultanan dibawah pemerintahan Hamengkubuwono VIII. 
Tercatat pula, selain menggunakan ribbon berwarna hijau muda, juga ada ribbon berwarna putih - merah - putih. Warna medali juga berwarna perak. Kemungkinan medali Hamengkubuwono VIII ini dibagi menjadi beberapa kelas. Seperti yang tertera pada gambar dibawah, Draagmedaille van Sultan Djokjakarta ini diatur dalam Peraturan Sultan Yogyakarta tanggal 20 Maret 1933 No. 2/H (Rijksblad No. 2).
Sumber

Lukisan Patih Danureja VIII.
Terlihat dia memakai Draagmedaille van Sultan Djokjakarta.
Uniknya medali berwarna emas bukannya perak.
Sumber

Untuk informasi terakhir hanyalah 2 foto kontingen bulu tangkis Piala Thomas Indonesia sebelum pelaksanaan Piala Thomas tahun 1961.
Beberapa anggota Tim Piala Thomas tahun 1958 atau tahun 1961.
Mereka berfoto bersama Menteri Olah Raga R. Maladi dan entah Perdana Menteri / Menteri Keuangan Ir. Djuanda atau Ketua PBSI periode 1952 - 1963 & 1967 - 1981 Dick Sudirman.
Di barisan belakang terlihat Ketua PBSI periode 1965 - 1967 Padmo Sumasto, Tan King Gwan, Njoo Kiem Bie, Tan Djoe Hok, Ferry Sonneville, Eddy Jusuf, dan kemungkinan Lie Poo Djian, serta kemungkinan Olich Solihin

Foto ini serupa dengan foto di atas
Terdapat Maladi, Padmo Sumasto, Tan King Gwan, Njoo Kiem Bie, Eddy Jusuf, Tan Djoe Hok, Ferry Sonneville, dan kemungkinan Lie Poo Djian


Usia: 1933 - 1961

Minggu, 05 Maret 2017

Bintang Gerilya

Akhirnya saya mendapatkan salah satu koleksi yang dari dulu saya incar, Bintang Gerilya! Medali ini adalah milik kakek teman saya muara-buku. Beliau dulunya adalah seorang Tentara Pelajar yang berjuang di Surakarta. 
Sebuah bintang sudut lima dengan diameter 42 mm (milimeter). Bagian lingkaran tengah berdiameter 20 mm. Ditengahnya terdapat tulisan "PAHLAWAN GERILJA" (Nantinya "PAHLAWAN GERILYA" dan "GERILYA"  dengan dilingkari rangkaian padi.
Ribbon Bintang Gerilya berukuran panjang 35 mm dan lebar 25 mm. Warna dasar merah dengan 3 strip tegak warna putih. Strip mempunyai lebar 3,5 mm dengan bagian - bagian yang sama.
Bahan: Baja
Bintang Gerilya dapat dibilang paling sakral dibandingkan medali Indonesia lainnya. Ini dikarenakan penghargaan tersebut diberikan kepada siapapun yang ikut berjuang dalam Agresi Militer Belanda I dan II. Selain itu pula pemberian juga diberikan dari kinerja sang penerima saat masa itu pula. Medali ini adalah bentuk terima kasih Pemerintah Indonesia kepada para pejuangnya. Awalnya Bintang Gerilya ditetapkan pada tahun 1949 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1949. Sesuai dengan isi peraturan tersebut dan juga seperti yang sudah diterangkan diatas, saat itu medali diberikan kepada: 
"Setiap warga negara, yang berjuang dan berbakti kepada Tanah Air dan Bangsa selama agresi Belanda ke I dan Ke II dengan menunjukan keberanian, kebijaksanaan dan kesetiaan dan kedudukan". 
Upacara Pemberian Bintang Gerilya di Yogyakarta
Upacara penganugerahan Bintang Gerilya kepada 9 orang di Yogyakarta oleh Gubernur Militer Yogyakarta yaitu Paku Alam VIII pada 10 November 1949.
Acara tersebut dihadiri pula oleh Jenderal Sudirman dan Sultan Hamengkubuwono IX

Upacara "Buahdua" yang dilaksanakan oleh Divisi Siliwangi
Upacara yang dilaksanakan di tanggal yang sama di Jawa Barat tersebut dibarengi dengan pemberian Bintang Gerilya kepada seorang wanita yang bernama Erna Sutoto Jayadiningrat. Erna diganjar Bintang Gerilya karena jasanya dalam mengurus tawanan perjuangan dan juga keluarganya.
Dia juga diberikan penghargaan kalung bunga dari kaum wanita
 Bintang Gerilya Pertama
Dibuat dari pecahan mortir dan granat.
Kelima gambar diatas dari buku "Api nan Tak Kunjung Padam" milik teman saya muara-buku

Para penerima medali tersebut diberi kehormatan untuk dimakamkan di taman makam pahlawan. Penyerahan medali nantinya diperluas kepada Warga Negara Asing yang sudah membantu kemerdekaan Indonesia ataupun sebagai penghormatan Indonesia kepada Warga Negara Asing terkemuka atas jasa - jasanya untuk perjuangan negaranya masing - masing seperti yang tercantum pada Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1959. Pengambilan keputusan pemberian dan penyerahan Bintang Gerilya awalnya hanya dikhususkan dari Presiden. Namun pada tahun 1959, keputusan pemberian medali diputuskan melalui usul Menteri Pertahanan.
Fidel Castro Menerima Bintang Gerilya
Bintang Gerilya (kanan) dipasang berdampingan dengan kemungkinan Bintang Republik Indonesia.
Penghargaan diberikan saat kunjungan Soekarno ke Kuba pada tahun 1960.
Sumber
Terlihat Castro menerima hadiah keris dari Soekarno.
Presiden Kuba Osvaldo Dorticos Torrado memperhatikan dari belakang.
Perhatikan pula Bintang Republik Indonesia yang dipakai oleh Torrado dan Bintang Gerilya yang dikenakan oleh Castro.
Sumber
Uniknya perangko Kuba diatas memberi warna yang berbeda untuk ribbon Bintang Gerilya.
Apakah Che Guevara juga mendapat Bintang Gerilya? Kemungkinan tidak, karena dia orang Argentina.
Sumber

Josip Broz Tito Menerima Bintang Gerilya
Tito dianugerahi Bintang Gerilya pada tanggal 28 Desember 1958.
Sumber

Medali Bintang Gerilya Josip Broz Tito
Sumber

Pemberian Bintang Gerilya bisa dibilang tidak selalu tepat waktu. Ada yang langsung mendapatkannya (seperti yang terjadi pada tahun 1949) namun ada juga yang baru mendapatkannya berpuluh - puluh tahun setelahnya.

Koleksi medali dan ribbon D.I. Panjaitan.
Perhatikan ribbon bar kanan atas, dimana dia tidak mendapatkan secara langsung Bintang Gerilya.
Dia baru mendapatkkannya sebelum mendapat Satyalancana GOM VII.
Sumber
Bintang Gerilya milik Soeharto.
Dia baru mendapatkan penghargaan tersebut pada tanggal 17 Agustus 1965.
Sumber
Untuk Order of Precedence, Bintang Gerilya menempati salah satu yang tertinggi. Yaitu sebelum Medali tertinggi cabang angkatan perang (Contohnya medali Kartika Eka Paksi untuk Angkatan Darat) dan Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia.
Medali milik veteran yang disusun sesuai dengan Order of Precedence
Sumber: kaskus
Bintang Gerilya dalam miniatur Medal Bar
Sumber
Bintang Gerilya dalam Ribbon Bar

Seperti halnya sejarah medali di Indonesia salah satunya adalah Satyalancana Kesetiaan, Bintang Gerilya mengalami beberapa perubahan dalam perjalanan sejarahnya. Yang pertama adalah medali Model I. Model tersebut ditandai dengan tulisan "PAHLAWAN GERILJA".
Medali Model I
Sumber
Breast Star (Bintang untuk di dada) yang nantinya akan dijelaskan dibawah.
Sumber

Selain bentuk, ada pula perbedaan yang terjadi pada piagam penghargaan. Awalnya piagam didekorasi dengan hiasan apik ...
Piagam Model I
Sumber

... namun praktek ini terhenti pada era 1960-an. Saat itu muncul piagam model II dimana hiasan dikurangi secara drastis dan ditambahkan lambang Garuda Pancasila.
Piagam Model II

Namun sebelum adanya model II, muncul pula model khusus. Mengapa khusus? Karena bentuk hiasan piagam berbeda sekali dengan model II bahkan I sekalipun. Uniknya pada bagian atas piagam, terdapat lambang bintang kepresidenan. Kemungkinan piagam ini adalah piagam khusus untuk Bintang Gerilya yang diperuntukkan kepada tamu negara. Bahkan piagam Bintang Gerilya milik Sultan Hamengkubuwono IX memakai model I bukannya model khusus.
Piagam Bintang Gerilya Josip Broz Tito
Sumber

Serupa dengan bentuk piagam, seiring dengan berlangsungnya waktu, medali juga berubah bentuk. Kali ini dengan munculnya EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1972, berubah juga tulisan inskripsi medali. Kali ini tulisan berupa "PAHLAWAN GERILYA". Namun bukan berarti medali sebelumnya ditinggalkan, ada pula medali lama yang tetap diberikan kepada penerima Bintang Gerilya pasca tahun 1972.
Selain bentuk medali, terjadi pula perubahan pada set medali yang diberikan. Awalnya Bintang Gerilya berupa medali, miniatur, dan ribbon bar; sekarang menjadi neck ribbon (pita kalung), miniatur dan breast star serta ribbon bar. Namun untuk set yang baru ini belum diketahui kapan perubahan tersebut mulai dilaksanakan. Tapi yang pasti perubahan sudah dilaksanakan sebelum tahun 1965, ini dibuktikan dari adanya breast star pada Bintang Gerilya milik Soeharto di atas.
Medali Model II
Sumber
Seorang veteran yang mendapatkan medali pada tahun 2008.
Uniknya breast star masih memakai inskripsi "BINTANG GERILJA".
Sumber

Peraturan Bintang Gerilya berubah pada tahun 2009 dimana sesuai dengan Undang - Undang Nomor 20 tahun 2009, medali sekarang diberikan kepada siapapun yang ikut serta bergerilya melawan invasi negara asing. Dengan munculnya perubahan ini, masa berlaku Bintang Gerilya masih terbuka hingga sekarang. Akibatnya muncul pula penerima Bintang Gerilya yang dulu tidak sempat dinominasikan untuk mendapatkan medali tersebut.
Pada waktu yang sama, terjadi kembali perubahan pada bentuk medali. Model medali berbentuk lebih gemuk dan inskripsi pada medali diubah menjadi "GERILYA". Selain itu pula, terjadi perubahan pada piagam.
Medali Model III
Sumber
Piagam Model III
Sumber

Jadi inilah profil salah satu medali terkenal dalam sejarah Indonesia. Jika anda mempunyai informasi tentang medali ini, jangan sungkan untuk memberi komentar. :)


Usia: 1949 - 1972