Kembali lagi di
Wij Strijden Met de Teekenstift.
Kita sekali lagi akan membahas hubungan Adolf Hitler dan Josef Stalin. Hitler menurut bukunya yaitu
Mein Kampf pada dasarnya menganggap bahwa paham komunisme adalah antitesis dari nasionalis-sosialis alhasil harus dihancurkan. Selain itu, Hitler juga memandang suku bangsa Slav
yang menempati Uni Soviet. Salah satu target utama Hitler sendiri yaitu perluasan kekuasaan Jerman ke arah timur alias ke Uni Soviet. Maka tidak heran para pengamat dan diplomat pada saat itu memandang hubungan Hitler - Stalin sebagai hubungan yang tidak akan bisa atau mustahil untuk dicari penyelesaiannya. Namun bagai petir di siang bolong, Hitler dan Stalin menandatangani perjanjian non agresi pada tahun 1939. Perjanjian yang dikenal sebagai
Pakta Molotov-Ribbentrop mengagetkan semua orang di seluruh dunia. Berkat perjanjian itu pula, Jerman dengan santai menginvasi Polandia dan nantinya Soviet juga ikut menginvasi Polandia alhasil mereka bertemu di
Brest - Litovsk.
Namun dengan jalannya waktu, hubungan Jerman - Soviet mengalami kemunduran. Invasi Soviet ke negara - negara Baltik serta Finlandia tanpa sebelumnya memberitahu Jerman membuat Jerman mulai kehilangan kepercayaan. Nantinya Soviet membalas saat Jerman mulai mementingkan kepentingan perluasan pengaruhnya. Semenjak saat itu, hubungan Jerman - Soviet menjadi murni rival kembali. Dan disinilah saya akan mengangkat karya Hofer. Salah satu usaha Stalin untuk menjegal pengaruh Hitler di Eropa Timur dan mungkin usaha terakhir sebelum Jerman melancarkan serangan ke Uni Soviet.
Perjanjian antara Uni Soviet dengan Yugoslavia yang terjadi pada 5 April 1941 adalah kelanjutan dari dukungan Stalin kepada Peter II. Peter II sendiri oleh pihak sekutu dan Soviet sebagai pengganti Pangeran Paul yang dianggap pro-fasis. Saat terjadi kudeta yang menerjang kekuasaan Paul, intelijen Soviet juga ikut serta didalamnya. Perjanjian tersebut memang diadakan untuk menahan pengaruh Jerman terutama ancaman militer pasca kudeta yang mengangkat Peter II. Uniknya perjanjian sebenarnya ditandatangani di Moskow pada tanggal 6 April 1941 atau bertepatan dengan dimulainya
invasi Jerman beserta Italia dan Hungaria ke Yugoslavia. Untuk menghindari amarah Jerman, pengumuman resmi perjanjian tersebut dipercepat sehari. Namun apa lacur, keinginan Yugoslavia untuk mendapatkan bantuan militer Uni Soviet saat Jerman menyerbu tidak terlaksana. Stalin sendiri hanya cukup menyemangati Yugoslavia untuk bertahan dan memanfaatkan medan pertempuran. Delegasi Yugoslavia-pun dianggap menjadi korban kesalahpahaman bahwa perjanjian tersebut tidak berarti Soviet akan mendukung Yugoslavia secara militer. Tetapi Stalin sempat memerintahkan pasukannya untuk bersiap siaga 4 hari setelah invasi Jerman di dekat perbatasan Yugoslavia. Alhasil Yugoslavia agak terbantu karena Jerman bersiap - siap untuk mempertahankan diri melawan serbuan Soviet. Pada akhirnya Yugoslavia tetap tidak bisa menahan invasi Jerman dan Yugoslavia menyerah pada 18 April 1941.
Efek perjanjian antar Uni Soviet dan Yugoslavia digambar dengan unik oleh Hofer. Hitler terlihat tersentak melihat
jack in the box yang berisi Stalin yang berkata "
Joego" ("Yugo"). Memang kemungkinan besar Hitler sendiri terkejut dengan perjanjian tersebut yang terbukti dari kesiapan pasukan Jerman untuk menghadapi invasi Soviet dalam membantu Yugoslavia. Namun
jack in the box ini hanya sekedar gertak sambal. Karena si Dolf akan melancarkan invasi supernya pada tanggal 22 Juni 1941. Invasi tersebut tidak lain ditujukan kepada si
jack in the box, honey moon between the two of them will finally come to the closure ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar