Label

agfa (4) amerika (61) belanda (217) buku (79) bulu tangkis (6) calm before storm (1919-1938) (83) canteen (6) cina (25) diary (22) dongeng (2) filateli (30) film (7) foto (64) gaji (3) gevaert (3) happy birthday (8) helm (22) hukum (2) indonesia (256) inggris (53) italia (15) jepang (60) jerman (69) kanji (10) kapal (36) kartun (1) kenang-kenangan invaliden (4) kepala negara (68) knil (93) komik (1) koos allemany (18) koran (5) liner (2) lukisan (3) m1 (11) majalah (15) manual (10) medali (31) misteri (20) muara-buku (12) museum goes to campus (8) musik (6) named collection (24) olah raga (9) once upon a time (3) paper work (45) paska soviet (19) pengumuman (8) perang dingin (158) perang dunia I (32) perang dunia II (162) personal tale (4) perwira (73) peta (9) polisi (18) post-napoleonic (6) prajurit (80) propaganda (57) repro (4) rusia (14) sekolah (7) senjata (18) seragam (32) sipil (107) Story Behind Letter (5) surakarta (70) tentara (137) tni (91) ulang tahun blog (17) unik (72) update (49) veteran (10) victorian-edwardian (41) video (18) voc (11) Wij Strijden Met De Teekenstift (52)

Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Tampilkan postingan dengan label amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label amerika. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Januari 2020

Pengumuman - Absen untuk Sementara


Mungkin bukan sesuatu yang pas untuk mengawali tahun yang baru. Namun dengan berat hati, saya mengumumkan akan absen dalam menulis blog untuk sementara waktu. Ini dikarenakan saya akan berkonsentrasi terlebih dahulu dengan proyek buku saya. Berbeda dengan Babad Nipon yang mengalami hambatan, buku saya ini yang bertemakan pasukan Amerika saya optimis bisa terbit kelak. Selain kondisi mental saya yang tidak sekuat dulu, susah bagi saya sekarang untuk multi tasking. Alhasil saya lebih memilih untuk mengkonsentrasikan diri dalam penulisan buku terlebih dahulu. Meski saya absen, bukan berarti saya tidak akan mengunjungi lagi blog ini. Jika ada yang bertanya, seperti biasa saya akan berusaha menjawab sebaik mungkin. :)
Sampai jumpa!

Minggu, 01 Desember 2019

Aden dan BIN

Dari Djibouti, sang penulis akhirnya tiba di Aden. Ada beberapa informasi tambahan menarik tentang kondisi kapal Zeeland dan tentang penumpang lainnya.

Rabu Legi, 656-65/25. Februari 25, 1959 D.16 

Tinyku yang kusayangi banget. 
Selasa kemarin tanggal 24/2 jam 9, kami sudah melihat pantai Somaliland yang berupa pegunungan yang berderetan. Hawa di luar terasa panas sekali. Di dalam kamar - kamar ada air conditioner jadinya enak. Antara jam 11 kapal sudah berada di pelabuhan Djibouti. Kapal berlabuh di pelabuhan baru, saat terakhir aku tiba belumlah ada. Dulu kapal dirapatkan di pelabuhan bagian dalam, tetapi sekarang ada di luar. Wah di luar panasnya terik sekali.Habis makan, orang - orang akan pergi ke kota tapi aku tidak ikut karena panas sekali (aku takut kulit semakin gelap). Aku ya juga pernah ke sana jadi ya bimbang. Aku melihat keluarga Dobbs, keluarga Antonio Blanco dan Louisa turun dari kapal yang kemudian berjalan keluar dari pelabuhan. Di Djibouti tidak ada imigrasi formal. Kami yang tinggal di kapal yaitu keluarga Kellermans, Nona Shepley dan aku melambaikan tangan kepada mereka yang pergi ke kota. Aku lihat mereka sedang tawar menawar tarif taksi ke kota, kemudian aku masuk kamar akan tidur sekalian membaca. Setelah melepas baju juga eh kok malah penasaran ingin lihat hasil tawar menawar tadi. Aku kemudian bersolek lagi, keluar dan melihat orang - orang tadi ternyata masih berdiri di jalan keluar. Mereka belum selesai tawar menawar. Tidak lama kok mereka kembali, ternyata mereka tidak jadi ke kota. Katanya karena taksinya minta tarif 10 dolar pulang pergi (1 dolar sama dengan 250 francs).Jam 6 sore semuanya sudah selesai dan siap berangkat. Jam 6.30, kami sudah meninggalkan Djibouti yang saat itu terlihat berkerlip dari kejauhan. Oh ya, aku ingin bercerita sedikit.Hari itu sebelum kapal berangkat, sekitar jam 6 sore, aku berdiri di dek sembari melihat jalan di pelabuhan yang terkadang muncul mobil sedan atau scooter yang dinaiki 2 sejoli. Hawa termasuk hangat. Pemandangan ini mengingatkanku saat di Semarang. Malah terkenang masa itu saat kerja di kapal. Pakaian dan makanan tidak cukup, hidup serasa terlunta - lunta. Rasanya mengalami itu kembali.Hari ini, subuh sekitar jam 4 sudah tiba di Aden. Jam 5 aku keluar, melihat pemandangan Aden di pagi hari yang tersorot rembulan terlihat cantik. Di belakang kota yang berkerlip terlihat gunung hitam, di pucuknya terdapat lampu pula. Saking tertariknya aku ingin melihat pemandangan pagi hari, aku tidak tidur lagi tetapi mandi dan bersolek. Di Aden ini keluarga Kellermans, Nona Shepley dan Louisa Abib Khan turun dan meneruskan perjalanan mereka masing - masing.
Pelabuhan Aden tahun 1952.
Sumber

Kami mendapat kabar bahwa kapal akan berangkat pada siang hari dan penumpang diberi kelonggaran untuk pergi ke kota hingga jam 1 siang. Pagi ini sehabis kapal kami ditambatkan di buoy, tiba kapal penumpang "Australia". Ternyata mereka membawa penumpang Indonesia, siswa BIN yang akan pendidikan ke Jerman Barat semuanya berjumlah 20 orang. Aku bertemu siswa tadi di pasar Aden. Aku juga bertemu dengan keluarga Soekarno yang membawa 3 anak dan 1 pembantu di kedutaan, mereka akan menuju ke Jeddah. Mereka bilang rumahnya ada di Blok A Kebayoran.
Pasar Aden tahun 1960an.
Sumber

Hawa Aden panas dan terik, kondisi kota juga tidak menyenangkan. Kurang tahu bagian lainnya karena aku tidak melihatnya.Kembali ke kapal naik perahu bersamaan dengan siswa yang juga akan kembali ke kapal "Australia". Sekitar jam 2 siang kapal sudah siap melanjutkan perjalanan, sekarang menuju Indonesia. Belum sebentar kapal sudah berangkat diikuti kapal "Australia" yang cuma sampai di luar pelabuhan. Kapal berbelok ke Timur, "Australia" berbelok ke Barat.Hingga malam ini keadaan laut enak sekali, tidak bergoyang sama sekali. Semoga ini tetap bertahan hingga tiba di Jakarta. Meski kondisi kapal tenang namun perasaan penumpang tidak tenang, terbilang tegang. Sekarang penumpang yang tersisa selain aku adalah: keluarga dari Chicago yang bernama Dobbs, keluarga seniman Antonio Blanco dan keluarga Gardiner beserta anaknya yang akan pergi ke Australia. Gardiner ini anti sosial dan dicap kurang Gentlemen. Keluarga ini tidak mau berbaur dengan penumpang lainnya seperti kami ini. Penumpang lainnya bisa bergaul dengan lainnya. Pagi tadi ada insiden kecil yang mengakibatkan adanya ketegangan antara Gardiner dan Blanco. Sang suami Gardiner tidak dihiraukan oleh para penumpang karena sikapnya yang merasa benar sendiri.Jadi ini cerita pelayaran hingga hari ini, semoga saja di hari berikutnya ketegangan tadi tidak semakin memburuk.   

Dari cerita sang penulis kita bisa melihat bahwa Aden menjadi hub pelayaran dunia. Dari kapal Australia yang kemungkinan adalah MS Australia dari Lloyd Trestino hingga para penumpang SS Zeeland yang turun dan menumpang kapal lainnya. Tentang MS. Australia, kapal ini pertama kali berlayar pada tahun 1950 dengan tujuan Italia - Australia. Kapal ini terbilang spesial karena Australia adalah kapal buatan Italia pertama Lloyd Trestino pasca Perang Dunia II. Australia terakhir kali berlayar ke Australia pada tahun 1963 karena Lloyd Trestino membuat kapal yang lebih besar. Berikutnya kapal ini berubah nama menjadi Donizetti dan berlayar hingga tahun 1976 karena konsumen lebih memilih perjalanan menggunakan pesawat seperti Boeing 747 Jumbo Jet. Setahun kemudian kapal dibesi tuakan. 
MS. Australia
Sumber:
Ebay

Ini untuk pertama kalinya mendengar kata air conditioner dari orang Indonesia pada masa lampau. Akan sangat menarik jika kita bisa melihat pendapat mereka yang baru pertama kali mencobanya di Indonesia. Saya masih belum menemukan apa kepanjangan BIN disini. Sepertinya tidak mungkin BIN adalah kependekan dari Badan Intelijen Negara karena saat itu BIN masih bernama BKI (Badan Koordinasi Intelijen). Bisa jadi BIN disini ada hubungannya dengan pelayaran.
Selain itu pula sangat unik bisa melihat bahwa seniman terkenal kita yaitu Don Antonio Blanco bisa mengalami ketegangan dengan penumpang lainnya. Perjalanannya kembali ke Indonesia tidak setenang yang kita bayangkan.


Usia: 1959

Jumat, 01 November 2019

Menuju Djibouti

Setelah dari Port Sudan, sang penulis masih dalam perjalanannya di Laut Merah menuju Djibouti. Kita bisa melihat bagaimana penderitaan seseorang untuk menawarkan rasa kangen sebelum masa internet. Saat itu, sang penulis hanya bisa memuaskan dahaga kangen dengan secarik foto dan uneg - uneg surat. Mereka juga berharap agar surat dan kapal bisa tiba di tujuan tepat waktu.

Senin Wage, 654-67/27. Februari 23, 1959 D.15 
Laut Merah menuju Djibouti 
Lanjutan surat No. 5 
Tiny yang kukangeni banget, 
Tadi malam aku tidur sore, karena badan terasa capek. Jam setengah 10, aku sudah tidur nyenyak. Karena capek ya tidur rasanya nyenyak. Sampai pagi ini rasanya agak malas. 
Hari ini tidak ada kejadian yang luar biasa. Siang tadi, hawanya pengap sekali dan panas. Kami juga bertemu dengan kapal - kapal. Sore tadi jam 7 kurang seperempat bertemu dengan sebuah kapal yang kemudian bertukar berita dengan lampu. Bulan pada tanggal 15, bulat sekali dan terlihat besar serta terang. Kalau menurutku, pemandangan seperti ini cocok untuk dinikmati dan membuat hati nyaman. Laut bersinar karena disorot sinar bulan yang sangat terang. Tidak ada mega sedikitpun dan kapal bergerak diam. Sangat cantik. 
Aku sampai ini tetap kangen denganmu Tiny. Tiap hari tidak lupa menghitung hari yang memisahkan kita. Kalau tidak ada apa - apa dan kalau kapal bisa sesuai dengan jadwalnya, akan tersisa 21 hari sebelum aku bisa bertemu denganmu lagi.Tapi kupikir akan terlambat 1 atau 2 hari. Kalau ini terjadi, tidak apa - apa ya. Yang penting bisa selamat bertemu kembali. Fotomu masih terus kupandangi. Kukira kau cantik sekali. Kepala agak miring kekiri seperti orang tengeng, tapi malah membuat manis kok. Totom juga ternyata ikutan miring, semakin tampan.
Candi Borobudur tahun 1950-an.
Sumber
 
Di kapal ini, yang bersamaku ada keluarga Amerika dari Chicago, aku sudah pernah cerita kan. Mereka pergi ke Bali dan akan menginap 2 minggu. Aku rasa kok sia - sia sekali kalau di Indonesia 2 minggu tapi tidak melihat Borobudur. Semestinya mereka bertanya, ya juga sudah kuberi petunjuk arah ke Borobudur. Akan lebih baik kalau aku menawarkan diri mengantar mereka ke sana. Aku ya juga belum pernah ke sana pula (kamu apa sudah ?), jadi sekalian melihat. Jika bisa, kurencanakan antara tanggal 5 - 9 April aku di Yogya menjemput keluarga tadi. Tapi sampai kutulis surat ini, belum ada keputusan dari mereka. 
Tentang liburan kita, aku ingin dari tanggal 1 April sampai tanggal 16 April. Kira - kira kamu cocok apa tidak? Bagaimana nanti pembagiannya bisa kita diskusikan bersama. 
Tiny, suratku ini kusudahi dulu. Kalau saja surat ini bisa menjadi pelanjut dari yang Laut Merah. Nanti sebelum tiba di pelabuhan, aku tulis surat lagi. Sudah ya, cup. 
Masmu kangen banget. 


Usia: 1959

Kamis, 01 Agustus 2019

Dari Port Said dan Terusan Suez hingga Laut Merah

Setelah terkekang di Alexandria, akhirnya sang penulis mendarat di Port Said dan Terusan Suez.

Lautan Merah, Februari 20, 1959 
Suez - Jeddah 

Tinyku yang aku kangeni banget, 
Sejak tanggal 13 ini aku tidak membuat catatan harian, sampai sekarang. Ada lagi yang tidak kubuat yaitu surat untukmu dari Port Said dan dari Suez. Karena banyak kejadian yang mengambil perhatianku, seperti ingin melihat jalannya kapal saat masuk atau keluar dari pelabuhan; lalu lintas kapal di Suez Canal; dan lain - lainnya. Itu semua kupotret dan kurekam film, jika nanti kita bisa lihat gambar - gambar tadi.
Pelabuhan Port Said.
Sumber

Pedagang perahu.
Sumber
Masjid Al - Abbas.
Sumber: E-bay
Dari Alexandria kami berangkat jam 5 sore. Diantara jam 3 pagi sudah tiba di depan Port Said, jam 6 kami sudah masuk. Kukira kami tidak berlabuh di pelabuhan melainkan lego jangkar di muka pelabuhan. Sepertinya kota Port Said menarik sekali, terlihat di kartu pos yang kukirim bersamaan dengan surat ini. Para pedagang menawarkan dagangannya dari perahu kecil. Bahkan ada yang menumpangi kapal barang. Dagangannya dijual di dek kapal. Aku ingat permintaanmu, kemudian kubeli permadani kecil serupa dengan yang di Blok S, yang dipasang di tembok. Aku beli 2 buah dan gambarnya berbeda. Kelak bisa dipasang di lokasi pilihanmu yang paling bagus. Siang setelah makan, kami penumpang bersama - sama turun dari kapal ke kota. Berkeliling melihat masjid, gereja dan toko - toko. Kami beristirahat di restoran, di sana aku bertemu dengan keluarga Indonesia yang bekerja di kedutaan besar di Kairo. Kata mereka, mereka baru saja mengantar Duta Besar yang baru saja
Duta Besar Indonesia
untuk Mesir
Mahmud Lamako Latjuba.
Sumber

pulang ke Indonesia menumpangi kapal penumpang Italia (Lloyd Triestino). Saat kami pulang ke kapal, aku melihat kapal penumpang tadi. Putih dan besar sekali, cantik untuk dilihat. Pelabuhan sangatlah ramai, suara para pedagang yang menawarkan barang sangatlah nyaring, penumpang dan para pengantar terlihat banyak pula. 
Sebagai catatan yang akan kuceritakan disini, saat turun ke kota Port Said, yang memiliki uang Mesir hanya aku semata. Karena cuma akulah yang menukarkan uang, lainnya tidak mau. Saat di restoran untuk minum dan makan biskuit, aku yang membayar. Saat naik perahu dari kapal dan saat kembali, aku juga yang membayar. Saat kembali di kapal, setelah melalui penghitungan, uangnya dikembalikan kepadaku dengan uang Dolar. 
Paginya jam 7 tanggal 18 Februari, kami sudah siap meneruskan perjalanan mengikuti konvoi melalui Suez Canal. Sebuah kebetulan perjalanan ini dilakukan siang hari, kami bisa melihat pemandangan Suez Canal. Konvoi panjang sekali, Zeeland di nomor 15, dan di belakangnya masih ada kapal yang mengikuti. Mungkin kalau tidak salah ada 7 kapal, total semuanya 22 kapal. Saat tiba dekat danau Great Bitter Lake, bertemu dengan konvoi yang datang dari Suez. Wah banyak sekali kapal - kapal besar berkumpul disini. Saling menunggu, kira - kira ada 100 kapal. Setelah berhenti beberapa jam, kami bisa melanjutkan perjalanan pada jam 17:00. Lalu malam hari tiba, melalui terang rembulan, aku bisa melihat pemandangan kiri dan kanan. Sekitar jam 21:30, kami sudah tiba di Suez, kemudian berhenti dan berlabuh di luar pelabuhan. Kemudian dilanjutkan dengan bongkar muat. Di sekitar kami, banyak kapal yang berlabuh, lampu kapal berkerlip menyenangkan hati.
SS Zeeland.
Sumber
 Pagi sekitar jam 7 tanggal 19 Februari, kapal sudah siap meneruskan perjalanan dari Suez menuju Jeddah. Kiri dan kanan Teluk Suez ini terlihat pegunungan jazirah Sinai dan Afrika. Sampai sore, kami melihat pemandangan yang kumaksud. 
Kami mencari lokasi yang zaman dulu kira - kira dipakai oleh Nabi Musa menyeberang saat dikejar oleh kaum kafir di Mesir. Tetapi tidak ketemu meski sebelumnya sudah diberitahu bahwa di Suez ada tanda 7 buah batu oleh juru mudi. Seharian jalannya kapal, enak sekali dan tidak bergoyang. Malamnya terang rembulan, tetapi aku tidak keluar. Duduk saja di dalam sembari mendengar radio the Voice of America. Malamnya kami sudah meninggalkan Teluk Suez dan sekarang tiba di Lautan Merah. Katanya teman, di Laut Merah itu saat pagi antara jam 3 langit terlihat merah di sisi timur. Aku pagi tadi jam setengah 4 bangun untuk mengecek, tetapi tidak melihat apa - apa. Mungkin saja karena mendung jadinya langit tertutup. Karena kangen tidur denganmu, aku tidur lagi sampai bangun jam setengah 7.
Sumber

Tanggal 20 Februari diawali sinar matahari yang sangat terik, langit terang benderang. Usai bersolek, aku kemudian turun ke dining room untuk sarapan. Kuceritakan apa saja yang harus dimakan saat pagi hari. Yang pertama harus diminum adalah juice, yaitu sari buah (jeruk diperas airnya); kemudian roti dengan selai atau keju; telur dadar atau telor goreng; minumnya kopi susu. Usai sarapan kemudian kembali ke atas lagi ke dek penumpang. Jalan - jalan di luar untuk berpanas - panas atau main ping pong.Ini tadi jam 10 pagi ke tempatnya kapten, mendengarkan tape - recorder. Jam setengah 12 kembali turun (kamar kapten di atas). 
Di bawah ini, summary posisi harian kapal. 
17 Februari - 06.00 Tiba di Port Said 
18 Februari - 07.00 Berangkat menuju Suez melalui Suez Canal 
19 Februari - 07.00 Berangkat dari Suez menuju Jeddah 
20 Februari -  24.08 Lintang Utara dan 36.36 Bujur Timur - 371 mil.
Sumber

Tiny, cukup ini saja. Besok jika tidak ada apa - apa, kuteruskan menulis lagi. Oh ya, di Port Said aku tidak menerima surat darimu. 
Sudah ya.

Inilah kisah perjalanan di Terusan Suez. Dari sini ternyata misteri kapal Zeeland terjawab. Kapal tersebut tidak lain ditumpangi oleh sang penulis sendiri. Kapal dengan bobot 8372 ton tersebut dibuat pada tahun 1946 dan dipensiunkan tahun 1971. Kapal milik maskapai Rotterdamsche Lloyd ini terlihat melanglang buana ke penjuru dunia. Dari Papua Nugini, Tanjung Priok, Hollandia (Jayapura), Aqaba, San Fransisco, St Lawrence hingga Pearl Harbor.


Usia: 1959

Senin, 01 Juli 2019

Masih di Alexandria

Setelah sudah setahun, saatnya saya melanjutkan diary kembali.  :) Selagi menunggu komputer bisa aktif lagi.
Sama seperti entry terakhir kali, catatan berupa surat dan bukannya uneg - uneg.

Laut Tengah, Alexandria - Port Said 
Februari 16, 1959 

Tinyku yang kukangeni banget, 
Tadi malam bongkar muat tidak bisa selesai, dikarenakan kelelahan dan hujan. Pagi ini baru bisa dilanjutkan. Meski begitu, udara sangat baik dibanding tadi malam. Akan tetapi aku sudah tidak ingin mengunjungi kota Alexandria lagi. Karena saat aku berkeliling malamnya, kulihat jarak kapal dari pelabuhan jauh. Selain itu pula, jalan di pelabuhan juga becek dan hujan yang tidak menentu. Di kapal, aku hanya bisa main ping pong dan membaca. Kupinjam buku milik pelayan, Tafsir Al-Quran milikku juga kubaca. 
Sore ini tadi jam 5, kami sudah meninggalkan dermaga. Keluar di pelabuhan pada pukul setengah 6, kami meneruskan perjalanan ke Port Said. Jika lancar, fajarnya kami sudah tiba disana. Jika tidak ada apa - apa pula, sorenya berangkat melewati Suez Canal di Suez. Wah jika lewatnya malam hari ya disayangkan tidak bisa berkamera. Jika terjadi, ya tidak apa - apa. 
Tiny, aku akan sedikit mengingatkan. Kelak jika menjemputku di pelabuhan Priok (Tanjung Priok), aku dibawakan buku kamus bahasa Inggris - Indonesia. Belikan kamus itu tadi: Inggris - Indonesia / Indonesia - Inggris, akan kukirimkan ke Tom White. Dia vice manager (assistent manager) Inward Freight Funch Edye; bukunya akan kutitipkan kapal Zeeland yang sepertinya kembali ke New York sehabis bongkar muat di Indonesia. Selain itu, belikan kartu yang gambarnya Serimpi atau pemandangan Indonesia. Nanti kutulis sebagai pengantar buku. Dikemas tapi jangan dilem. Jangan lupa ya? 
Dibawah ini kucantumkan lagi posisi kapal. Melanjutkan suratku tanggal 11 Februari. 
12 Februari - Tripoli 
13 Februari -  32.56 Lintang Utara dan 13.13 Bujur Timur
Sumber

14 Februari - 32.27 Lintang Utara dan 24.47 Bujur Timur
Sumber

15 Februari - Alexandria 
16 Februari - Alexandria 

Sudahan dulu ya Tiny, besok jika jadi menerima surat darimu yang kau kirim ke Port Said, kubalas lagi. Doaku untukmu agar diberi keselamatan dan kecupku untuk Totom yang tampan. Serta cintaku kepadamu siang maupun malam.


Usia: 1959

Minggu, 01 Juli 2018

Surat di Alexandria dan si Blanco

Setelah Tripoli, sekarang giliran sang penulis singgah di Mesir. Tepatnya Alexandria!

Alexandria , Februari 15, 1959. 
Tinyku yang aku kangeni.Wah aku senang sekali, hari ini tadi sehabis kapal merapat, aku mendapat surat darimu yang isinya fotomu dan Totom. Aku senang sekali, sejak lihat sekilas sudah diduga fotonya akan bagus sekali. Tiny terlihat cantik dan Toto terlihat tampan. Seharian ini fotomu kupandangi terus. Seperti tidak mau lepas.Oh, kok kasihan sekali, jatuh dari becak. Bagaimana kok bisa selip? Jangan - jangan melaju terlalu cepat. Seharusnya sekarang sudah sembuh kan?Bagaimana tugas di Solo, apa sudah selesai dengan baik? Totom apa diajak? Kalau tidak, nanti kasihan. Apa dititipkan di Blok S.? Bagaimana kondisi Solo?Aku berterima kasih kau beritahu kalau Roelijan sudah mempunyai menantu. Dibawah ini nama dan alamat Agen S.S. Zeeland di Singapura:
Rotterdam Trading Co. (Malaya) Ltd.
Shipping Department
P.O.Box 1522
Singapore.
Pagi ini sudah tiba di Alexandria sekitar jam 6, tapi jam 9 baru bisa merapat.
Sumber: Pinterest
Tiap penumpang punya rencana pergi ke Kairo, aku ya ikut. Pagi - pagi kita sudah siap, membuat bekal sandwich juga. Sayang sekali 3 hari terakhir ini Alexandria hujan terus, jadi sejak pagi ya hujan deras, membuat hati tidak enak dan tidak senang. Aku sendiri juga kurang yakin dengan rencana itu, tapi ya dibatinku, selagi sudah sampai di Mesir sekalian ingin melihat Piramid. Ternyata, mungkin karena sudah dikehendaki Allah, sudah jam 12 kok masih di Alexandria. Ini tidak jadi sebab tarif ke Kairo untuk melihat Piramid sebesar 45 dolar, sebelumnya katanya hanya 18 dolar, jadi ya dibatalkan. Tetapi aku juga tidak kecewa, soalnya bisa membaca dan melihat fotomu.Malam ini kami masih di Alexandria, jika semua hal sudah kelar, mungkin nanti malam atau besok pagi berangkat menuju Port Said. Aku juga menunggu menerima surat seperti yang sudah kamu janjikan. Oleh Mr. Blanco seniman dari Bali, di Bali kamu dibilang cantik, Totom juga dibilang tampan, awet tahan lama. Mungkin kamu bisa bertemu dengan keluarga Blanco saat kamu menjemput aku di Priok.Tiny, untuk menghemat biaya, surat ini cukup ini saja. Lain hari dari Port Said dilanjutkan lagi. Sudah ya, cup.

Sebelum saya menyudahi catatan untuk bulan ini, ada info menarik dari catatan diatas.
Yang pertama adalah agen SS Zeeland di Singapura. Saat saya cek, tidak ada nama kapal yang eksis pada masa itu. Yang mendekati adalah SS Nieuw Zeeland yang tenggelam pada Perang Dunia II. Satu - satunya kapal yang cocok dengan kriteria ini adalah SS Nieuw Holland. Saat itu karena hubungan Indonesia dengan Belanda yang mendingin, mengakibatkan perusahaan pelayaran yang menaungi kapal tersebut menghentikan operasional. Alhasil Nieuw Holland setelah berlayar ke Australia, India, dan Malaya; singgah di Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Hong Kong untuk dibesituakan. Tanggal singgah kapal tersebut memang mendekati dengan tanggal sang penulis menulis surat. Ada kemungkinan untuk penamaan agen, Belanda bisa saja memilih Nieuw Zeeland karena kenangan jasanya.
Informasi kedua adalah apakah anda bisa menebak siapakah Mr. Blanco disini? Seniman dari Bali atau lebih tepatnya yang akan kembali ke Bali. Ya, Blanco disini tidak lain ialah Antonio Maria Blanco atau Don Antonio Blanco! Pelukis berdarah Amerika yang terkenal itu!
Saat itu Blanco beserta istri Balinya yaitu Ni Ronji baru saja kembali dari perjalanan keliling Amerika selama 2 tahun lamanya. Saat dia kembali ke Indonesia, secara kebetulan dia satu kapal dengan sang penulis diary ini.
Terkadang sebuah peristiwa penting tersaru dalam catatan harian yang terkesan remeh ...
Antonio Maria Blanco dan Ni Ronji pada tahun 1957
Sumber


Usia: 1959

Minggu, 24 Juni 2018

Helm M76 / Bangtan Helmes - Helm Bhinneka Tunggal Ika TNI

Berikut adalah helm yang sering terlupakan oleh orang awam di Indonesia. Beberapa orang salah sangka bahwa helm ini adalah helm M1 Amerika. Namun bahannya yang bukan dari baja dan susunan pin liner serta chinstrap memberi keunikan tersendiri. Helm ini bernama M76 dan dia dari tanah drama yaitu Korea Selatan.
Marking "M - 6".
Kemungkinan M entah tahun produksi, kode pabrik, atau kloter pembuatan helm.
Angka 6 kemungkinan adalah nomor produksi helm.
Sumber

Selain PSY atau SNSD, Korea Selatan sempat menghasilkan helm yang dibilang cukup populer di dunia militer. Korea Selatan memberi nama helm M76 dengan sebutan ė°©ķƒ„ 헬멧 (Bangtan Helmes) atau helm anti peluru. Berikut adalah latar belakang dari munculnya Bangtan HelmesHarap maklum, mungkin ada kesalahan dalam menerjemahkan karena sumber yang ada hanyalah dalam bahasa Korea:
Awalnya diproyeksikan helm dibuat dari baja khusus. Namun tim peneliti menyadari bahwa helm semacam itu susah dibuat. Meskipun begitu, ada beberapa contoh helm yang dibuat.
Cheong Wa Dai.
Sumber
Namun setelah dilakukan pengetesan di Cheong Wa Dai (Istana Presiden) tepatnya di ruang tembak, disadari bahwa helm prototipe yang mereka buat tidaklah bagus. Helm bisa ditembus dengan peluru pistol. Disadari bahwa tembusnya peluru diakibatkan dari sudut tembakan. Selain helm yang mereka bawa, tim juga mencoba mengetes ketahanan baja helm Amerika (M1)  dan hasilnya serupa.
Salah satu anggota tim yaitu Dr. Han Pil Soon (Salah seorang pendiri źµ­ė°©ź³¼ķ•™ģ—°źµ¬ģ†Œ [Gukbang Gwahak Yeonguso / Agensi Pengembangan Pertahanan] kelak Presiden ķ•œźµ­ģ›ģžė „연구원 [Hangug Wonjalyeog Yeonguwon / Institut Penelitian Energi Atom Korea]) menegaskan 
Han Pil Soon.
Sumber


bahwa helm tidaklah tahan peluru melainkan tahan serpihan ledakan. Helm yang mereka bawa bukan untuk tes balistik. Sepertinya Korea tidak membutuhkan baja khusus karena tim sudah memiliki helm fiber dari Israel (Kemungkinan OR 201).
Saat itu pasukan cadangan Angkatan Darat menjadi perhatian utama Oh (Kemungkinan Oh Won Chul, Sekretaris Utama Kepresidenan bagian Ekonomi 1971 - 1979).
Memang sudah ada dugaan hal tersebut akan mengalami kesulitan karena pengembangan penelitian helm tidaklah lancar. Oh menyebut bahwa pasukan cadangan tidak selaiknya ke garis depan tanpa helm. Setelah Han menjanjikan adanya solusi, Oh memberi dia dana untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Kemudian tim langsung bekerja dengan bentuk helm dan mengikisnya. Bahan helm yaitu kain nilon tebal dicampur dengan resin sintetis serta cairan resin.

Setelah menambah kain nilon kembali, ditambahkan pula resin sintetis hingga tebal. Berikutnya cetakan ditekan untuk mengeluarkan udara dan resin berlebih. Kemudian resin diperkuat dengan udara panas. Alhasil helm selesai dan kemudian dilanjutkan dengan tes hantaman. Ini adalah tes untuk menguji ketahanan helm dengan menghantamnya.
Tes ini dilakukan berulang kali, ini agar bisa didapatkan helm yang paling baik. Waktu uji coba termasuk lama dan setelah melalui kerja keras akhirnya tim mendapatkan jalan keluar.
Dr. Han sendiri mengakui bahwa dia beruntung mendapatkan hasil. Karena uji coba seperti ini harus melalui ribuan eksperimen sebelum data yang diperlukan tercapai. Saat itu Han berhasil mendapatkan cara yang tepat. Uji ketahanan helm menggunakan standar inspeksi Angkatan Darat Amerika dan helm prototipe lulus dengan mudah. Berikutnya helm tersebut dinamai dengan Bangtan Helmes
. Han membuat beberapa darinya dan diperlihatkan kepada Komandan Kim (Kemungkinan Kim Jong Hwan, Komandan ģ œ3야전군 [Jesam Ya Jeongun / Angkatan Darat Ketiga] dan kelak ėŒ€ķ•œėÆ¼źµ­ ķ•©ė™ģ°øėŖØė³øė¶€ [Daehanmingug Habdongchammobonbu / Staf Gabungan Angkatan Bersenjata]) di Cheong Wa Dai. Disana Oh menyuruh Han untuk menaruh Bangtan Helmes di halaman untuk dilindas oleh jip. Helm tidak hancur saat dilindas.
Kim Jong Hwan.
Sumber
Tes berikutnya, Bangtan Helmes dihantam dengan palu godam standar Angkatan Darat Amerika. Oh menyuruh untuk memukul helm tersebut saat Han masih memakainya. Saat palu dihantam, helm melayang. Tiap kali dipukul, helm terlempar sejauh 5 meter. Setelah berulangkali, helm tetap bertahan. Meski terdapat bekas hantaman palu, Bangtan Helmes sukses dalam uji coba.
Dibandingkan dengan helm baja
(M1) dimana berat helm beserta liner sebesar 1,5 kg, Bangtan Helmes hanya 0,9 kg. Helm ini juga tidak pengap saat musim panas dan tidak membeku saat musim dingin. Helm baja sendiri ukurannya disesuaikan dengan ukuran kepala orang Barat alhasil tidak cocok dengan kepala orang Asia. Bangtan Helmes, ukurannya tepat, alhasil helm ini langsung populer. Awalnya helm diproduksi massal untuk pasukan cadangan. Kemudian para perwira mulai tertarik. Bahkan militer Amerika juga tertarik pula, para perwira tingginya juga menyukai helm tersebut. Konon Komandan Amerika (kemungkinan General John William Vessey Jr.) membawa Bangtan Helmes ke Amerika. Disana dia menyatakan bahwa helm yang dibuat Korea kualitasnya bagus dan dia mendorong penelitian tentang helm tersebut. Entah kebetulan atau tidak, beberapa tahun kemudian Amerika melengkapi tentaranya dengan helm non baja. Berbeda dengan nilon fiber yang dipakai oleh Korea, Amerika memakai karbon fiber yang saat itu mulai mendapat nama di Amerika. Karbon fiber sendiri adalah bahan yang
Sumber
sering dipakai untuk alat pancing dan raket bulu tangkis. Sekarang bahan tersebut disebut dengan nama kevlar.
Prototipe Bangtan Helmes dibuat oleh Oriental Industries Co. Ltd
(Belum diketahui apa perusahaan ini. Kemungkinan anak perusahaan Korea Maritime Service yang dipimpin oleh Presiden Ryun Namkoong) dan oleh perusahaan Silver Star. Mereka dipilih karena mereka berdua menghasilkan alat pancing dari plastik fiber. Karena helm anti peluru dihasilkan dari teknologi domestik, alhasil Amerika tidak bisa campur tangan. Jadi tidak akan ada halangan dalam mengekspornya. Bangtan Helmes populer di negara kondisi iklim panas. Tercatat 1 juta helm sudah diekspor hingga tahun 2010.

Namun ada versi lain dari cerita diatas. Menurut situs (ini), 
Sumber
saat itu dalam rangka perkuatan pertahanan, Presiden Korea Selatan yaitu Park Chung Hee memerintahkan Gukbang Gwahak Yeonguso untuk membuat granat. Setelah melihat langsung hasil penelitian granat yang dilakukan oleh Han cepat selesai, Park memerintahkan untuk mendistribusikan granat baru tersebut ke pasukannya. Setelah itu Park memberi perintah untuk membuat helm baru yang berdasarkan helm Israel serta parasut buatan Amerika. Han langsung menyatakan bahwa dia sedang mengembangkan helm anti peluru di labnya. Mendengar hal itu, Park menyuruh Oh untuk membawa palu (mungkin untuk menghancurkan helm). Han yang tiba di gerbang Cheong Wa Dai terkejut lalu memprotes keputusan Park dan melalui perantara Oh, Han bertemu dengan Park untuk membeberkan hasil temuannya. Saat itu helm sudah melalui uji coba sebanyak 1000 kali.
Jadi inilah sejarah munculnya helm M76. Dari kedua cerita di atas, kita bisa mengetahui mengapa M76 muncul. Awalnya hanya hasil kebijakan Park Chung Hee yang ingin memperkuat pertahanan. Dia menyuruh Gukbang Gwahak Yeonguso untuk membuat helm dengan bantuan keuangan dari Oh Won Chul. Yang awalnya helm hanya untuk penguatan pasukan cadangan, namun hasil cipta dari Han Pil Soon tersebut menjadi populer hingga menjadi bahan ekspor. M76 berasal dari 2 helm, M1 dari desain dan OR 201 kemungkinan untuk penelitian bahan.
Berbicara tentang bahan, orang non Korea menyebutnya dengan nama Corlon. Nama yang jujur saja membingungkan. Mengapa M76 terbuat dari bahan tersebut, ini dikarenakan dorongan Han sendiri. Saat itu Han berkomentar bahwa jika helm baja saja ditembus oleh peluru, mengapa tidak membuat helm yang lebih ringan.
Saat M76 pertama kali muncul beberapa Jenderal Korea Selatan skeptis dengannya. Komentar yang keluar adalah:
"Kamu tidak bisa memakan nasi secara darurat dengan ini! Helm (M1) bisa menjadi peralatan memasak yang bagus!"
dan
"Helm (M1) bisa memberi perasaan aman secara psikologis karena lapisan kedua (liner) menahan peluru jika lapisan pertama ditembus. Ini tidak ada di Bangtan Helmes.". 
Bagaimana dengan kualitas balistik M76? Menurut sumber cerita pertama, meski namanya berarti helm anti peluru namun helm tetap bisa ditembus oleh peluru. Menurut cerita yang lain, sebenarnya Han tidak langsung memberi nama Bangtan Helmes, awalnya helm diberi nama ķ•˜ģ“파  (Haipa) yang sama dengan prototipenya. Kata tersebut adalah bahasa Korea untuk Haifa, salah satu kota di Israel. Sudah pasti nama tersebut dipilih karena helm yang mereka teliti adalah helm Israel. Namun Han lebih memilih nama Bangtan Helmes. Alhasil nama yang ironis dan bisa membuat salah sangka ini tetap bertahan hingga tahun 1996.
Sumber
Apa yang terjadi pada tahun tersebut? Korea Utara melakukan infiltrasi di Gangneung. Saat operasi untuk menangkap infiltran, Oh Young An (ģ˜¤ģ˜ģ•ˆKolonel Korea Selatan yang juga sebagai komandan operasi militer gugur saat M76 yang dia pakai tertembus peluru AK-47. Dari kejadian ini diambil keputusan untuk meneliti helm baru untuk mengganti Bangtan Helmes.
Seperti yang sudah disinggung, bentuk M76 sendiri menggunakan model helm M1. Liner memakai model tipe Riddell  (liner yang dipakai pada helm M1) dipasang langsung pada helm. Untuk strap dan chinstrap memakai model dari helm M1 pula.
Pada masa kini, perusahaan pembuat M76 yang tercatat seperti Daewoo, Silver Star dan Samsung.
Helm juga disebut dengan M80. Saya masih belum menemukan mengapa ada 2 jenis penamaan. Mungkin nama M80 adalah penamaan untuk ekspor.
Sumber
Anggota ģ œ6볓병사단 (Yeoseos Beonjjae Bobyeong Sadan) atau Divisi Keenam Infanteri Korea Selatan.
Sumber
M76 dengan Kain Camo (Kamuflase)
Anggota ģ²«1볓병사단 (Cheos Beonjjae Bobyeong Sadan) atau Divisi Pertama Infanteri Korea Selatan.
Sumber

M76 sempat diekspor seperti ke Chile,
Sumber
Sumber

Nepal, 
Sumber

Bolivia,
Sumber
Sumber

Mesir,
Sumber

Irak, dimana helm ini mendapatkan reputasinya dan dikenal dunia.
Di negara ini, M76 merasakan perang, yaitu Perang Irak - Iran. Dalam perang yang juga disebut dengan Perang Teluk Persia, M76 dipakai secara intensif oleh pasukan Irak. Bahkan helm tersebut sempat dipakai oleh pemimpin Irak yaitu Saddam Hussein saat dia memantau garis depan.
Pasukan Irak di Basra tahun 1982.
Sumber

Saddam Hussein dengan Bangtan Helmes.
Sumber

Ada juga negara seperti Singapura, Cina, Senegal, dan Republik Afrika Tengah. Namun sebagian besar saya belum bisa menemukan contoh helm mereka. 
Satu negara lain pengimpor M76 yang jarang terdengar oleh kolektor luar negeri, yaitu Indonesia.

M76 selain diespor sempat pula dibuat variannya. Irak mungkin karena kesulitan ekonomi akibat perang memutuskan untuk membuat M80-03 dan M90. Namun kualitas kedua helm terutama M90 dibilang LWO ...
Last Ditch Helmet in 2003
Sumber

M80-03
Sumber

M90
Sumber

Israel uniknya adalah negara pertama yang seharusnya kebagian Bangtan Helmes. Namun rencana tersebut tidak dilanjutkan.
Sebenarnya ada helm yang serupa dengan M76 atau malah berumur lebih tua. Helm tersebut berasal dari India dan bernama "Helmet Combat Fibre Glass" (Mungkin orang India menyebutnya ą¤¹ेलमेट लऔ़ाकू शीसे रेशा - Helamet Ladaakoo Sheese Resha) atau disebut model 1974. Helm ini kemungkinan dibuat pertama kali pada tahun 1974 oleh Defense Research and Development Organisation. Perbedaan dengan M76 adalah pada pin chinstrap yang hanya berjumlah 2 buah dan dalam bentuk horizontal. Sedangkan bahan helm terbuat dari campuran fiberglas yang diperkuat dengan plastik dan resin polyester.
Pabrik pembuat helm ini adalah Polyfib (Polyglass Fibres), CF (Calcuta Fabricators), Geepee, Mahan, Royale, Sumitra Interio, TM, AA, NA, CO, Lakha, Multi, Kipl, New Fibre Glass Industries, Micaply, JGPL, GDN, OWN, Riec, JHE, HT, BT, AKT, KI, Helmet Fiber, AP, HPA, Sient, Gupta, Helmet Fiber PMF, Deys, Aktion, SW, DIPL, BI, SS, dan Vipasa.
Masih belum diketahui apa hubungan helm ini dengan M76. Sebuah kebetulan Korea Selatan dan India membuat helm dengan model serupa dan memakai bahan non baja pula.
Seperti halnya M76, helm ini diekspor oleh beberapa negara seperti Bhutan, Republik Afrika Tengah dan negara Amerika Latin. Oh ya, Indonesia sempat juga membeli Helmet Combat Fibre Glass.
Sumber

Pasukan India Sebagai Pasukan PBB di Kongo
Sumber

Pasukan Bhutan
Sumber

Pasukan yang Tidak Diketahui
Kemungkinan Meksiko
Sumber

Child Soldier (Pasukan Anak Anak)
Republik Afrika Tengah
Sumber

Kembali ke Bangtan Helmes, M76 yang ada di Indonesia sendiri terdapat 2 jenis. Standar (saya sebut model 1) dan dengan tambahan chinstrap (saya sebut model 2). Dari kedua jenis helm tersebut dibagi menjadi 2 macam pula, yaitu yang tidak memakai lis dan memakai lis dari karet seperti halnya helm M90 Irak. Alasan pemakaian lis, kemungkinan untuk membuat helm dapat bertahan lebih lama dari benturan.
M76 tanpa lis dan dengan lis

Dari semua model dan tipe helm tersebut, sebagian besar liner, chinstrap dan strap memakai model helm M1 Amerika. M76 di Indonesia mempunyai keunikan yaitu keanekaragamannya. Dapat dibilang semboyan Bhinneka Tunggal Ika berlaku pada helm tersebut. Diversifikasi berlaku selain pada warna helm serta chinstrap juga pada liner. Dari coklat, hijau, hingga hitam. Chinstrap penahan dagu-pun bermacam - macam, dari yang berbentuk cup, strap melingkari dagu, strap tidak di dagu, hingga strap yang tidak bisa diatur ukuran panjangnya.
Model 1 adalah helm model standar. Helm ini sama dengan yang dimiliki oleh Korea Selatan.

Liner dan chinstrap warna hitam.
Strap model tidak di dagu 

Helm hitam, liner, chinstrap warna hijau.
Strap model melingkari telinga

Chinstrap model non M1.
Strap memakai bentuk cup

Liner bentuk non M1

M76 yang saya temukan di online kebanyakan tidak tersisa identitas pembuatnya. Untungnya ada beberapa contoh yang ada.
Liner buatan pabrik "HIS" atau "S14"
M76 liner dibuat oleh pabrik AGES MFG Co. Los Angeles Amerika Serikat

M76 Model 1 Koleksi Saya
Pemilik dulunya bernama Agus dan mempunyai NRP (Nomor Register Prajurit) 526250
Helm mempunyai marking angka 19.
Font angka mengindikasikan helm ini dulunya buatan Korea Selatan

M76 model 2 adalah dengan chinstrap tambahan. Saya masih belum mengetahui pasti kenapa helm seperti ini harus memakai 2 macam chinstrap. Mungkin chinstrap kedua digunakan sebagai opsi kepada pemakai. Chinstrap kedua biasanya memakai model yang berbeda.
Namun kebanyakan M76 model 2 ini hampir tidak pernah utuh. Alias banyak contoh yang memperlihatkan chinstrap kedua dicopot. 

Contoh lainnya yang masih utuh. 
M76 Model 2 Koleksi Saya
Strap kedua yang sudah dicabut
Dulunya mungkin helm dimiliki oleh prajurit bernomor 057 di kompinya 
Liner menggunakan spons di dalamnya
Strap tidak menggunakan model helm M1 Amerika.
Namun chinstrap menggunakan model helm M1 Perang Dunia II versi awal
Ukuran strap bisa diatur

Seperti halnya Korea Selatan, M76 TNI juga dapat dipasang dengan kain camo. Karena bentuknya yang serupa, kain camo untuk helm M1 juga dapat dipasang disini. Untuk pasukan TNI sendiri, selain kain terkadang helm dapat dipasang dengan tali. 


Salah Satu Kain Camo M1 Koleksi Saya

Label pada kain "ABRI 7808"
Kain Camo dan helm Model 1 yang saya miliki adalah pemberian rekan saya

M76 selain di garis depan, juga digunakan untuk keperluan di garis belakang. Seperti untuk pelatihan perang,
M76 Model 2 Untuk Instruktur
M76 Model 1 Untuk Siswa Tentara
Keperluan upacara kemiliteran.
M76 Model 1 dengan tambahan logo TNI-AD dan chinstrap versi non militer.
M76 dengan slot untuk logo angkatan perang

Selain keperluan militer, M76 di Indonesia juga dipakai untuk keperluan penanggulangan huru hara. Terlihat dari berbagai M76 yang dimodifikasi menjadi helm PHH (Pasukan Anti Huru Hara).

Seiring perkembangan zaman, untuk memperpanjang usia helm serta untuk menekan biaya, Indonesia berinisiatif untuk mengganti liner. Ada kemungkinan besar, liner dibuat secara lokal. Bahkan ada contoh M76 yang memakai liner model helm PASGT TNI.
Helm Model 2  kemungkinan liner dibuat ulang pada musim 1992/1993, kloter 1, liner ke-63

Helm Model 1, liner dimodifikasi pada tahun 2007, kloter 6, liner ke 214

Helm Model 1 untuk siswa tentara dengan liner PASGT

Di Indonesia sendiri, M76 kemungkinan muncul pada tahun 1980an. Sayang saya belum menemukan bukti foto di internet. Bukti paling tua adalah foto dimana mendiang ayah saya memakainya saat pelatihan militer pada tahun 1989.
Achtung, jika ada yang menjual helm diatas dan helm bersumber di Bandung.
Saya akan membelinya.
Sumber
Acara santai tentara dan yang bersangkutan memakai M76 Model 1 untuk siswa tentara dan secara terbalik
M76 liner modifikasi untuk siswa tentara PASKHAS TNI AU.
Sumber
M76 Model 2 pasukan PASKHAS TNI AU
Sumber
Siswa tentara PASKHAS dengan M76 Model 1 dengan liner PASGT.
Perhatikan pin strap lama yang sudah dicabut.
Sumber
Siswa tentara PASKHAS melakukan pelatihan terjun payung.
Sumber
Siswa tentara PASKHAS memakai helm dengan warna nomor yang berbeda.
Sumber
Siswa tentara TNI AD menggunakan Model 2
Menwa (Resimen Mahasiswa) menggunakan Model 1 dan Model 2.
Sumber

Anda pasti bertanya - tanya, apakah TNI pernah menggunakan M76 di daerah konflik? Jawabannya adalah pernah. Saya belum menemukan konflik lainnya, namun konflik di Aceh tahun 2002 baik TNI dan GAM (!) memakai Bangtan Helmes.
Sumber

Jadi inilah M76 alias Bangtan Helmes. Helm yang meski secara kualitas tidaklah signifikan namun kenyamanan yang ditawarkan lebih dari cukup untuk masa damai. Sebagai stop gap, helm ini lebih dari cukup melakukan tugasnya sebelum helm yang lebih superior seperti PASGT muncul. Seperti halnya semboyan negara kita, helm ini banyak variannya tetapi mempunyai satu tujuan.


Usia: > 1976


PS: Sebenarnya saya sudah merencanakan untuk membuat post ini bertahun - tahun lalu. Saat realisasinya baru saat ini, alhasil saya lupa dengan sumber beberapa gambar. Apalagi beberapa gambar tersebut sumbernya ada pada photobucket. Jadi harap dimaklumi jika beberapa gambar tidak saya beri sumber.
Untuk contoh helm sendiri, sumber terbesar dari Tokobagus alias pendahulu OLX.