Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Selasa, 28 April 2015

Trilogi PKI Part II

Setelah bagian pertama, kali ini kembali saya meng-share koleksi yang ada hubungannya dengan PKI. 
Untuk yang pertama adalah satu set piagam dan medali Satyalancana Penegak. Medali yang saya sempat singgung disini diberikan kepada setiap anggota militer yang ikut serta dalam pemberantasan PKI paska peristiwa G30S. 
Bagian muka medali
Bagian belakang medali
Berikut adalah piagam medali ini yang saya dapatkan. Meskipun tidak satu pemilik. :P
Sangat simbolis yang menandatangani piagam ini adalah Suharto sendiri
Untuk koleksi kedua adalah piagam intern yang dikeluarkan oleh KODIM - KOREM setempat. Untuk kasus disini adalah KODIM 0735 Surakarta / Solo. Ada kemungkinan piagam aslinya dibuat kepada para prajurit yang aktif ikut serta.
Namun uniknya, untuk piagam ini diberikan kepada seorang veteran. Ini terlihat dari adanya tulisan NPV dan bukannya NRP, yang terakhir ini merupakan nomor induk prajurit. Jika melihat dari tulisan pada piagam, sang veteran disini pada saat itu menjadi bagian kesehatan atau mungkin semacam juru medis lapangan.

Dan untuk koleksi ketiga sekali lagi, surat pernyataan tidak terkait dengan gerakan G30S.
Namun kali ini lengkap dengan cap stempel dari partai politik dan organisasi kemasyarakatan pada masa itu. Seperti PNI, Partai NU, Partai Katolik, Partai Muslimin Indonesia dan Muhammadiyah.


Usia: buatan 1970an.
Klik untuk Part III

Jumat, 24 April 2015

S60 AAA Indonesia

Anda masih ingat dengan bagian lefties ini?

Kali ini saya akan meng-share 2 koleksi saya yaitu selongsong peluru meriam 57 mm. Selongsong jenis ini dipakai untuk AAA (anti aircraft artillery) atau PSU (Penangkis Serangan Udara) S60 buatan Uni Soviet. Meriam ini adalah salah satu tulang punggung anti serangan udara Soviet pada era 1950-60an dan tergolong laris diimpor oleh negara-negara lain. Salah satunya adalah Indonesia.

Untuk selongsong pertama terbuat dari baja dan ber-marking 57. Yang menandakan selongsong tersebut dibuat pada tahun 1957 atau tahun-tahun awal masuknya meriam S60 di Soviet. Pada bagian badan selongsong, terdapat marking yang dicat. Salah satunya terdapat tulisan UOR-281U dalam tulisan cyrillis yang menandakan selongsong ini dulunya peluru ledak curah atau fragmentation.

Untuk selongsong kedua terbuat dari campuran tembaga dan silikon dan ber-marking 62. Untuk selongsong dengan bahan ini ditandai dengan marking huruf "K". Mirip dengan selongsong sebelumnya, selongsong tersebut menandakan dibuat pada tahun 1962. Tahun yang sama saat persiapan TRIKORA. Untuk selongsong ini uniknya terdapat hulu ledak tiruan yang dibuat dari kayu dan dicat lingkar merah dan pada ujung hulu ledak. Ini menandakan dulunya hulu ledak yang berada pada selongsong ini adalah hulu ledak tinggi dan pembakar atau high explosive incendiary shell.


Kedua selongsong tersebut mempunyai marking "T" yang menandakan dibuat di Pabrik Tula, Rusia.
Kotak Amunisi S60
Dimensi 65 cm x 61 cm x 18 cm.
Sumber


Sumber:
http://russianammo.org/Russian_Ammunition_Page_57mm.html
http://russianammo.org/Russian_Ammunition_Page_Headstamp.html
http://cartridgecollectors.org/?page=headstampcodes
http://batalyonarhanudse-8.blogspot.com/ (beberapa foto tentang meriam ada pada situs ini)

Minggu, 19 April 2015

Kaart Gemaakt bij een Inlander

Yup, judul (Peta yang dibuat oleh seorang Inlander) yang agak kontroversial  mungkin. lol
Peta yang saya dapat belum lama ini awalnya saya kira adalah peta standar atau peta cetakan jaman Belanda yang sudah biasa saya jual. Namun setelah melihat detail pada peta ini, saya baru sadar bahwa coretan-coretan pada peta ini adalah bukan dari cetakan mesin melainkan dari pena, pensil, dan alat gambar lainnya!
Klik untuk ukuran penuh
Setelah dicek lebih lanjut, terutama dari ejaan, kita bisa melihat ejaan yang digunakan disini adalah ejaan van Ophuijsen yang dipakai pada masa kolonial. Selain itu pula kita bisa melihat beberapa catatan yang dibuat oleh sang pencipta peta ini. Dari data-data belanja yang menggunakan mata uang florin (gulden), nama daerah dan tahun, serta rute laut dari pelabuhan Semarang saat itu. Uniknya kita juga bisa menemukan kemungkinan nama sang pembuat peta yaitu Soeradi. Yang menambah peta ini semakin unik adalah adanya tulisan Soeradi "Disitoe ini digambarkan", tulisan ini disertai garis lurus dan sebuah titik yang berakhir dekat daerah Sambit di Ponorogo, Jawa Timur. Bisa disimpulkan Soeradi saat itu membuat peta ini di daerah tersebut atau mungkin dulunya dia pegawai di kota kecil tersebut. Unik pula kenapa dia tidak memilih Surabaya sebagai obyek petanya, melainkan daerah Vorstenlanden dan sekitarnya serta beberapa daerah Jawa Timur yang berdekatan dengan daerah raja-raja tersebut. Apakah mungkin juga Soeradi dulu pegawai kraton? Meskipun terlihat bagus, namun peta ini tetap memiliki kekurangan. Ini terlihat dari beberapa titik kota yang belum sempat Soeradi selesaikan. Anda semua pasti bertanya kapan peta ini dibuat? Jika kita menilik data-data yang dicatat oleh Soeradi disini, kemungkinan peta dibuat pada tahun 1930 keatas. Akhir kata, peta ini merupakan bukti bahwa seorang inlander pada masa kolonial terutama dari golongan non-ningrat, dapat menghasilkan sebuah master piece.

Update 15 Desember 2015:
Sedikit jawaban bisa kita peroleh dari buku Schoolatlas van Nederlandsch-Indie terbitan tahun 1939 yang baru saja saya miliki ini. Sepertinya saat itu Soeradi meniru atlas atau peta Hindia Belanda. Salah satu yang menjadi bukti adalah adanya gambar radius lingkaran yang dia gambar sama dengan yang terdapat pada atlas peta dibawah ini. Apakah gambar radius lingkaran tersebut? Tidak lain adalah jarak jangkau mercu suar. Pada peta Soeradi menggambarkan radius mercu suar Semarang. Meskipun hanya tiruan, namun karya Soeradi tetaplah cantik karena hampir menyerupai peta yang diterbitkan oleh Dinas Topografi Hindia Belanda.


Usia: dibuat tahun > 1930

Rabu, 15 April 2015

Ahmad Yani dan Palang Pita Medali

Kali ini saya menyoroti barang dagangan saya yang saya jual ini, yaitu buku biografi Jenderal Ahmad Yani yang dikarang oleh istrinya sendiri.


Buku cetakan tahun 1982 ini seperti terkesan sama dan yang berbeda adalah hanya pada layout. Namun saat diperhatikan lebih rinci terutama pada palang pita medali (ribbon bar) milik Ahmad Yani ini terlihat sebuah kesalahan fatal. Sebelum saya memberitahu apa kefatalan disini, mari kita tengok pita medali yang tertera pada gambar:
  • Bintang Mahaputera Adipradana (diberikan anumerta)
  • Bintang Sakti
  • Bintang Gerilya
  • Medali Sewindu APRI
  • Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun
  • Satyalancana Perang Kemerdekaan I
  • Satyalancana Perang Kemerdekaan II
  • Satyalancana G.O.M. I 
  • Satyalancana G.O.M. IV
  • Satyalancana Sapta Marga
  • Satyalancana Satya Dharma
  • Satyalancana Penegak

Gambar tersebut merupakan penggambaran ulang dari foto ini 
Credit: Wikipedia

Memang palang medali terakhir tidak terlihat jelas akibatnya sang pelukis salah mengira palang pita medali tersebut dengan ironisnya Satya Lencana Penegak.


Mengapa ironis? Karena medali tersebut diberikan kepada setiap anggota militer yang ikut serta dalam pemberantasan PKI. 

















Jika saja sang pelukis melihat foto Ahmad Yani dari sisi berbeda seperti ini:
Credit: gambardanfoto.com

Kita bisa melihat bahwa palang pita medali hanya mempunyai 2 garis tebal. Maka medali yang dimaksud disini adalah Orden narodne armije sa zlatnom zvezdom atau dalam bahasa Indonesia adalah Medali Angkatan Bersenjata Rakyat milik Yugoslavia. Melihat warna palang medali, medali yang dianugerahkan adalah kelas 2. Seperti dengan yang diinformasikan di wikipedia.
Credit: fr.academic.ru

Setelah kesalahan fatal tersebut, 2 tahun kemudian kover buku tersebut diedit dan palang pita medali Satya Lencana Penegak diganti dengan medali Yugoslavia di atas. 
Sebagai tambahan saja. Saat kita melihat pula foto kedua, untuk palang medali pertama yaitu untuk Bintang Mahaputera Adipradana kita bisa melihat belum ada garis tengah pada palang tersebut. Dan medali Bintang Mahaputera yang mempunyai ciri itu adalah Bintang Mahaputera Utama dan Bintang Mahaputera Nararya. Maka medali Bintang Mahaputera yang dipakai oleh Ahmad Yani saat masih hidup adalah satu dari kedua medali tersebut kemungkinan adalah Bintang Mahaputera Utama.
Jika anda mempunyai gambar anumerta Ahmad Yani, anda cek dulu palang pita medali dia, apakah gambar tersebut seperti gambar buatan 1982 di atas atau sudah yang diperbaiki ....

Senin, 13 April 2015

KNIL Canteen in Catalogue

Berikut adalah sebagian barang yang mungkin dipakai oleh KNIL atau hierarki Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda seperti yang tercantum pada katalog dagang firma Bouman & Spanjaard  atau Bospana dari Amsterdam. Katalog ini adalah bagian dari katalog yang saya jual ini. Hanya saja saya tidak akan menjual bagian seperti yang saya share ini.
Klik untuk ukuran lebih besar

Barang yang dijual dari peples KNIL (sama dengan pelples ini) lengkap dengan penutup kulitnya, gelas dan sendok-garpu serta rantang dari aluminium, kancing untuk seragam ambtenaar, alamat (apakah mungkin panggilan orang pribumi untuk monogram?), 2 pisau lipat salah satunya swiss army atau victorinox. Seperti yang dapat dilihat, setiap barang dicantumkan deskripsi dalam bahasa Indonesia ejaan van Ophuijsen beserta harga-harganya.
Awalnya yang membuat saya kaget adalah pelples standar militer untuk KNIL dijual bebas untuk umum. Tidak hanya dijual satuan namun bisa dijual lusinan, serta baru kali ini saya tahu tentang kapasitas pelples ini yaitu 3/4 liter. Selain itu pula, saya juga baru tahu jika KNIL mempunyai 2 macam pelples seperti yang terlihat pada katalog.
Yang terakhir adalah nama pelples, yaitu Botol Minoeman Orang Soeldadoe (Botol Minum Tentara) ini terbilang unik. Entah ini nama populer yang beredar di masyarakat pada masa itu atau inisiatif sang penjual sendiri. Rasanya tidak mungkin jika ini adalah nama standar dari KNIL. Karena pisau Victorinox juga dinamai Piso Soeldadoe ...


Usia: mungkin dibuat 1910an - 1930an.

Sabtu, 11 April 2015

Soedali's Water Canteen

Berikut adalah salah satu koleksi lama saya. Water Canteen atau pelples atas nama M. Soedali. 
Pelples ber-marking AD-61 ini tidak mencantumkan nama pembuatnya. Namun ada kemungkinan pelples ini adalah buatan Indonesia sendiri. Mungkin salah satunya oleh pabrik Mecaf di Bandung. Bentuk peples ini bentuknya khas yaitu adanya garis sambungan vertikal, ini mirip dengan pelples Amerika M1910 yang juga ada yang menggunakan gaya yang sama. 
Pelples ini kemungkinan dibuat pada tahun 1961 dan diperuntukkan oleh Angkatan Darat jika merunut dari arti marking tersebut. Penggunaan pelples ini mungkin saja termasuk banyak dan dipakai saat Trikora serta jika kita melihat contoh foto di bawah, saat Dwikora alias konfrontasi dengan Malaysia.
Untuk sang pemilik, awalnya mungkin Soedali mendapatkan pelples ini sebagai pengganti peples lamanya, dia langsung membubuhkan identitasnya disitu dengan menggunakan benda tajam pada badan peples. Mungkin saja karena kurang jelas, maka Soedali mengambil langkah ekstrim yaitu menamai pelplesnya lebih besar. Kali ini dengan teknik beda, dengan cara melubangi pelples dengan kedalaman yang tidak sampai membuat peples ini bocor. Riskan tapi worth it in my opinion. Peples ini terlihat lebih unik dibandingkan koleksi bernama saya yang lain.
Peples terlihat dari bagian depan

Dari tiap samping, perhatikan gaya penyambungan yang mirip dengan saudara tuanya

Dari belakang
Dari bawah dan atas ...

Tutup peples, mirip dengan peples Amerika pula

Soedali ... sayang ada lubang pada nama di atas. Saat saya isi air, air langsung mengalir dari situ

Marking

Perbandingan AD-61 dengan Pelples Amerika M1910

Utusan Malaya mengajukan protes kepada PBB atas langkah Indonesia. Mereka memperlihatkan barang bukti perlengkapan TNI yang berhasil mereka rampas. Salah satunya pelples dengan model yang sama dengan peples marking AD-61 ini


Usia: dibuat mungkin mulai tahun 1961.

Kamis, 09 April 2015

A Moviegoer Girl in the Changing Era

Ada actie ada reactie
Ada anak ada bapak
Kalau moesang hendak beraksi
Semoea ajam akan berontak

(Ada aksi ada reaksi
Ada anak ada bapak
Kalau musang hendak beraksi
Semua ayam akan memberontak)

Ini salah satu pantun yang jujur saja menarik untuk saya. Cuplikan pantun ini berasal dari dagboek atau diary alias buku harian dari seorang wanita tidak bernama yang lahir pada tanggal 3 September 1929 dan dia hidup pada masa peralihan yaitu Belanda - Jepang - Revolusi - Orde Lama.
Berbeda dengan buku harian sebelumnya, buku harian ini dituliskan pada masa itu juga dan lebih rinci. Alhasil kita bisa melihat sifat sang penulis disini dan sudah pasti kita bisa melihat kebiasaan dia dan kejadian unik yang terjadi pada masa itu. Terutama di kota Solo / Surakarta sendiri. Karena yang menulis adalah anak muda pada masa peralihan, bahasa yang dia gunakan pada diary ini campur bawur. Bahasa Indonesia ejaan Suwandi sudah pasti menjadi standar disini, namun dia juga menambahkan kata-kata Belanda dan Jawa. Bahkan ada entry diary yang berisi hanya bahasa Belanda. Namun uniknya dia juga membubuhkan beberapa kata dan entry dalam bahasa Inggris. Untuk yang terakhir ini mungkin karena pengaruh hiburan dia saat itu yaitu menonton bioskop, yang akan disinggung nantinya.
Dari penampilan memang tidak terlihat bahwa buku ini adalah sebuah diary. Dan jawaban langsung muncul saat kita membuka kover buku tersebut. Ada kemungkinan dulunya sang penulis mendapat buku ini dari bonus atau hadiah dari Toko Obral. Jika kita melihat dari ejaan tulisan yaitu ejaan van Ophuijsen dan kualitas pembuatannya, buku ini dicetak sebelum Perang Dunia II. Menariknya pula, sang penulis sendiri sepertinya sudah menulis diary sejak dia mendapatkan buku ini yaitu pada jaman Belanda, dia juga sempat menulis sedikit pada masa Jepang. Mungkin ini karena dia masih terlalu muda yaitu masih berumur 13 tahun maka tulisannya tidak mendetil. Awalnya dia seperti menuliskan biografi singkat dia lebih dulu, terutama dimana dia lahir dan pendidikan dia dimasa kecil. Menariknya lagi pada saat revolusi fisik mulai berpengaruh dikehidupan kota Solo yaitu tahun 1946 ke atas, dia tidak melanjutkan diary-nya. Mungkin karena stabilitas kota Solo yang tidak kondusif alhasil banyak sekali kericuhan menyebabkan sang penulis tidak mempunyai mood untuk bercerita. Namun akhirnya saat situasi Solo sudah mulai membaik yaitu pada tahun 1949, dia melanjutkan tulisannya. Saat itu dia berumur 20 tahun, dan entry-nya banyak tentang kehidupan anak muda pada masa itu. Dia masih tetap bersekolah, belajar, ikut kursus ketik dan bermain dengan teman terutama nongkrong di bioskop. Yang membuat unik juga adalah background sang penulis adalah murid sekolah Islam. Maka tidak heran diary ini isinya campuran antara hobi dia yaitu menonton film atau tepatnya maniak film (she's kind of remind me with my friend hehehe) dan dibumbui kegiatan Islami tentunya.

Skets Masa No 16 Th II 15 Agustus 1959
Halaman 34

Update* 10 Agustus 2015:Apakah anda penasaran dengan nasib Toko Obral?
<<< Paling tidak kita bisa mengetahui sedikit cerita nasib toko tersebut pada masa Revolusi Kemerdekaan medio tahun 1948-49. Berikut di sebelah kiri artikel Solo Puntjak Kehebatan Gerilja oleh Tjoa King Loen





Update 25 November 2015:Toko Obral masih eksis pada tahun 1970, seperti yang dibuktikan pada kertas pembungkus ini. Kita akhirnya juga bisa melihat dimana alamat Toko Obral, yaitu di jalan Tjojudan (Coyudan) nomor 153. Selain itu pula kita bisa melihat apa saja toko tersebut jual pada era Orde Baru Indonesia. Yaitu tekstil, konveksi, dan serba ada atau kelontong.

Awalnya saya bingung mencari gender sang penulis diary ini. Akhirnya pertanyaan tersebut terjawab di kalimat ini: Laki kami mubeng2 sebentar naik sepeda .... (Para teman-teman pria kami, berputar-putar sebentar dengan naik sepeda). Disimpulkan sang penulis disini adalah seorang wanita.


Entry diary yang penting :
(2602)
3/5 '02 
Balatentara Dai Nippon masoek dikota Soerakarta pada hari Djoem'ah. (Pasukan Jepang masuk di kota Surakarta pada hari Jumat)


(2605)
Roosevelt mati karena sakit hersensbloeding.

1/5 
Hitler pemimpin Djermania mati sebagai pahlawan dimedan perang. (Hitler pemimpin Jerman mati sebagai pahlawan di medan perang)

Mussolini pemimpin Italia menoesoel kawan seperdjoangannja meninggal doenia. (Mussolini pemimpin Italia menyusul kawan seperjuangannya meninggal dunia)

9/8
Roesia - Nippon berperang. (Rusia - Jepang berperang)

14/8
Nippon mengoemoemkan damai kepada Sekoetoe. karena bom atoom. (Jepang mengumumkan damai kepada Sekutu, karena bom atom)


1945
17/8
Boeng Karno memproklameerkan Indonesia Merdeka. (Bung Karno - Sukarno memproklamirkan Indonesia Merdeka)


Selasa 27 Dec. '49
Hari Penjerahan Kedaulatan RIS. (Selasa 27 Desember 1949 : Hari Penyerahan Kedaulatan RIS - Republik Indonesia Serikat)

Sangat menarik melihat entry yang dia tulis di atas. Sepertinya si penulis menulis entry masa Jepang ini bukan pada tahun 1942 mungkin dia menulis pada tahun 1945 - 47. Karena pertama, dia salah menuliskan tanggal jatuhnya Solo ke tangan Jepang. Seharusnya Solo sudah jatuh 2 bulan sebelumnya. Uniknya dia juga menuliskan tanggal menyerahnya Jepang kepada sekutu sehari lebih cepat. Atau mungkin saja sudah ada kabar atau Jepang mengumumkan adanya tawaran damai dari Jepang kepada Sekutu saat itu melalui berita radio di Indonesia. Kedua, sang penulis tidak menulis tanggal meninggalnya Roosevelt dan Mussolini. Ketiga, ejaan tulisan yang dia pakai disini masih ejaan van Ophuijsen.
Serta tentang meninggalnya Hitler, ini menarik karena paska Hitler bunuh diri di bunkernya, radio Jerman menyiarkan berita bahwa Hitler gugur saat melawan pasukan Soviet di bunkernya. Dapat disimpulkan, Pemerintah Militer Jepang di Indonesia saat itu menyiarkan berita yang sama. Mungkin hal yang sama juga dilakukan untuk kasus Mussolini. Meskipun dibilang sudah terlambat dibandingkan Hitler. Mungkin saja media massa di Indonesia saat itu yang disensor ketat oleh Jepang menunda kapan berita harus disebarkan karena masalah keamanan. Sekedar tambahan informasi saja. Saat invasi ke Berlin mulai dilakukan Soviet, pada tanggal 22 April 1945 kantor telegraf Berlin yang sudah berumur 100 tahun tutup pertama kalinya dalam sejarah. Pesan terakhir yang mereka terima adalah dari Tokyo yaitu jika di bahasa Inggris-kan adalah GOOD LUCK TO YOU ALL. Informasi dari The Last Battle karangan Cornelius Ryan terbitan 1966, halaman 450

Entry yang lain tidak dipungkiri lagi ialah tentang film dan bioskop. Berikut entry diary dia yang ada hubungannya dengan bioskop.
Senin 19 des 49
Dr 3 sampai 5 sj tidur sore, ± dj 6 niliki sriwedari bios man of met Man’s. Lalu di 730 stlh Isak pergi. Dilihat muka ketemuan Sarman. Saja dibajari tapi antri. Beli kartjis Kl 2 @ f 1,50. film: Cover Girl with Rita Hayworth in Technicolor. Mulihe dibetjakake pisan dasar kakiku sdh mlitjet. (Senin 19 Desember 1949: Dari jam 3 sampai 5 saya tidur sore. ± jam 6 menengok sriwedari bioskop man of met Man's. Lalu di jam 730 setelah sholat Isya pergi. Saat didepan bioskop bertemu dengan Sarman. Saya dibayari tapi antri. Beli karcis kelas 2 @ f 1,50. Film: Cover Girl with Rita Hayworth in Technicolor. Pulangnya dibayari naik becak karena kaki saya sudah pegal)
Film tahun 1944.
Credit: Hollywoodrevue

Rabu 28 dec 49
Ia mengadjak ke Sriwedari. Saja turut (tidak terbaca) saja tidak rugi balikan laba bukan? Disana melihat bios lagi Film Man’s Cover Girl. Kami beli kartjis klas 2. Dari bios melihat Ps Mlm sebentar lalu pulang.
Long ago and far away
I dream the dream one day
And now the dream is here beside
Along the others ...... me
(Rabu 28 Desember 1949: Ia mengajak ke Sriwedari. Saya turut (tidak terbaca) saya tidak rugi, malah dapat untung bukan? Di sana melihat bioskop lagi film Man's Cover Girl. Kami membeli karcis kelas 2. Dari bioskop melihat Pasar Malam sebentar lalu pulang.)

Sabtu 31 Dec. '49
Sesudah mandi e solat aan berangkat lagi winkellen met mas Tohir ke Bodjong & Djeruk. Lalu ngerias dulu en dan bioskoop kijken. Dul kebetulanlah situ saja adjak sisan. Dan we zijn met ons vieren. De Film is 1001 night. 3e voorstelling; vanuit  4e 10.30 's nachts. (Sabtu 31 Desember 1949: Sesudah mandi dan sholat aan berangkat lagi winkellen met mas Tohir ke Bojong & Jeruk. Lalu berdandan dulu dan dan bioskoop kijken. Dul kebetulan ada di situ, saya ajak sekalian. Dan we zijn met ons vieren. De Film is 1001 night. 3e voorstelling; vanuit  4e 10.30 's nachts.) 
Sang penulis melihat film ini bukan di Solo.
Film tahun 1945.
Credit: Wikipedia

Minggu 1 djanuari 1950
Pada ± djam 4.45 federal, sesudah solat Asar dan mandi melihat bios ke Rex 1e voorstelling. Filmnja: “Waterloo Bridge” with Vivian Leigh the greatest picture since “Gone with the wind” and Robert Taylor (10th ta’ pernah bertemu in his finest role of all. Bios bubar djam 6.30 Pulang solat Magrib mendapat hidangan lagi. Kebetulan Munawir (Hizbullah) ada disitu. Djadi kita makan ber-5, saja, R, D, Mukri + Nawir. ± Djam 8.45 federal melihat film 3e voorstelling: saja, R, D + N ke Royal dgn film : Spring in Parklane. Djam 11 federal bios bubar. Pulang. [Minggu 1 Januari 1950: Pada ± jam 4.45 federal, sesudah sholat Asar dan mandi melihat bioskop ke Rex 1e voorstelling. Filmnya: “Waterloo Bridge” with Vivian Leigh the greatest picture since “Gone with the wind” and Robert Taylor (10 tahun tidak pernah bertemu in his finest role of all. Bioskop selesai jam 6.30 Pulang sholat Magrib mendapat makanan lagi. Kebetulan Munawir (dari Hizbullah) ada disitu. Jadi kita makan berlima, saya, R, D, Mukri + Nawir. ± Jam 8.45 federal melihat film 3e voorstelling: saya, R, D + N ke Royal dengan film : Spring in Parklane. Jam 11 federal bioskop bubar. Pulang.] 
Film tahun 1948.
Credit: Wikipedia

Film tahun 1940
Credit: Amazon
Sabtu 7 Djan 1950
Magrib baru pulang setelah berdjandji nanti jam 7.30 melihat bioskoop. Betul djam 7 30 precies a datang dgn Iskandar. Lalu kami ber-3 berangkat naik betja. Datang disana ketjelik. Bioskop hanja main 1 kali karena untuk boksen. (Sabtu 7 Januari 1950: Maghrib baru pulang setelah berjanji nanti jam 7.30 melihat bioskop. Betul juga tepat jam 7 30 "a" datang dengan Iskandar. Kemudian kami bertiga berangkat naik becak. Datang disana kami tertipu. Bioskop hanya main 1 kali karena untuk boksen.)

Djumat 13 Djan ‘50
Djam 2.45 terpaksa pulang dulu. Lalu ducet berangkat sekolah. Afspraak maken dgn Djoko melihat bioskop. Djam 7 saja berangkat ngampiri Djoko. Berangkat dari rmhnja djam 7 30. Djoko beli kartjis masuk. Karena antri pandjang titip seorang teman 2 kartjis kl. IV. Saja jg bajar. Tapi saja sdh bawa kartjis kl. III dulu. Dilalah hanja dapat 1 kartjis. Kami nekat masuk. Sampai dlm gedung dilihat kartjis saja. Saja ditahan. Wah malu saja. Disuruh menaati orang antri lendean boleh beli kartjis. Tapi Djoko dgn teman tadi marani saja ngadjak linggih lagi. Karna saja dibawa kebelakang. Saja lalu nekad turut teman2 duduk diklas IV. Sampai tamat, tapi hati ja masih mendongkol. Tragisch zeg. Film-nja : “Bathing beauty” atau ,,Waternimpf”. Djam 10.30 bubar, pulang. (tidak terbaca) gedung berdjumpa Ramanta, Dullah, Makmoen en nog veelmeer. Tomorrow is another MGM’s technicolor film      day! (Jumat 13 Januari 1950: Jam 2.45 terpaksa pulang dulu. Lalu ducet berangkat sekolah. Afspraak maken dengan Djoko melihat bioskop. Jam 7 saya berangkat menjemput Djoko. Berangkat dari rumahnya jam 7 30. Djoko beli karcis masuk. Karena antri panjang, kami menitip seorang teman untuk membeli 2 karcis kelas IV. Saya yang membayar. Tapi saya sudah membawa karcis kelas III dulu. Tiba-tiba hanya dapat 1 karcis. Kami nekat masuk. Sampai dalam gedung, karcis saya dicek. Saya ditahan. Wah malu saya. Disuruh mentaati, orang yang menonton bersender boleh beli karcis. Tapi Djoko dengan teman tadi menghampiri saya mengajak duduk lagi. Karena saya dibawa ke belakang. Tragisch zeg. Film-nya : “Bathing beauty” atau ,,Waternimpf”. Jam 10.30 selesai, pulang. (tidak terbaca) gedung berjumpa Ramanta, Dullah, Makmoen en nog veelmeer. Tomorrow is another MGM’s technicolor film      day!)    
Film tahun 1944.
Credit: Movieposter

Senin 16 Djan. '50
Djam 7.30 ia datang naik speda. (tidak terbaca) betjak ke Sriwedari melihat bios. Filmnja "Green Dolphin Street" MGM. Dramatisch, spannend en ook magisch. Film pandjang sekali. Djam 11.30 baru bubar. (Senin 16 Januari 1950: Jam 7.30 ia datang naik sepeda. (tidak terbaca) becak ke Sriwedari melihat bioskop. Filmnya  "Green Dolphin Street" MGM. Dramatisch, spannend en ook magisch. Film panjang sekali. Jam 11.30 baru selesai.)
Film tahun 1947.
Credit: Wikipedia

Selasa 24/1 ‘50
Dj 3 sekolah dgn Sidik + Nardi. Afspraak dgn Sidik melihat bios. Tapi dj. 7.30 ia tak dtng. Berangkat sendiri berdjumpa Kasto, Karno, Hartono, Trisno. Kasto + Trisno antri. Antrinja dpt dimuka. Karena saja berdjumpa, Zibullah teman lama dari sek dagang. Wiranto datang2 titip Kasto. Ja bolehlah. Beli kartjis 3e kl. Loket untk kl 3 + 4 pindah kesebelah Barat gedung. Didlm berdjumpa Basit adik Dullah. Diluar tadi djuga berdjumpa Salam + Jono. Film technicolor MGM “Broadway Rhytm” atau “Broadway Rhythme”. Ster2nja masih on belend buat saja. Pulang bersama Basit. (Selasa 24 Januari 1950: Jam 3 sekolah dengan Sidik + Nardi. Afspraak dengan Sidik melihat bioskop. Tapi jam 7.30 ia tak datang. Berangkat sendiri berjumpa Kasto, Karno, Hartono, Trisno. Kasto + Trisno antri. Antrinya dapat dimuka. Karena saja berjumpa, Zibullah teman lama dari sekolah dagang. Wiranto datang-datang titip Kasto. Ya bolehlah. Beli karcis 3e kelas. Loket untuk kelas 3 + 4 pindah kesebelah Barat gedung. Didalam berjumpa Basit adik Dullah. Diluar tadi juga berjumpa Salam + Jono. Film technicolor MGM “Broadway Rhytm” atau “Broadway Rhythme”. Bintang-bintangnya masih on belend buat saya. Pulang bersama Basit.)

Djumat 27/1 ‘50
Sklh bubar agak sore artinja belum dj 6 Mlm. Dgn Rochmat melihat bios. Filmnja masih “Broadway Rhytm” klas 2 of course. (Jumat 27 Januari 1950: Sekolah bubar agak sore artinya belum jam 6 malam. Dengan Rochmat melihat bioskop. Filmnya masih “Broadway Rhytm” kelas 2 of course.)

Djum‘at 3/2 ‘50
Ba’da Magrib ngampiri Rochmat melihat bios. ± dj 7.30 berangkat. Film: “Yearling” atau “Jody en ‘t hertejang.” MGM’s technicolor. ± dj 10.30 pulang. (Jumat 3 Februari 1950: Setelah waktu sholat Maghrib menjemput Rochmat melihat bioskop ± jam 7.30 berangkat. Film: “Yearling” atau “Jody en ‘t hertejang.” MGM’s technicolor. ± jam 10.30 pulang.)
Film tahun 1946.
Credit: Moviepostershop
Film tahun 1944.
Credit: Movieposterservice

Rabu 8/2 ‘50
Ba’da Magrib gremis. Saja nekat ambil sepeda kermh Kasto ± dj 7.30. Kasto bawa mkn. Ta’lama kami berangkat. Di Sriwedari berdjumpa Karno + Darmo, Lukito cs. Filmnja: “The Siegfried Girls” MGM with Lana Turner, Judy Carlan, James Stewart etc. Een lange film. Djam 11 baru selesai. (Rabu 8 Februari 1950: Setelah waktu sholat Maghrib, gerimis. Saya nekat mengambil sepeda ke rumah Kasto ± jam 7.30. Kasto membawa makan. Tidak lama kami berangkat. Di Sriwedari berjumpa Karno + Darmo, Lukito cs. Filmnya: “The Siegfried Girls” MGM with Lana Turner, Judy Carlan, James Stewart etc. Een lange film. Jam 11 baru selesai.)
Seharusnya film yang penulis maksudkan adalah Ziegfeld Girl. Mungkin karena namanya bernada Jerman jadinya dia salah menyebutkan menjadi Siegfried. Dan penulis juga salah menulis nama Judy Garland menjadi Judy Carlan.
Film tahun 1941.
Credit: Wikipedia 

Sabtu 18/2 ‘50
Saja diadjak melihat bios. Lalu saja pulang dulu berpakaian. Datang disana (Sriwedari) 2e voorstelling baru ¼ dj main. Kami harus menunggu 1 djam lagi. Mulai tg 18 tiap2 mlm Minggu main 3x. Paginja main 2x. Di Sriwedari berdjumpa Iljas dan Bakri. Munif dan Sidqi. 3e voorstelling main +- dj 10. Bubarnja djam 12. Oh ja digedung berdjumpa pak Narno dan Pak Tan (bekas guru Sal Federaal Lodjiwetan). Filmnja “Green Years”. Menurut pendapatku baik. Film itu pandjang dan menggambar penghidupan senang anak jatim piatu, Robert. Kalau tak keliru namanja, jg sangat sengsara. Ia menumpang pada grootvadernja jg sangat gieng. Jg melindunginja disitu jalah grootmoedernja dan overgrootvadernja. Ketika ia diajak berdjalan2 oleh overgroots ia berkenalan dgn seorang anak prempuan jg baru menjanji. 
Film tahun 1946.
Credit: Wikipedia

Setelah ia dewasa, ia sudah belajar di sek. Tinggi, karena pandainja tentang ilmu kedokteran ia mendapat medaille dlm vaknja. Teman perempuan tadi jg djuga se Universiteit dgnnja dan mendjadi verloofdenja mendapat medaille dlm hal menjanji. Karena financieel gebrek ia terpaksa tak dpt melandjutkan sekolah. Pada suatu hari ada kabar bahwa ada kesempatan anak2 atau student2 jg dapat lulus dlm udjian jg akan diska, diberi bevers untuk beladjar. Iapun turut udjian. Tetapi, sajang. Kurang satu hari dari udjiannja ia djatuh sakit. Meskipun kali ini down, namun tjita2nja tetap. Ia ingin mendjadi dokter. Selama ia jobless, jg menghiburnja jalah kekasihnja dan overgrootvadernja. Sesudah ia down dlm udjiannja grandpanja menulis testament untuknja. Grandpanja senang dronken. Pada suatu hari raja di Scotland ia sekonjong2 djatuh sakit lalu meninggal. Robert mendapat testament lalu dpt bersekolah lagi. Ia mendapat facilitate dari kekasihnja. Bubar. Demikian kurang lebih ichtisar dari drama bios Green Years mlm ini. 
(Sabtu 18 Februari 1950: Saya diajak melihat bioskop. Lalu saya pulang dulu berpakaian. Datang disana (Sriwedari) 2e voorstelling baru ¼ jam main. Kami harus menunggu 1 jam lagi. Mulai tanggal 18 tiap-tiap malam Minggu main 3 kali. Paginya main 2 kali. Di Sriwedari berjumpa Iljas dan Bakri. Munif dan Sidqi. 3e voorstelling main +- jam 10. Bubarnya jam 12. Oh ya di gedung berjumpa pak Narno dan Pak Tan (bekas guru Sal Federal Lojiwetan). Filmnya “Green Years”. Menurut pendapatku baik. Film itu panjang dan menggambar kehidupan gembira anak yatim piatu, Robert. Kalau tak keliru namanya, yang sangat sengsara. Ia menumpang pada grootvader-nya yang sangat gieng (kejam?). Yang melindunginya disitu ialah grootmoeder-nja dan overgrootvader-nya. Ketika ia diajak berjalan-jalan oleh overgroots, ia berkenalan dengan seorang anak perempuan yang baru menyanyi. Setelah ia dewasa, ia sudah belajar di Sekolah Tinggi, karena pandainya tentang ilmu kedokteran ia mendapat medaille dalam vak-nya. Teman perempuan tadi yang juga se-Universiteit dengannya dan menjadi verloofde-nya mendapat medaille dalam hal menyanyi. Karena financieel buruk ia terpaksa tak dapat melanjutkan sekolah. Pada suatu hari ada kabar bahwa ada kesempatan anak-anak atau students yang dapat lulus dalam ujian yang akan diska, diberi bevers untuk belajar. Dia-pun turut ujian. Tetapi, sayang. Kurang satu hari dari ujiannja, ia jatuh sakit. Meskipun kali ini down, namun cita-citanya tetap. Ia ingin menjadi dokter. Selama ia jobless, yang menghiburnya ialah kekasihnya dan overgrootvader-nya. Sesudah ia down dalam ujiannya grandpa-nya menulis testament untuknya. Grandpa-nya senang dronken. Pada suatu hari raya di Scotland ia tiba-tiba jatuh sakit lalu meninggal. Robert mendapat testament lalu dapat bersekolah lagi. Ia mendapat facilitate dari kekasihnya. Selesai. Demikian kurang lebih review dari drama bioskop Green Years malam ini.)


Minggu 26 Pebr. ‘50
Lalu kami melihat bios ke Sriwedari (tidak terbaca) ini filmnja “The Pirate” MGM Technicolor dgn Judy Garlan and Gene Kallay. Melihat 2e voorstelling djam 11. Bubar dj 1. [Minggu 26 Februari 1950: Lalu kami melihat bioskop ke Sriwedari (tidak terbaca) ini filmnya “The Pirate” MGM Technicolor dengan Judy Garlan and Gene Kallay. Melihat 2e voorstelling jam 11. Selesai jam 1.]
Film tahun 1948.
Credit: Fanpop


Selasa 28 Febr ‘50
Bakda Isak Rochmat dtg ngampiri melihat bios, karena kemarin mlm sdh (tidak terbaca) di mah Etan. Datang di Sriwedari sudah telah 2e voorstelling, karena mulai mlm ini ada 3 voorstelling. Lagi kami tak dapat menitipkan speda. Karena penuh (tidak terbaca) menanti. Di sana berdjumpa seneng teman SMAK Rochmat saja suruh beli kartjis dulu saja menanti diluar. Djam 10 kira2 2e voorst. baru bubar.Dan saja baru dpt nitipken sepeda. Lalu saja masuk. Rochmat masih antre, saja berdjumpa Gunadi. Rochmat saja enteni. Beli kl 2. Tapi didlm kursi sdh penuh. Kami duduk dikelas 1. Filmnja MGM judul “Home Coming” atau “De Fatale Terugkeer” dgn Clark Gable dan Lana Turner. Bubar djam 12 tengah mlm precies. Sepeda Rochmat dititipkan dimasukkan. Film ini mentjeritakan seorang Dokter tentara dlm perang dunia ke 2. Djadi produksi sesudah 2e wereldoorlog. 
[Selasa 28 Februari 1950: Setelah waktu sholat Isya Rochmat datang menghampiri melihat bioskop, karena kemarin malam sudah (tidak terbaca) di mah Etan. Datang di Sriwedari sudah telah 2e voorstelling, karena mulai malam ini ada 3 voorstelling. Lagi kami tak dapat menitipkan sepeda. Karena penuh (tidak terbaca) menanti. Di sana berjumpa gembira dengan teman SMAK, Rochmat saya suruh beli karcis dulu saya menanti di luar. Jam 10 kira-kira 2e voorst. baru selesai. Dan saya baru dapat menitipkan sepeda. Lalu saya masuk. Rochmat masih antri, saya berjumpa Gunadi. Rochmat saya tunggui. Beli kelas 2. Tapi didalam kursi sudah penuh. Kami duduk dikelas 1. Filmnya MGM judul “Home Coming” atau “De Fatale Terugkeer” dengan Clark Gable dan Lana Turner. Selesai jam 12 tengah malam tepat. Sepeda Rochmat dititipkan dimasukkan. Film ini menceritakan seorang Dokter tentara dalam perang dunia ke 2. Jadi produksi sesudah 2e wereldoorlog.]
Film tahun 1948.
Credit: Tr10023

Achad 5 Mrt 1950
Kami melihat jg 2e voorstelling matinee. Tot mij (tidak terbaca) filmnja sudah ganti. Jaitu : The Valley of Decision” of ‘s Dat der Beslissing. Djam 1 siang baru pulang. [Minggu 5 Maret 1950: Kami melihat yang 2e voorstelling, hampir selesai. Tot mij (tidak terbaca) filmnya sudah ganti. Yaitu : The Valley of Decision” of ‘s Dat der Beslissing. Jam 1 siang baru pulang.]          
Film tahun 1945.
Credit: Ebay















Dapat disimpulkan, pada masa itu bioskop menjadi tempat hiburan utama bagi anak muda. Tempat nongkrong dan bercengkrama. Film yang ditampilkan juga termasuk film yang bagus dan dibintangi oleh aktor - aktris Hollywood pada masa itu. Pengaruh dari film ini, dapat dibilang mirip dengan yang terjadi pada masa kini. Yaitu adanya penggunaan bahasa Inggris dalam bahasa sehari-hari atau mungkin dipakai secara tidak langsung atau khusus pribadi saja.
Berikut bukti lain sang penulis adalah moviegoer sejati:
Cuplikan quote dari film Cover Girl. Ada kemungkinan Silver threads among the gold juga berasal dari film.

Tiket bioskop Sriwedari yang tetap dia simpan didalam diary ini. Di belakang dia menulis judul film yang dia tonton dan mungkin termasuk memorable quote dari film tersebut.

2 Tiket bioskop Sriwedari yang serupa dengan di atas. Kali ini untuk film Home Coming. Film dimana sang penulis tidak kebagian tempat duduk di kelasnya .... dan dia nekad duduk di kursi bukan kelasnya. Benar-benar moviegoer berdedikasi. I have to admit it.


Info menarik lainnya:

  • Pada Sabtu dan Minggu tanggal 14 dan 15 Januari 1950. Terjadi hujan sangat besar di Solo yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Berikut entry penulis untuk hari Sabtu dan Minggu. Sabtu: Djam 2 tidur diloteng tapi tak dapat. Sumuk sekali. Achirnja ja dpt tapi baru sebentar sadja ngliki karena hudjan jg istimewa lebatnja dgn angin ribut. Banjak genting2 jg beterbangan diudara. Pohon2 asem sama ringkad. Angin arahnja dari Barat. Djam ± 5 hudjan agak reda. Minggu: Laki kami mubeng2 sebentar naik sepeda melihat2 kerusakan jg disebabkan angin ribut + hudjan kemarin. Jg terbesar jalah Gladak keutara. Banjak pohon tumbang. Patihan phn beringin djatuhi restaurant. (Jam 2 tidur di loteng tapi tidak bisa. Sangat gerah. Akhirnya bisa juga, tetapi baru sebentar saja bangun karena hujan yang tidak biasa derasnya dengan angin ribut. Banyak genteng-genteng yang beterbangan di udara. Pohon-pohon asam sama ikut terbang. Angin arahnya dari Barat. Jam ± 5 hujan agak reda. Minggu: Para teman-teman pria kami, berputar-putar sebentar dengan naik sepeda melihat kerusakan yang disebabkan angin ribut + hujan kemarin. Yang terparah ialah Gladak ke utara. Banyak pohon tumbang. Patihan pohon beringin menjatuhi restoran.)
  • Waktu Subuh ditandai dengan suara kentongan. Sang penulis menyebutnya Kentong Subuh.
  • Pemadaman listrik kemungkinan disebut matine.
  • Waktu Indonesia bagian Barat masih disebut waktu federal.
  • Pada hari kamis tanggal 17 Februari 1950, sekolah sang penulis yaitu P.E.T.S libur selama 3 hari karena perayaan hari raya Imlek. Seperti dalam entry diary-nya sehari sebelumnya: To day I don't go to P.E.T.S. because to morrow will be the New Year of the Chinese people and we have three days holiday. 
  • Rabu 8 Februari 1950, ada pertandingan sepak bola atau sang penulis menyebutnya football match antara SM I dan SM III Kokan. Kedudukan akhir 2 - 2.
  • Kamis 23 Februari 1950, sang penulis melihat acara pemindahan jenazah Menteri Supeno yang berangkat dari Nganjuk menuju Yogyakarta. Sepertinya rombongan sempat berhenti sementara di kantor Karesidenan Surakarta. Entry: Djam 2 ndelok lajon menteri Supeno sangka Ngandjuk nang Jogja menjang Karesidenan karo Sidik + .... (Jam 2 melihat acara pemakaman menteri Supeno dari Nganjuk ke Jogja, pergi ke Karesidenan bersama Sidik + ....)
  • Pada Jumat 24 Februari 1950, terdapat pertandingan rounders dan sepak bola antara SM Jepara melawan Gabungan SM Solo.
  • Sultan Hamengkubuwono IX sempat menjadi obyek gambar sang penulis. Kurang diketahui apakah ini tugas sekolah atau keinginan dia pribadi.

Ada kemungkinan, diary ini belum selesai. Jika dilihat secara seksama, si penulis awalnya menulis pada bagian awal dan belakang buku pada masa Belanda. Saat dia melanjutkan hobi menulisnya, akhirnya sudah tidak ada tempat lagi bagi entry ke-100. Alhasil kemungkinan dia melanjutkan tulisannya di buku lain karena tulisan entry ke-99 seperti terhenti tiba-tiba.
Kesimpulan secara menyeluruh dari diary ini adalah seperti diary lainnya yaitu teman sejati dari penulis yang menyimpan seluruh informasi tentang kehidupannya. Meskipun dia telah hidup di 4 jaman dan menyaksikan berbagai peristiwa salah satunya tentang berita kematian Hitler, namun dia tetaplah anak muda yang bergembira ria, dan dia tetap menikmati hiburan modern saat era pergantian masa itu yaitu film bioskop.


Usia: dibuat <1942 hingga Kamis 9 Maret 1950.
PS: konten thread ini yang berupa bahasa Indonesia dengan ejaan lama saya transliterasi ke bahasa Indonesia modern. Agar pembaca luar negeri bisa menerjemahkannya dengan google translate (1 Agustus 2015)