Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 26 Februari 2017

Personal Tale - Joedowijadi Sang Polisi Tentara Keraton Kasunanan

Seperti helm, sudah lama saya tidak membuat post seperti Soewardi sang Laskar dan Soetardjo sang Heiho CPM, saatnya kita berkenalan dengan Joedowijadi sang Polisi Tentara dari Keraton Kasunanan Surakarta. Berhubung sudah 3 post, saatnya saya menamakan post ini dengan nama Personal Tale

Jujur saja, sebenarnya saya sudah merencanakan untuk membuat post ini. Namun saya harus menunggu sampai post pasukan keraton selesai dahulu. Maka baru sekarang saya bisa membuatnya.
Kembali lagi kepada Joedowijadi, kisah karirnya bisa dibilang sama uniknya dengan Soetardjo.

Lahir di Solo pada tanggal 17 Juli 1922 di kampung Hordenasan di daerah Baluwarti. Berayahkan Moeljodimedjo, dia awalnya bersekolah di Sekolah Rakyat Kratonan seperti halnya orang pada masa itu. Sempat melanjutkan dan lulus dari SMP kelas II di Salatiga, Joedowijadi memutuskan untuk masuk ke hierarki pasukan keraton pada tahun 1940. Mungkin karena loyalitasnya kepada Sunan. Sebenarnya saat itu terdapat aturan bahwa umur minimal prajurit keraton adalah 22 tahun. Namun mungkin karena kondisi yang mendesak  dimana negara Belanda sudah diduduki oleh Jerman alhasil Judowijadi yang saat itu masih berusia 19 tahun diterima masuk. Sayang tidak diketahui di kesatuan mana dia mengabdi, namun yang diketahui dia hanya bertahan hingga tahun 1942 atau saat Jepang menduduki Indonesia.
Pada era ketidakpastian tersebut, Joedowijadi sempat bergabung dengan Keibodan. Di waktu yang sama, dia mengikuti latihan kemiliteran yang bernamakan "Ton Tidoin" di Jakarta selama 3 bulan. Sempat dipindahkan oleh Jepang ke Salatiga, kali ini Joedowijadi menjadi pelajar dan bergabung dengan "Seining Dodjo"  di kota tersebut pada tahun 1944. Sekali lagi, Joedwijadi mengikuti latihan kemiliteran pula pada pasukan semi - militer tersebut. Setelah pendidikan selesai, dia kembali lagi ke kota Solo dan tetap bertugas di Kesatuan Seinendan Seksi I dengan pangkat Budancho (Komandan Regu).
Pada era perang kemerdekaan, Joedowijadi yang berumur 23 tahun, menjadi anggota AMI (Angkatan Muda Indonesia) dibawah pimpinan R. Maladi. Setelah dari AMI, Joedowijadi menjadi Polisi Tentara di kesatuan Batalyon ke-23 Resimen II (Jawa Tengah) dibawah pimpinan Kolonel Narjo yang berbasis di Solo. Untuk Polisi Tentara, unit tersebut tidak lain adalah pendahulu dari Polisi Militer Angkatan Darat TNI masa kini. Saat itu personel Polisi Tentara dikenal sebagai dedikasi,integritas dan loyalitas tinggi.
Pada masa - masa itu pula, Joedowijadi sekali lagi sempat mengikuti latihan kemiliteran. Kali ini latihan tersebut bernama Latihan Seksi I yang bertempat di Yogyakarta. Namun penempatan dia disitu hanya bertahan hingga tahun 1948 atau setahun setelah putri sulungnya lahir. Dari Batalyon ke-23, Joedowijadi dipindahkan ke KMDK atau Komando Militer Daerah Surakarta / Solo. Pada tempat kerjanya yang barunya tersebut, dia tetap bertahan di kota Solo saat serangan Belanda ke Solo dan menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Kota. Suatu jabatan yang strategis.
Setelah kedaulatan tercapai, Joedowijadi ditempatkan di kesatuan Batalyon 428. Di tahun yang sama dia dikaruniai putri kedua yaitu Sri Moekjiati. Setelah itu, Joedowijadi menjalani karir kemiliteran normal yaitu berpindah - pindah penempatan. Selain itu, dia sempat ikut serta dalam penumpasan gerakan Batalyon 426 dan PRRI/Permesta. Pada masa yang sama dia dikaruniai anak kembali hingga total yang dia punya menjadi 6 orang.
Seperti halnya tentara lainnya, Joedowijadi mendapatkan beberapa medali untuk tugasnya. Dari Bintang Sewindu APRI, Satyalancana Perang Kemerdekaan I, Satyalancana Perang Kemerdekaan II, Satyalancana Kesetiaan, Satyalancana Sapta Marga, dan Satyalancana GOM VI. Uniknya sempat awalnya tidak mendapatkan medali prestisius Bintang Perang Gerilya, Joedowijadi mendapatkannya pada tahun 1965. Uniknya dia mendapatkannya bersamaan dengan Soeharto terimaBetter late than never and very unique. Joedowijadi pensiun sebagai Letnan Dua pada tahun 1967, uniknya di penghujung karirnya dia sempat memegang jabatan Polisi Militer kembali. Polisi Militer di awal dan akhir ...



Joedowijadi awalnya sempat mengalami kegagalan dalam latihan yang diadakan disini. Namun pada akhirnya dia berhasil lulus 2 tahun kemudian.
Uniknya jika anda perhatikan, dia tidak melampirkan fotonya pada ijazah ketidaklulusan


Kartu keterangan veteran

Kursus yang diikuti oleh Joedowijadi lainnya


Piagam Bintang Gerilya yang didapatkan oleh Joedowijadi

Surat promosi Joedowijadi menjadi letnan dua.
Ditetapkan pada tahun 1967 namun jabatan diberikan sejak tahun 1965


Usia: 1953 - 1968

Wij Strijden Met De Teekenstift - Max Blokzijl Klimt Op Tot Hoofdredacteur

Monyet! Ini bukan maksud saya memaki anda, namun ini adalah makian Hofer kepada Max Blokzijl. Oh dan kembali lagi ke edisi Wij Strijden Met de Teekenstift.
Siapakah Max Blokzijl disini? Dia adalah seorang kolaborator Belanda. Bernama lengkap Marius Hugh Louis Wilhelm Blokzijl, penyanyi dan juga wartawan, dia sempat tinggal di Jerman dan kembali ke Belanda saat Belanda dikuasai oleh Jerman. Blokzijl juga menjadi anggota NSB (Partai Fasis Belanda) pada tahun 1935 dan nantinya menjadi kepala juru propaganda bagi rezim boneka NSB.
Tema dari gambar Hofer disini adalah peristiwa digantinya Hendrikus Colijn dari redaktur kepala koran protestan Belanda yaitu De Standaard. Colijn sendiri digambarkan oleh Hofer di sebelah kiri bawah gambar. Bagi anda yang mendalami sejarah KNIL atau perang kolonial di Hindia Belanda, nama Hendrikus "Hendrik" Colijn tidaklah asing di telinga anda. Karena dia sempat bergabung dengan pasukan Marechaussee (marsose) KNIL dan ikut serta dalam Perang Lombok dan Perang Aceh. Nantinya Colijn juga menjabat sebagai Perdana Menteri Belanda sebelum akhirnya diganti oleh Dirk Jan de Geer, nama yang tidak asing bagi Hofer disini. 
Kembali lagi ke Blokzijl, saat menjabat sebagai redaktur kepala de Standaard, dia juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Urusan Pers bagi NSB. Tugas dia disini sebenarnya lebih besar dari jabatannya karena dia secara efektif menguasai pers Belanda. Kolaborasi Blokzijl bagi Jerman tidak berhenti disitu saja. Dia juga menyiarkan siaran pro-Jerman di Radio Hilversum yang penuh dengan sentimen anti Inggris. Pada akhirnya Blokzijl harus membayar ini semua saat perang berakhir, dimana dia adalah kolaborator pertama Belanda yang dieksekusi.
Berbicara tentang nilai karya Hofer disini, seperti yang telah saya singgung diatas, lambang makian Hofer diatas dapat dibilang yang paling parah dibandingkan karya lainnya. Memang ada karya monyet Hofer lainnya yaitu saat dia menggambarkan Hitler. Namun pada gambar tersebut, Hitler sebagai monyet memang sesuai dengan beruang Stalin yang memperebutkan madu Bulgaria. Blokzijl sebagai monyet disini dapat dibilang tidak ada hubungannya sama sekali dengan bendera de Standaard. Mungkin Hofer sangat membenci figur Blokzijl disini, alhasil jadilah monyet Blokzijl dengan pantat hakenkreuz. Selain itu pula jika anda perhatikan bentuk awan, anda akan melihat sebuah wajah disitu. Wajah tersebut adalah Anton Mussert, Pemimpin NSB sebagai seorang setan ...

PS: Uniknya saat Max Blokzijl tinggal di Berlin, dia menerima penghargaan medali Ereteken voor Belangrijke Krijgsbedrijven. Menurut artikel berjudul "Het Atjeh-Kruis" yang dimuat di surat kabar Nieuwe Soerabaja Courant tertanggal 8 Januari 1929, saat itu Komandan KNIL yaitu H.L. La Lau merekomendasikan medali tersebut kepada Kementerian Koloni. Alasan yang diberikan karena Blokzijl bersama Jean Louis Pissuise (pionir kabaret Belanda) adalah jurnalis yang ikut meliput operasi militer tersebut. Sebenarnya pemberian medali ini sangatlah terlambat, karena artikel menyatakan bahwa Blokzijl mendapatkan medali tersebut dengan "sabuk" medali "Atjeh 1906 - 1910" alias saat operasi militer Aceh tahun 1906 hingga tahun 1910. Saat pemberian medali pula, Pissuise sudah meninggal karena ditembak. Mungkin keterlambatan ini diakibatkan dari status mereka sebagai rakyat sipil saat ekspedisi militer berlangsung. Menariknya lagi menurut artikel yang sama, Blokzijl saat itu adalah satu - satunya orang sipil yang dianugerahi medali Ereteken voor Belangrijke Krijgsbedrijven


Usia: 1941

Minggu, 19 Februari 2017

Mark I Despatch Rider Hong Kong

Sudah lama sekali saya tidak meng-share helm disini. So ini saatnya saya memperlihatkan salah satu helm unik yang saya miliki, helm Hong Kong "Mark I Despatch Rider". Anda pasti tidak pernah mengira bahwa helm ini dari Hong Kong bukan? Seharusnya helm ini dari Inggris namun helm ini membawa bukti bahwa helm ini berasal dari tanah kelahiran Jackie Chan.
Pertama - tama, mari kita bahas sejarah helm "Mark I Despatch Rider" terlebih dahulu. Helm ini dibuat untuk menggantikan helm "Mark II" yang juga dipakai oleh pasukan infanteri Inggris. Namun helm tersebut mengalami kekurangan. Kekurangan tersebut berupa kontur helm yang tidak melindungi keseluruhan kepala pengendara terutama saat pengendara terjatuh. Pada tahun 1939 diambil keputusan untuk mengganti helm tersebut dengan "Crash Helmet" yang dibuat berdasarkan helm "Cromwell". Namun karena helm tersebut dibuat dari bahan yang tidak tahan terhadap pecahan peluru artileri maka "Mark II" tetap dibawa untuk sekedar cadangan.
Situasi tersebut bertahan hingga awal tahun 1941 dimana Departemen Perang Inggris merencanakan untuk memperkuat "Crash Helmet" agar tahan dari pecahan peluru artileri. Maka pada bulan Mei 1941, diambil keputusan untuk membuat helm baru berdasarkan dari helm "Mark II Para". Selagi menunggu perkembangan, helm "Crash Helmet" tetap dipakai dan secara resmi digunakan di 3 angkatan perang Inggris pada Desember 1941. Akhirnya pada tahun 1942, helm "Mark I Despatch Rider" resmi muncul. Helm tersebut tetap dipakai oleh Inggris hingga tahun 1960-an.

Kembali lagi ke helm milik saya, dari aspek sejarah tidak mungkin helm ini dibuat pada era sebelum Perang dunia II pecah. Karena Hong Kong diinvasi Jepang pada Desember 1941. Jadi kita bisa asumsikan bahwa helm ini buatan pasca Perang Dunia II. Uniknya liner helm ini mempunyai model yang berbeda dengan helm yang diproduksi oleh Inggris. Letak perbedaan terdapat pada tidak adanya bagian untuk menahan benturan di bagian depan dan model jahitan.
Liner Helm
Untuk helm buatan Inggris, seharusnya disini terdapat bagian penahan benturan
Tali penahan sudah tidak ada

Untuk Hong Kong sendiri, sebenarnya mereka sudah bisa membuat liner sebelum Perang Dunia II pecah. Bukan tidak mungkin mereka sudah bisa membuat helm Mark II pula. Model stempel Hong Kong yang digunakan pada helm ini, serupa dengan helm Mark II berikut. Produsen liner serta ukuran liner tertera pada helm. Untuk helm Despatch Rider yang saya punya, sayang stempel untuk produsen liner kurang jelas namun untuk ukuran liner berupa ukuran 1.
Stempel Marking Helm

Yang menjadi pertanyaan sekarang, kepada unit TNI mana helm ini dipakai? Namun sebelumnya kita telusuri jejak awal Despatch Rider di Indonesia terlebih dahulu. Helm ini awalnya kemungkinan sudah dibawa oleh pasukan Inggris yang datang pada tahun 1945, Lalu estafet eksistensi helm ini dilanjutkan oleh KNIL sesudah Inggris pergi dari Indonesia. Salah satu unit KNIL yang memakai helm tersebut adalah KST alias Korps Speciale Troepen. Despatch Rider juga sempat terlihat dipakai oleh pasukan elit KNIL tersebut dalam serangan ke Yogyakarta pada tahun 1948. Dengan ear flap-nya, helm tersebut terlihat berbeda dengan helm Mark II PARA. 
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber

Pada era pengakuan kedaulatan, helm - helm tersebut seperti halnya peralatan militer lainnya diambil alih oleh TNI. Sayang, sedikit sekali dokumentasi di internet tentang pasukan TNI yang memakai helm Despatch Rider. Hanya 1 buah foto yang menggambarkan pasukan yang dilengkapi helm tersebut. Pasukan tersebut adalah Satgas POMAD (Polisi Militer Angkatan Darat) yang merupakan pasukan pengawal presiden pengganti pasukan Cakrabirawa pada era tahun 1966 - 1970. Terlihat di bawah ini helm dicat berwarna putih standar helm polisi militer TNI dan dipakai oleh pasukan bersepeda motor. Artinya helm tersebut digunakan sesuai dengan tujuan dibuatnya helm tersebut sejak awal.
Sumber

Bagaimana dengan Hong Kong? Sejak kapan helm buatan Hong Kong ini beredar di Indonesia? Menurut saya ada 2 kemungkinan. Yang pertama, helm tersebut bisa saja diboyong oleh KNIL pada saat pembentukan ulang pasukannya. Yang kedua, helm dibeli pada era tahun 1950-an hingga masa Operasi Dwikora. Bisa saja helm tersebut ikut dibeli bersama dengan kain Depison buatan Hong Kong (tiruan kain Denison) yang dipakai oleh pasukan RPKAD dibawah ini.
Sumber

Jadi inilah data salah satu helm unik yang saya punya. Semoga bisa membantu anda semua. :)


Usia: 1942 - 1960