Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Rabu, 27 Januari 2016

VOC, Bataaf dan Solo

Berikut adalah koleksi saya yang belum lama ini saya dapatkan, namun nilainya sangatlah besar sekali. Koleksi ini menempati urutan tertinggi dalam koleksi favorit saya dibandingkan koleksi lainnya seperti helm stahlhelm Hindia Belanda terutama Braat, foto Utomo Ramelan, ataupun koleksi orang terkenal. Mengapa? Karena ini koleksi arsip tertua yang saya punya! Koleksi yang saya maksudkan disini adalah buku notes berikut:

Setelah anda menyimak sejenak, mari saya jelaskan apa maksud buku tersebut. Buku ukuran kecil ini bisa dibilang adalah buku catatan pribadi dari seorang ningrat keraton Kasunanan Surakarta. Buku yang seluruhnya bertuliskan huruf jawa ini memuat beberapa catatan penting yang terjadi dalam keraton pada masa itu. Ada beberapa bagian kejadian, namun sebelumnya jika anda bertanya-tanya kapan buku ini dibuat, maka jawabannya adalah tahun 1781 hingga 1808! Kejadian yang terjadi disini sudah pasti ada hubungannya dengan pemerintah VOC / Bataafsche Republiek (Republik Bataaf) Belanda dan pada era kekuasaan Pakubuwono III dan Pakubuwono IV.
Sunan Pakubuwono III
(memerintah 1749-1788)
Sumber
Sunan Pakubuwono IV
(memerintah 1788-1820)
Sumber

Buku notes ini terbagi dalam beberapa bagian entry, beberapa diantaranya dan menurut urutan adalah:
  1. Persembahan dari Idlir atau petinggi VOC bernama Sibereh (Edel Heer Sibberg - Johannes Siberg) yang diwakili oleh Henderik Durvel. 
  2. Lambang keluarga von Stralendorff
    Sumber
    Salinan pakta loyalitas para perwira Kasunanan kepada Gurnadur Jindral (Gubernur Jenderal VOC) Willem Alting pada tahun 1781. Dalam pakta tersebut juga terdapat perjanjian berapa penggajian elemen pasukan keraton saat ekspedisi militer. Pakta tersebut dilakukan di Solo yang dilaksanakan didepan Huferkukman (Opperkoopman) Fredrik Kristopfel van Setralendoref (Friedrich Christoph von Stralendorff). Opperkoopman dalam teorinya adalah kepala dagang yang mempunyai posisi tinggi. Dalam armada kapal VOC, opperkoopman bertanggung jawab dalam kargo dan perdagangan. Saat itu von Stralendorff juga berposisi sebagai Uferhup (Opperhoofd) atau duta besar VOC untuk keraton Kasunanan. 
  3. Persembahan dari diler bernama Johannes Robboret (kemungkinan Johannes Robert van den Burgh - Gubernur Semarang) kepada Sunan Pakubuwono III beserta keluarganya.
  4. Pemberian kepada seorang Idlir tidak bernama yang berkunjung.
  5. Catatan kedatangan Johannes Sibereh (Johannes Sibberg) beserta rombongan yang kemungkinan saat itu dalam kapasitas sebagai Gubernur Jawa bagian pesisir pantai barat pada tahun 1781. Untuk kejadian ini sangatlah spesial karena acara kedatangan ditulis dengan rinci termasuk kapan sang tamu datang dan kegiatan yang dia lakukan. Selain itu pula ditulis hierarki lengkap petinggi VOC yang mengawal Sibberg saat dia pulang. Tidak ketinggalan pula, jurnal juga berisi daftar lengkap kenang-kenangan dari Sibberg dan hadiah balasan dari sang Sunan kepada rombongan tamu. 
    Johannes Sibberg
    (Gubernur Jenderal Hindia Belanda
    1801-1805)
    Sumber
  6. Daftar lengkap pasukan keraton yang akan dikirim ke Yogya.
  7. Daftar perlengkapan perang yang diberikan oleh Wilem Harnol Halting (Gubernur Jenderal Willem Arnold Alting)
    Willem Arnold Alting
    (Gubernur Jenderal VOC
    1780-1797)
    Sumber
  8. Salinan surat Sunan kepada Panembahan Adipati Cakraningrat dari Madura (kemungkinan Adipati Cakraningrat disini adalah Cakraningrat VII).
  9. Draft surat pernyataan kesetiaan Sunan kepada Halbertus Henrikus Niese (Albertus Henricus Wiese) pada tahun 1803. Wiese sendiri kelak akan menjadi Gubernur Jenderal. 
    Albertus Henricus Wiese
    (Gubernur Jenderal
    Hindia Belanda 1805-1808)
    Sumber
  10. Draft surat pernyataan kesetiaan Sunan kepada Nikolahus Hingelharet (Nicolaus Engelhard), saat itu Gubernur Jawa bagian pesisir pantai utara, pada tahun 1803.
  11. Salinan surat Sunan kepada Sultan Hamengkubuwono II dan Pangeran Adipati Anom Mangkunegara di Yogyakarta (Putra Mahkota keraton Kasultanan Yogyakarta, kelak Sultan Hamengkubuwono III)
    Sultan Hamengkubuwono II / Sultan Sepuh
    (memerintah 1792-1810, 1811-1812,  dan 1826-1828)
    Sumber
    Sultan disini uniknya digambarkan memakai seragam yang bukan pada jamannya. Seragam yang dia pakai disini adalah seragam groot tenue (pakaian dinas upacara) KNIL model M1867 lengkap dengan dasi kupu-kupu
    Sultan Hamengkubuwono III / Sultan Raja
    (memerintah 1810-1811 dan 1812-1814)
    Sumber
    Seperti gambar ayahnya di atas, Sultan juga digambarkan dengan seragam yang sama. Uniknya pangkat pada kerah yang dia kenakan disini menggambarkan dia sebagai seorang luitenant kolonel  (Letnan Kolonel)!
    Kacaunya lagi pangkat gombyok pada bahu tidak menggambarkan pangkat yang sama!!
    Selain itu pula warna piping seragam tidak mengikuti standar KNIL

  12. Salinan daftar pemasukan keuangan keraton dari buku keuangan keraton tahun 1773.
  13. Persoalan keuangan dengan Johannes Gerardus van dhen Bereh (Johannes Gerardus van den Berg - Residen Utama Surakarta).
  14. Daftar keuangan keraton pada tahun 1806.
  15. Daftar warisan sang penulis pada tahun 1808.
  16. Salinan nasihat sang penulis kepada Cakranegara pada tahun 1806.
  17. Daftar penerimaan pajak dan keuangan keraton.
Selain entry diatas, buku ini juga berisi cara-cara menyembuhkan penyakit termasuk diantaranya terdapat beberapa jimat Jawa. Serta juga terdapat beberapa tulisan bertopik spiritual jawa.
Mengenai spesialnya buku notes ini seperti yang saya singgung diatas, berikut adalah catatan kunjungan Johannes Sibberg:
Idlir datang pada hari Sabtu, dihari yang sama Sinuhun (Yang Mulia) keluar dari Purwodadi pada pukul 6 pagi. Kemudian Idlir Purwodadi tersebut tiba pada pukul setengah 11 siang. Sinuhun menyambut langsung Idlir di luar Kori (gerbang keraton) yang sekaligus diiringi salvo senapan sebanyak 100 kali. Setengah 12 siang, Sinuhun masuk ke kadaton (bangunan utama keraton), yang kemudian diikuti Idlir meskipun hanya sebentar. Kemudian Idlir melanjutkan kunjungan ke Loji Lama dan menginap disana. Untuk makanan sendiri, Idlir untuk sarapan disuguhi nasi daging, untuk makan siang disediakan berbagai macam makanan, namun untuk sore harinya dia tidak makan. Hari Senin, Idlir melihat acara rampog macan dimana 4 harimau dikorbankan. Kemudian dia berkunjung ke Badayan. Lusanya, giliran Sinuhun berkunjung ke Loji (Benteng Vastenburg) untuk mengikuti pesta badayan (pesta tari?). Pada hari Jumat giliran Idlir berkunjung ke acara pesta di Kadipaten Mangkunegara. Keesokannya, bersama Adipati Mangkunegara (Mangkunegara I atau Raden Mas Said), dia berkunjung masuk ke dalam Kadipaten Mangkunegara, pulang pada sore harinya. Hari minggu, Sinuhun beserta putra-putranya menuju Kadawung (Sragen?) untuk melihat upacara baris parade. Upacara tersebut juga diikuti oleh pasukan Belanda.
Hari Senin, Idlir berkunjung ke keraton untuk pamit. Selain itu pula dia berpamitan kepada para perwira termasuk ke perwira VOC yang beragama Islam. Kemudian Idlir kembali ke Purwodadi dikawal dengan para pengawalnya yang dipimpin oleh kaptin kumendam
(kapitein kommandant) Frimer.
Ada beberapa catatan yang tidak bertahun. namun dapat diasumsikan kejadian masih dalam waktu yang sama dengan catatan berangka tahun sebelumnya.
Yang menjadi problem buku ini adalah beberapa tanggal penulisan terbalik-balik alias tidak sesuai dengan urutan entry. Seperti kunjungan Sibberg dan kekuatan militer ke Yogya tertanggal beberapa bulan lebih muda dibandingkan pakta loyalitas kepada Alting. Ada kemungkinan saat itu sang penulis, menulis kejadian tersebut melalui ingatan dia atau sesuai kesaksian dan laporan yang ada.
Ini juga berlaku untuk entry warisan dia dengan nasihat kepada Cakranegara, dimana entry Cakranegara lebih muda 2 tahun dibandingkan entry wasiat dia. Apakah saat itu sang penulis lupa menulis tahun? Ataukah dia menulis seperti contoh di atas? Atau dia menyalin surat dia kepada Cakranegara.

Fun fact:
Jam meja buatan Belanda,
sejaman dengan yang diberikan
kepada Pakubuwono III
Sumber
  • Pada masa itu dapat dikatakan jam adalah barang yang sangat spesial sekali. Ini dibuktikan dari diberikannya sebuah jam meja oleh van den Burgh kepada Pakubuwono III.
  • Hierarki perpangkatan prajurit Kasunanan pada saat itu sama seperti perpangkatan militer pada masa kini. Pangkat dari kapten, sersan hingga prajurit.
  • Uang saku untuk seorang Edel Heer dari Sunan sebesar 1000 real !
  • Ada empat mata uang yang tertulis pada buku ini dan yang kemungkinan beredar dan dipakai di daerah Kasunanan. Reyal, reyal kumpni, dan reyal anggris serta tahil. Untuk yang pertama kemungkinan adalah Real Spanyol atau sering disingkat Sps. Matten yang populer dalam perdagangan internasional. Yang kedua Real yang dipakai oleh kumpni =  compagnie = VOC. Untuk yang ketiga adalah Real yang dipakai oleh Inggris. Apakah kemungkinan ketiga mata uang tersebut adalah Real Spanyol sendiri? Sedangkan untuk mata uang keempat, tahil tidak lain adalah tael Cina 
  • Seperti yang sudah diterangkan di atas, datangnya seorang tamu agung disambut dengan 100 kali tembakan senapan. Jauh lebih banyak dibandingkan pada abad ke-19 dan ke-20 sekalipun.
  • Perwira VOC ada juga yang beragama Islam. Kemungkinan perwira tersebut adalah perwira pribumi.
  • Saat persiapan menghadapi Yogyakarta, Kasunanan mengerahkan 11 pasukan yang dibagi 2 macam yaitu infanteri dan kavaleri. Selain itu pula, pasukan terdapat dari daerah Banyumas yang bernama Banyumasan dengan kekuatan 118 orang infanteri dan 27 orang kavaleri. Selain itu pula terdapat pasukan bernama Monca Nagari  atau pasukan dari daerah kekuasaan terluar Kasunanan dengan kekuatan 270 orang infanteri dan 66 orang kavaleri serta merupakan kontingen terbesar pasukan Kasunanan.
  • Beberapa perlengkapan perang yang disumbangkan oleh Gubernur Jenderal Alting disepuh emas. Seperti beberapa pasang pistol dan pedang. 
    Pistol lantak sepuh emas sistem Miquelet
    buatan akhir abad ke-18
    Sumber
  • Sumpah kesetiaan Sunan selain dihaturkan baik kepada Gubernur Jenderal dan Gubernur, juga kepada Direktur. Kemungkinan posisi Direktur disini untuk Direktur Jenderal Raad van Indie.
  • Entah apa ini juga berlaku untuk ningrat lainnya, untuk warisan disini, anak perempuan tidak mendapat pusaka tombak hanya keris yang mereka dapatkan.

Setelah semua informasi ini, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah siapa penulis buku agenda ini? Sedikit petunjuk bisa kita dapatkan dari kalimat ini "Tinulis ing malem salasa kaliwon tanggal ping rarikur ing sasi rajap mongsa katiga wuku tambir ing tahun dal angkaning warna 1735. Iki layang pelingane wawarisane anak anakku kabeh..." (Ditulis pada malam Selasa Kliwon tanggal 20 dibulan rejeb, mongso ketiga, wuku tambir di tahun dal berangka tahun 1735. Ini surat pengingat warisan anak-anakku semua...) yang kemudian nantinya dilanjutkan dengan kalimat "Wasiyate kang jumeneng pangeran adipati, keris kiyai baruwang..."(Wasiatnya Yang Mulia Pangeran Adipati, keris kyai baruwang...). Melihat semua ini kemungkinan besar, sang penulis disini adalah seorang Pangeran Adipati dan ada satu kalimat yang memperkuat kemungkinan ini. "...durung nganti tak nehi warisan iku endikan aku kang angenteni hing karatonku." (... belum pula mendapatkan warisan, beritahu saya, saya tunggu di keraton saya.). Kalimat "di keraton saya" menandakan sang penulis memang petinggi keraton atau termasuk dalam keluarga dekat Sunan. Bisa jadi dia adalah paman atau adik Sunan. Tetapi dengan tanpa adanya nama tetap saja kita tidak bisa mengetahui secara pasti siapakah penulis disini.
Namun melihat gelar dia sebagai Pangeran Adipati, hanya ada 2 kemungkinan entah dia Pangeran Adipati Buminata atau Pangeran Adipati Mangkubumi I (kelak dibuang Inggris karena pemberontakan Sepoy). Ini juga diperkuat dengan beberapa senjata pusaka yang dia wariskan yang terdapat pada wasiat dia. Pusaka tersebut adalah keris Kyai Baruwang, keris Kyai Mahesa Soka, tombak Kyai Sangupati, dan tombak Kyai Hantu. Untuk keris Kyai Baruwang, keris tersebut digunakan oleh Pangeran Adipati Anom pada masa perpecahan Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan dan Kasultanan. Saat itu Pangeran Adipati Anom adalah gelar untuk Pakubuwono III. Logis jika pusaka tersebut diwariskan kepada anaknya, diantaranya Buminata atau Mangkubumi I. Tambahan informasi saja, untuk Kyai Mahesa Soka, termasuk salah satu pusaka yang paling diminati pada masa kini.
Untuk informasi terakhir, sang penulis mempunyai 28 anak yang terdiri dari 14 orang putra dan 14 orang putri.
Akhir kata, buku notes ini bukanlah koleksi biasa. Karena dari ini kita bisa menemukan berbagai informasi unik yang bukan tidak mungkin belum tentu ada pada catatan sejarah. Apalagi yang menulis adalah adik seorang raja, maka keunikan koleksi ini bertambah besar.


Usia: 1781 - 1808

Rabu, 20 Januari 2016

Misting atau Mess Kits Amerika M1942 milik si Bagyo

Setelah memperlihatkan berbagai macam koleksi pelples (tempat minum), akan lebih lengkap jika saya memperlihatkan tempat makannya pula. Maka inilah misting (tempat makan tentara) pertama yang saya punya. 

Misting diatas adalah misting buatan Amerika Serikat yang bernama resmi M1942 Meat Can. Untuk tentara Amerika sendiri, misting tersebut lebih populer dengan nama Mess Kits. Misting model ini merupakan penyempurnaan dari misting lama militer Amerika tinggalan Perang Dunia I seperti M1910 dan M1918. Penyempurnaan tersebut muncul dari rekomendasi para prajurit Amerika yang bertugas di parit-parit Front Barat Eropa pada masa itu. Misting ini nantinya digunakan pada Perang Dunia II bersamaan dengan misting M1932 dan mempunyai masa tugas yang lama hingga tahun 2002. 

Seperti yang anda lihat di atas, misting tersebut mempunyai semacam lekukan pada bagian tengah. Lekukan yang dalam tersebut adalah yang menjadi pembeda antara misting Perang Dunia II ini dengan pendahulunya di Perang Dunia I. Tujuan dibentuknya lekukan tersebut agar prajurit lebih mudah untuk menaruh makanannya. 
Perbedaan kedua antara misting ini dengan misting Perang Dunia I adalah handle (pegangan) misting yang dibuat lebih ringan. Cek situs ini untuk melihat misting M1918.

Untuk pembuatan, awalnya direncanakan dari bahan alumunium, namun saat itu alumunium termasuk bahan baku yang dilarang maka dicarilah bahan pengganti. Bahan seperti seng dan stainless steel muncul sebagai bahan baku alternatif. Namun alumunium akhirnya menjadi bahan baku utama pada musim gugur tahun 1942. Uniknya untuk misting koleksi saya ini, handle misting terlihat berkarat dibandingkan bahan misting. Apakah misting saya terbuat dari bahan campuran?

Pada handle misting yang berkarat tersebut, untungnya kita masih bisa melihat marking pembuatan misting ini. 
US
E.A Co
1944
Marking ini adalah marking khusus yang hanya ada pada misting M1942. US adalah singkatan dari United States alias Amerika Serikat, E.A Co singkatan dari Electronic Art Eastern Aluminium Company. Sedangkan angka 1944 adalah tahun pembuatan yaitu pada tahun 1944.
Untuk perusahaan Eastern Aluminium sendiri, ada satu perusahaan dengan nama yang sama eksis pada masa sekarang. Apakah perusahaan ini adalah perusahaan yang sama dengan pembuat misting ini masih belum diketahui.

Di balik misting kita bisa melihat berbagai coretan dari sesuatu dengan ujung tajam yang ditinggalkan oleh pemilik lama, seseorang bernama Bagyo. Coretan dari huruf "B" dan didalamnya terdapat kata "gyo", coretan "gyo", dan kemungkinan coretan "C77". Untuk coretan terakhir apakah "C77" berarti Bagyo berada di kompi C dan dia bernomor 77???   


Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana misting ini bisa sampai di Indonesia? Jawabannya, seperti halnya perlengkapan TNI lainnya ada 2 kemungkinan yang terjadi. Yang pertama adalah misting ini bekas milik pasukan Belanda pada era revolusi kemerdekaan (1945-1949). Saat penyerahan kedaulatan dan diserapnya elemen KNIL dalam TNI, misting ini ikut "bergabung". Sedangkan untuk kemungkinan yang kedua adalah misting ini dibeli oleh TNI pasca era revolusi kemerdekaan atau setelah periode pengakuan kedaulatan oleh Belanda. Apapun kemungkinannya, pada akhirnya si Bagyo mendapatkan misting ini dan meninggalkan jejak sejarahnya pada tempat makan ini.


Usia: 1944


PS: awalnya saya sempat penasaran dan pada akhirnya mencoba makan dengan misting ini. Dan rasanya memang berbeda hehehe

Rabu, 13 Januari 2016

Koleksi Orang Terkenal Part II

Setelah part I, saatnya saya memperkenalkan bagian kedua koleksi yang ada hubungannya dengan orang terkenal atau terpandang.
Orang pertama adalah Achmadi, komandan pasukan Tentara Pelajar Solo (Surakarta) pada masa Revolusi Kemerdekaan (1945-1949).
Gambar Achmadi pada poster Dewan Nasional

Achmadi yang saat itu berpangkat Mayor dan merupakan Komandan Militer Daerah Kota (KMDK) Surakarta menandatangani piagam penghargaan kecil ini pada tahun 1950. Piagam tersebut diberikan kepada staf KMDK dalam perjuangan menghadapi aksi polisionil atau agresi militer Belanda II.
 

Yang kedua, transkip pidato Achmadi dalam kapasitasnya sebagai Menteri Transkopemada (Transmigrasi, Koperasi, dan Pembangunan Masyarakat Desa) pada era 1960-1962.


Orang kedua adalah A.H. Nasution.
Gambar Nasution pada poster Dewan Nasional

Untuk dia adalah surat identitas anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Sementara yang ditandatangani dia sendiri dalam kapasitasnya sebagai Ketua MPR Sementara pada tahun 1968. 


Orang ketiga adalah Adipati Mangkunegara VIII.
Sumber

Dari Adipati ini jujur saja saya agak skeptis, tapi ada kemungkinan surat kekancingan (penetapan) pada tahun 1969 ini diparaf sendiri oleh yang bersangkutan.


Untuk orang yang terakhir, adalah orang terkenal yang sudah seringkali muncul pada blog ini. Dia adalah Adipati Mangkunegara VII.
Sumber

Dari dia sendiri adalah surat telegram yang ditujukan kepada dia pada tahun 1941.
Lebih lengkapnya cek di post ini.


Usia: 1941 - 1969

Rabu, 06 Januari 2016

Tanggal Repolusi Indonesia - Januari

Setelah bulan lalu, kita melihat beberapa kejadian penting pada bulan Desember dalam buku karangan Zainal Rasjid berjudul Tanggal Repolusi Indonesia, sekarang saatnya bulan Januari. Without further ado let's check it shall we ...

Januari
1946
4 - Presiden dan Wakil Presiden berhubung keadaan kota Jakarta dalam keadaan perang antara pihak tentara Inggris dan rakyat Indonesia, hijrah ke Yogyakarta, dan kota ini dijadikan ibukota Republik Indonesia.

Tan Malaka
5 - Lahirnya Persatuan Perjuangan (Voksfront) dibawah pimpinan Tan Malaka di Purwokerto, sebagai satu gabungan raksasa dari partai-partai politik yang banyak ragamnya, dan terkenal dengan minimum program-nya 7 pasal:
  1. Berunding atas pengakuan kemerdekaan 100 %.
  2. Pemerintahan Rakyat.
  3. Tentara Rakyat.
  4. Mengurus tawanan Jepang.
  5. Mengurus tawanan Eropa.
  6. Menyelenggarakan perkebunan dan pertanian musuh.
  7. Menyita dan menyelenggarakan perindustrian musuh.

7 - Nama Tentara Keamanan Rakyat diganti menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.

21 - Manuilsky, wakil Ukraina di PBB mengajukan dalam sidang bahwa keadaan di Indonesia merupakan bahaya bagi perdamaian dan keamanan dunia, dan dia berpendapat bahwa keadaan di Indonesia segera diselesaikan dengan baik.
Dmitry Manuilsky
24 - Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) diganti namanya menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).


1947
13 - Presiden Sukawati membentuk kabinet Negara Indonesia Timur di Jakarta, di bekas gedung Raad van Indie dengan Nadjamudin (Najamudin) sebagai perdana menteri.
Gedung Raad van Indie di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta)


1948
13 - Pemerintah Republik mengadakan perundingan dengan Komisi Tiga Negara (KTN) di Kaliurang dengan persetujuan bahwa Republik tetap memegang kekuasaan.

14 - Belanda membentuk Negara Banjar.

17 - Persetujuan diatas Kapal Renville dibawah pengawasan KTN ditandatangani, juga persetujuan gencatan senjata bagi kedua belah pihak Republik dan Belanda tercapai, sebab sangat merosotnya kedudukan Republik.
USS Renville


22 - Belanda membentuk Negara Madura.

24 - Kabinet Amir Sjarifuddin jatuh, karena golongan kaum oposisi tidak mau bertanggung jawab atas Perjanjian Renville yang sudah tercapai, sebab sangat merosotnya kedudukan Republik.

26 - Wakil Presiden M. Hatta menyusun kabinet baru yang bersifat Presidenteel Zaken Kabinet, dimana Hatta sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan.


1949
20 - Komisi Tiga Negara untuk Indonesia melaporkan kepada Dewan Keamanan PBB, isi laporannya diantaranya bahwa Belanda telah melanggar perjanjian Renville.

23 - Perdana Menteri India Pandit Nehru segera mengundang negara-negara di Asia untuk mengadakan konferensi di New Delhi, yang khusus bermaksud memberikan bantuan bagi perjuangan Republik. Pada konferensi tersebut diambil resolusi diantaranya mendesak Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap gerakan bersenjata militer Belanda yang kedua.

28 - Dewan Keamanan telah berhasil mengambil resolusinya yang berisi desakan:
  • Segera menghentikan gerakan-gerakan militer Belanda dan perang gerilya Republik.
  • Segera melepaskan tawanan-tawanan politik yang ditangkap sesudah 19 Desember 1948.
  • Pengembalian Pemerintah Republik ke Yogya.
  • Mengadakan perundingan atas dasar Perjanjian Linggarjati, Renville, dan rencana Cochran.
  • Pemerintah Peralihan Federal selambat-lambatnya sudah terbentuk pada tanggal 15 Maret 1949.
  • Pemilihan Badan Perwakilan NIS sudah harus selesai pada tanggal 1 Oktober 1949.
  • Penyerahan lengkap kedaulatan selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli 1949.
  • "Komisi Jasa-Jasa Baik" diubah menjadi UNCI, yang berkewajiban membantu perundingan-perundingan, mengawasi pengembalian petinggi-petinggi Republik, dan mengawasi pemilihan.


1950
11 - Anggota-anggota KNIL bangsa Indonesia mengeluarkan pernyataan bersedia masuk tentara RIS (Republik Indonesia Serikat).

15 - Presiden Sukarno sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS, mengunjungi Pangkalan Surabaya.

16 - TNI (Tentara Nasional Indonesia) masuk ke Kalimantan Barat untuk menjaga keamanan.
Raymond Westerling


23 - Westerling dengan pasukan-pasukannya mengadakan aksi bersenjata di Cimahi dan Bandung, dan berhasil menduduki kantor polisi dan markas besar TNI.

25 - Pemerintah Belanda tidak menyetujui aksi Westerling.

26 - Perdana Menteri Hatta mengeluarkan perintah untuk menangkap Westerling.




29 - Panglima Besar Sudirman meninggal dunia di Magelang, setelah lama menderita sakit paru-paru.


Usia: 1951. 

Senin, 04 Januari 2016

Pameran Propaganda

Sekedar mengumumkan, bahwa saya telah membuat page khusus propaganda. Bagi anda yang ingin melihat koleksi gambar propaganda yang saya miliki, anda bisa klik page "propaganda" di bagian atas post artikel atau klik link ini. Saya akan selalu meng-update pameran propaganda tersebut saat saya mendapatkan koleksi baru pula.