Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 30 April 2017

Museum Goes To Campus Month - Epilogue

Untuk menutup Museum Goes to Campus Month, saatnya kita cek buku tamu. Pastinya kita akan cek pesan & kesan para pengunjung. Total terdapat 340 pengunjung yang menandatangani buku tamu. Mungkin jika pengunjung yang tidak menandatangani buku tamu dihitung disini, total pengunjung bisa lebih dari 500 orang. Dan tentang pesan & kesan dari para pengunjung, saya hanya akan mengomentari pesan yang saya anggap unik.

"Impian memakai perlengkapan perang sudah terwujud. Terima kasih." = 
awww, saya gembira bisa mendengarnya.


"NEIN !" = 
Panggilan untuk pak Hitler dari Inglorious Basterd 

: ".... not me ?!!!"

 : "It must be one man who caused this ...."

 : "Cursed you Fegelein!!! I'm the most famous hitler meme not the neinman!!!!!"

"Ay Caramba!" =
May the haw haw be with you.

"Lex Dura Setcta Mente Scripta" (Peraturan undang - undang itu keras, tetapi sudah ditentukan demikian) =
Hmm quote menarik, meskipun untuk urusan militer quote yang lebih tepat adalah ini


"Medeni" (Menakutkan) =
... ini komentar ke pocong atau koleksi militer? hehehe 


"Key of success adalah kunci kesuksesan" =



"Bikin sange" (Membuat terangsang) =
.... saya tidak tahu harus berkomentar apa. Tapi yang paling cocok untuk menanggapi ini adalah 

Oke setelah komentar dan meme saatnya kita serius. Kali ini ada hubungannya dengan mendiang dosen saya. Hubungannya dengan Museum Goes To Campus adalah saat saya mengembalikan salah satu barang peninggalannya.
Sumber
Dosen saya yaitu Sudarmono adalah salah satu dosen terbaik ilmu sejarah yang pernah dimiliki UNS. Dikenal sebagai budayawan kota Solo (Surakarta), semasa hidup dia sering dimintai pandangannya tentang sejarah kota Solo. Tidak heran dia sering tampil di TV untuk mengupas sejarah.
Namun nasib tidak berpihak kepada Sudarmono bahkan setelah dia meninggal. Beberapa tahun setelah meninggalnya, rumah lama dia digusur karena kontroversi dengan Rumah Sakit Muwardi. Penggusuran itu terjadi saat keluarga Sudarmono tidak ada di rumah. Alhasil ada barang - barang termasuk didalamnya arsip dan koleksi buku sejarah beliau yang ikut terbuang karena tidak dijaga.
Saat saya membaca kabar penggusuran tersebut, saya langsung meluncur ke tempat saya sering hunting koleksi. Namun saat itu tidak menemui hasil karena kejadian tersebut baru saja terjadi. Sampai kira - kira 1 atau 2 bulan kemudian, saat saya berada di tempat langganan saya membeli koleksi, saya melihat nama "Drs. Sudarmono, S.U." tertera di sebuah tanda penghargaan. Tanpa ba bi bu, langsung saya embat tanda penghargaan ini.

Setelah saya lihat lagi, tanda penghargaan tersebut adalah tanda penghargaan atas Sayembara Slogan Subosukowonosraten. Slogan tersebut adalah akronim dari kota - kota di eks-karesidenan Surakarta yaitu SUrakarta, BOyolali, SUKOharjo, WONOgiri, SRAgen, dan klaTEN. Sudarmono mendapat penghargaan itu saat menjadi panitia. Uniknya dari penghargaan tersebut adalah tanda tangan faksimile kepala daerah dan kota tersebut. Dari Bupati Sragen Untung Wiyono hingga Walikota Surakarta Joko Widodo yang saat ini menjabat sebagai Presiden.
Saat saya cek lebih lanjut, ada bekas lem di bagian bawah. Ada kemungkinan dulunya penghargaan ini mempunyai dudukan. Dudukan tersebut membuat penghargaan ini bisa dipajang berdiri.
Akhirnya saya memutuskan untuk mengembalikan penghargaan ini kepada keluarganya. Untung salah satu anak Sudarmono bekerja sebagai dosen di UNS. Maka saat acara Museum Goes to Campus berlangsung, saya langsung memberikan tanda penghargaan tersebut. Finally return to the rightful owner.
Dengan ini berakhirlah bulan Museum Goes to Campus. Oh dan saya dengar bulan September tahun ini (2017), UNS akan mengadakan acara serupa. Jadi saya akan kembali kesana lagi dan dengan koleksi yang berbeda. See you later ! :D


Usia: -

Minggu, 23 April 2017

Museum Goes To Campus Month - S-75 / SA-2

Save the best for the last. Koleksi terbaik dari Museum Dirgantara Mandala saya tampilkan disini. Rudal Anti Pesawat (SAM) buatan Uni Soviet S-75 Dvina dengan kode "DISJRH".

Rudal yang mempunyai kode NATO SA-2 Guideline ini merupakan salah satu SAM legendaris yang pernah dibuat. Pertama kali keluar pada tahun 1957, baru 2 tahun kemudian Dvina  memakan korban. Saat itu sebuah pesawat Taiwan berhasil dilalapnya. Sejak saat itu track record Dvina langsung meningkat.
Pada tahun 1960, dunia langsung mengenal Dvina saat menjatuhkan pesawat mata - mata Amerika yaitu U-2 yang ditumpangi oleh Francis Gary Powers. U-2 kembali menjadi korban Dvina di Kuba yang terjadi 2 tahun kemudian saat krisis misil Kuba. Setelah itu, Dvina mulai resmi masuk dalam kancah perang yaitu saat Vietnam Utara membeli mereka.
Seperti biasa, Dvina langsung memakan korban. Tahun 1965 merupakan debutnya disana dan hanya membutuhkan 2 bulan semenjak pembelian bagi Dvina untuk memakan korban. Kali ini F-4 Amerika yang menjadi bulan - bulanan. Sejak saat itu Dvina melanglang buana di medan perang. Dari Vietnam hingga Timur Tengah dengan menjatuhkan pesawat Israel.
Untuk Indonesia sendiri, Dvina dibeli menjelang Operasi Trikora. Saat itu tahun 1960, sebuah tim berangkat ke Uni Soviet untuk merealisasikan perjanjian yang sudah diteken oleh A.H. Nasution sebelumnya. Namun pembelian tidak berlangsung singkat karena Indonesia juga mengirim pasukannya untuk dilatih disana pula. Uniknya pelatihan dilaksanakan di Polandia dimana 100 orang dikirim pada tahun 1962. Pelatihan yang dilaksanakan tersebut ditambah dengan perekrutan personel untuk di Jakarta. Karena kondisi darurat pula, alhasil 2 buah rudal dan peluncurnya sudah terpasang di Jakarta pada tahun yang sama. Namun uniknya belum ada yang bisa mengoperasikan. Sayang saat Dvina Indonesia sudah siap dioperasikan secara penuh, Operasi Trikora keburu selesai di meja perundingan.
Dengan selesainya Trikora, bukan berarti perjalanan Dvina di Indonesia berhenti begitu saja. Pada tahun 1963, Dvina resmi siap beroperasi untuk TNI-AU dengan 3 wing pertahanan udara. Untuk wing pertahanan udara sendiri, terbagi 3 skadron peluncur dan skadron teknik. Skadron peluncur berlokasi di Cilodong, Tangerang dan Cilincing. Sedangkan skadron teknik berada di Pondok Gede.
Meskipun Dvina terlambat masuk dalam Trikora, namun beredar kabar bahwa dia nyaris mendapatkan debut korbannya untuk Indonesia. Saat itu tahun 1962, baik Indonesia dan Belanda sudah memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan Papua di meja perundingan, kawan lama Dvina yaitu SA-2 terlihat melintasi Teluk Jakarta. Sebenarnya saat itu Spoon Rest (Radar Dvina) sudah mengikuti target dan Dvina siap tembak, disaat yang sama Presiden Soekarno dihubungi untuk meminta otoritas penembakan. Namun nasib masih berpihak kepada U-2, karena Soekarno pada saat itu tidak ada di tempat.
Munculnya peristiwa G30S pada tahun 1965 menjadi ajal bagi peralatan perang buatan Uni Soviet. Terutama yang membutuhkan perawatan dan suku cadang dari negeri Beruang Merah itu, hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka semua dicoret oleh TNI Orde Baru. Belum diketahui kapan Dvina menemui ajalnya. Namun saya agak ingat bahwa Dvina masih sempat dicoba diluncurkan pada tahun 1980-an. Informasi ini saya dapat dari majalah Angkasa. Tapi yang menjadi masalah, saya belum bisa mengkonfirmasi hal tersebut karena majalah tersebut hilang sejak lama.

Profil

Fokus
Tulisan Cyrillic pada indikator adalah:
ŠžŠ‘ŠžŠ“Š Š•Š’ Š’ŠšŠ›Š®Š§Š•Š (indikator panas ?)
Untuk tulisan sebelah kanan tidak terbaca.
ŠŸŠžŠ”Š¢ŠžŠÆŠŠŠ¬Š†Š˜ Š¢ŠžŠš (arus terus menerus ?)
Š’Š¬Š†ŠšŠ›Š®Š§Š•ŠŠž (inklusif ?)
ŠŸŠ•Š Š•ŠœŠ•ŠŠŠ«Š™ Š¢ŠžŠš (arus balik ?)
Pengait untuk dipasang di truk

Marking
Tulisan pada plat adalah:
ŠŸŠ Š˜ Š ŠŠ‘ŠžŠ¢Š• Š”Šž Š”ŠšŠŠ›ŠšŠžŠ™ - ŠŸŠ Š˜Š’ŠžŠ” Š”ŠžŠ›Š–Š•Š
Š‘Š«Š¢Š¬ Š’ŠšŠ›Š®Š§Š•Š ŠŠ Š—ŠŠœŠ•Š”Š›Š•ŠŠŠ£Š®
ŠŸŠ•Š Š•Š”ŠŠ§Š£.
Š ŠŠ‘ŠžŠ¢ŠŠ¢Š¬ Š”Šž Š”ŠšŠŠ›ŠšŠžŠ™ ŠŠ ŠŸŠžŠ’Š«ŠØŠ•ŠŠŠžŠ™
ŠŸŠ•Š Š•Š”ŠŠ§Š• - Š—Ó˜ŠŸŠ Š„Š©Ó˜Š„Š¢Š”ŠÆ.
(Saat mengoperasikan rotator - operator harus melaksanakannya dengan perlahan.
Saat terjadi percikan pada pengoperasian, hentikan segera)

Harap diperhatikan bahwa terjemahan saya ini tidaklah secara transliterasi
Tulisan adalah:
Š”Š›ŠÆ Š—ŠŠšŠ Š•ŠŸŠ›Š•ŠŠ˜ŠÆ Š‘ŠŠ›ŠšŠ˜ Š’ ŠŸŠžŠ„ŠžŠ”ŠŠžŠœ
ŠŸŠžŠ›ŠžŠ–Š•ŠŠ˜Š˜-Š’Š ŠŠ©ŠŠ¢Š¬
Š”Š¢ŠÆŅ–ŠŠ«Š• ŠœŠ£Š¤Š¢Š« Š’ŠŸŠ ŠŠ’Šž.
Š—ŠŠ¢ŠÆŅ–ŠšŠ Š’ ŠžŠ‘Š ŠŠ¢ŠŠ£Š® Š”Š¢ŠžŠ ŠžŠŠ£-
Š—Ó˜ŠŸŠ Š„Š©Ó˜Š„Š¢Š”ŠÆ.
(Untuk mengembalikan erector ke posisi awal - putar tuas ke kanan.
Pengait ada di sisi sebaliknya)

Jika ada kesalahan, mohon koreksinya untuk bahasa Kamerad disini :P


Bagasi

Guideline TNI AU
S-75 TNI AU diangkut oleh truk ZIL-157.
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
S-75 Tahun 1980 - 1990an
Sumber
Beberapa Sisa Peradaban S-75 Saat ini
Sumber
Truk ZIL-157 ... RIP
Sayang sekali truk ini ngoyot (terbengkalai).
Padahal jika benar, truk pengangkut Dvina TNI ini termasuk varian awal yang diproduksi hingga tahun 1966.
Sumber

Jika anda penasaran dengan bagaimana cara kerja SA-2 dan P-12, anda bisa menonton film Vietnam HĆ  Nį»™i 12 ngĆ y đĆŖm.


Meski hanya film dan saya-pun belum tahu cara kerja SA-2 dan P-12 yang sebenarnya, namun paling tidak film drama perang ini bisa memberi anda sebuah gambaran.
Jadi inilah koleksi terakhir festival Museum Goes To Campus. S-75 yang paling banyak menyita perhatian. Oh dan jika anda penasaran apa itu Dvina, Dvina adalah salah satu nama sungai di Rusia. :)


Usia: 1957 - 1965