Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Rabu, 04 Februari 2015

Soewardi Sang Laskar Jayengan

Foto dibawah ini adalah seorang laki-laki diumur 30nya. Meskipun tidak seterkenal koleganya yang jauh lebih legendaris bernama sama di Paku Alam, namun kesan dia pernah mengalami pahitnya peperangan dan idealisme peluru kemerdekaan anak muda masih terpancar dari wajahnya yang dilengkapi dengan kumis kecil.


Dia bernama Suwardi (Soewardi), seorang wong solo yang lahir pada tahun 1927 di daerah Jayengan blok 30. Mungkin karena dia lahir dikeluarga yang pada strata yang tidak tinggi, dia tidak meninggalkan tanggal lahir yang jelas. Sudah barang pasti, Suwardi menjalani kehidupan di 3 zaman. Pada umur 13 tahun mungkin dia menyaksikan betapa riuhnya keadaan di masyarakat saat negeri Belanda jatuh ketangan Jerman. 2 tahun kemudian setelah dia menyaksikan betapa susah payahnya Belanda untuk mempertahankan diri dari invasi pasukan poros ada kemungkinan dia sempat membaca berita tentang invasi Jepang ke Hindia Belanda, akhirnya dia mengalami sendiri perang saat Jepang menyerbu Solo. Setelah itu, untuk 3 setengah tahun lamanya dia menghabiskan masa remajanya dalam kesusahan masa perang. Pada akhirnya pada Agustus 1945, Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan Suwardi yang berkeinginan untuk mempertahankan kemerdekaan tersebut dan juga membela tanah airnya yang baru itu terutama dari Jepang, Inggris, dan nantinya Belanda bergabung dengan latihan perang yang diadakan oleh Laskar perjuangan lokal di tempat tinggalnya. 
Laskar yang bernama Laskar Jayengan ini diketuai oleh Priyoraharjo (Prijorahardjo) mengadakan latihan di asrama mereka selama 3 hari dari tanggal 29 hingga 31 Desember 1945. Akhirnya setelah dinyatakan selesai, Suwardi mendapatkan sebuah surat keterangan yang ditandatangani baik oleh Priyoraharjo maupun kepala asrama yang bernama Surono (Soerono).

Namun petualangan Suwardi tidak berhenti sampai disitu, mungkin karena kemampuannya akhirnya dia diterima oleh Priyoraharjo untuk bergabung dengan Laskarnya. Akhirnya saat dia membubuhkan tanda tangan dan cap 3 jarinya dikartu tanda pengenal laskar serta diklarifikasi dengan stempel kesatuan, Suwardi resmi ikut bergabung dalam sebuah badan perjuangan.




















Karena perkembangan situasi dimana Solo saat itu dikenal dengan kekacauannya, Suwardi akhirnya bergabung atau mungkin Laskar Jayengan bergabung dengan Pasukan Lawa dibawah pimpinan Letnan Fathul Rujito yang tergabung dalam Laskar Pengawal I.P.B.P (Inspektorat Pusat Biro Perjuangan) dengan pangkat Prajurit II. Saat itu dia ditempatkan di Sectie (Seksi) II, Regu II dan dia pindah ke ibukota Revolusi yaitu Yogyakarta. Sebagai tentara pengawal, Suwardi menerima sebuah kartu tanda anggota dari Pimpinan Ketentaraan Pengawal, dan dia resmi menjadi bagian dari Inspektorat tersebut pada Juli 1947. Saat itu surat ditandatangani oleh Pemimpin Ketentaraan Pengawal sendiri yaitu Letnan Satu A. Sutaryono (Sutarjono) dan mengetahui Pemimpin Biro yaitu Mayor Swandha Agni. Pada tahun itu pula, angkatan perang kita sudah berubah nama menjadi TNI dan kelaskaran diwajibkan masuk kedalam jajaran TNI maka inilah kenapa Suwardi mendapatkan keanggotaan. Penerimaan Suwardi didalam kesatuan tersebut ternyata hampir bertepatan dengan Agresi Militer Belanda pertama yang terjadi 20 hari kemudian. Setelah operasi militer tersebut, Suwardi menerima sebuah surat sakti dari Pucuk Pimpinan TNI Bagian Masyarakat Urusan Pembelaan Rakyat pada September ditahun yang sama. Kolonel Martono Brotokusumo melalui tanda tangan Kapten Suhirman menitahkan bahwa seluruh lapisan masyarakat dan jawatan-jawatan TNI membantu tugas Suwardi.



Akhirnya pada Januari 1948, Suwardi bergabung dengan P.P.T.N.I. dan diberi izin untuk membawa senjata. Saat itu surat tersebut ditandatangani oleh Komandan Kompi Markas jawatan tersebut yaitu Letnan Sudiyat (Soedijat). Di kesatuan itu pula, Suwardi tetap dengan pangkat lamanya namun dia berpindah ke Seksi I dan Regu I. Saat itu Suwardi tetap menjalankan tugasnya sebagai prajurit pengawal. Kemudian Agresi Militer Belanda II tiba diakhir tahun, ada kemungkinan Suwardi ikut serta dalam bergerilya. Dan dia selamat dari perang dan menjadi Guru Partikelir. 2 dekade kemudian, saat berumur 35 tahun Suwardi diterima menjadi anggota Legiun Veteran.



Meskipun hanya bertugas menjadi Prajurit Pengawal dan kemungkinan tidak pernah naik pangkat, namun Suwardi sudah memberikan sumbangan. Baik di garis belakang maupun di garis depan, sumbangan sekecil apapun seperti apa yang dilakukan Suwardi patut kita apresiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar