Setelah helm milik koleksi Museum Dirgantara Mandala, berikut kita akan lihat koleksi mereka lainnya. Yaitu pesawat WEL-1 Wiweko
Experimental Lightplane. Pesawat dengan registrasi RI-X ini adalah replika dari pesawat yang dibuat pada tahun 1948. Seperti yang tertera pada penjelasan yang terpampang di samping pesawat, pesawat WEL-1 dibuat dalam waktu 5 bulan. Saat itu pesawat hanya terbuat dari bahan kayu, pipa baja dan kain blacu.
Untuk mesin sendiri, memakai mesin Harley Davidson
750 cc 2 silinder dengan kekuatan 20 tenaga kuda buatan tahun 1928. Namun ada yang aneh disini, terdapat 2 penjelasan berbeda dimana salah satu penjelasan menjelaskan bahwa mesin yang dipakai dibuat pada tahun 1925. Tetapi kita bisa mengkonfirmasi dua informasi berbeda ini dari
situs Harley Davidson. Menurut situs tersebut, mesin 750 cc mulai dikeluarkan pada tahun 1929 untuk sepeda motor model D. Diproduksinya sepeda motor tersebut untuk mengantisipasi rival terberat Harley Davidson yaitu Indian Scout
yang sudah memodifikasi motor dengan kapasitas mesin 750 cc. Model D itu sendiri, sebenarnya sudah diproduksi pada bulan
Agustus 1928 dengan jumlah 750 buah. Untuk Harley Davidson, sepeda motor tersebut sempat dikirim ke Hindia Belanda, baik untuk kepentingan sipil maupun militer alias KNIL. Saat itu merek - merek sepeda motor yang dipakai di Hindia Belanda selain Harley-Davidson adalah Indian, BSA, Norton, FN, dan Motosacoche serta BMW R35. KNIL sendiri mempunyai 1600 sepeda motor tunggal dan 450 sepeda motor kombinasi
pada tahun 1941.
|
Nurtanio Pringgoadisuryo.
Sumber |
Kembali ke pesawat, pesawat dengan dimensi sayap sepanjang 9 meter, panjang badan 5,05 meter, tinggi 2,40 meter, berat kosong 263 kilogram, dan kecepatan 85 km/jam ini dibuat oleh Biro Rencana dan Konstruksi AURI dari Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat. Di dalam seksi ini sendiri, terdapat
3 orang yang bertanggung jawab dalam suksesnya pembuatan pesawat ini. Mereka adalah Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisuryo, dan Yum Sumarsono. Ketiga orang tersebut memang bukan orang sembarangan dan kelak nantinya akan memiliki nama besar di dunia dirgantara.
Wiweko adalah bapak dari kokpit 2 orang untuk pesawat penumpang sipil,
Nurtanio adalah bapak dari industri dirgantara Indonesia yaitu IPTN dan
Yum adalah bapak helikopter Indonesia. Dalam perjalanan hidupnya, mereka semua memang gemar membuat rancangan pesawat. Hasil dari pemikiran mereka semua adalah NWG-1, WEL-1, "Si Kumbang", "Si Kunang", "Kunang - kunang", "Belalang", "Gelatik", RI-H, YSH, "
Soemarcopter", dan "Kepik".
Setelah WEL-1 dibuat, pesawat berhasil diterbangkan oleh Suhanda di pangkalan udara Maospati pada
27 Oktober 1948. Uniknya
Suhanda adalah seorang pilot Jepang! Setelah itu, pesawat digunakan dalam pameran dirgantara di Yogyakarta yang dibuka oleh Presiden Soekarno. Sayang saat perjalanan pulang menggunakan kereta api, gerbong yang mengangkut pesawat ini terkena granat dan hancur.
Namun kenangan dari WEL-1 tidaklah hilang ...
|
Mesin Revmaster R-2100D Turbo.
Sumber |
Akhirnya pada tahun 1981, dibuatlah replika pesawat tersebut yang kali ini bisa diterbangkan alias pesawat yang dipajang di festival ini. Pesawat kali ini dibekali dengan mesin
Revmaster R-2100D 70 tenaga kuda. Revmaster atau
Revmaster Aviation of Hesperia sendiri adalah perusahaan dari California Amerika Serikat yang memodifikasi mesin
Volkswagen menjadi mesin yang cocok untuk dipakai oleh pesawat. Namun menurut sumber, seharusnya dengan tenaga kuda sebesar 70, mesin yang dipakai seharusnya R-2100D
Turbo. Mesin 4 silinder dan putaran 3200 rpm itu sendiri pertama kali dibuat pada tahun 1968 dan masih diproduksi hingga sekarang. Meskipun replika alias dibuat ulang namun terdapat perbedaan antara si replika dengan si asli. Perbedaan sudah pasti terlihat dari kecepatan mesin yang tentu saja lebih cepat. Selain itu pula, bobot pesawat replika juga lebih berat.
|
Wiweko berpose di depan WEL-1 yang dilahirkan kembali.
Sumber |
|
Replika WEL-1 saat terbang.
Sumber |
Replika WEL-1 Museum Dirgantara Mandala
Bagian Kokpit
Baliho Sejarah Singkat Pesawat
Eksisnya WEL-1 adalah bagian dari sebuah bukti kreativitas Indonesia yang tinggi pada masanya. Dibandingkan dengan negara koloni lainnya, kreativitas teknologi yang dimiliki Indonesia saat itu bisa dibilang sangatlah maju. Kita lihat saja, di darat dibuatlah senapan
Demakijo dan
upgrade kendaraaan tempur. Di udara dibuat pesawat
glider NWG-1, WEL-1, dan bahkan helikopter RI-H. Di laut juga, Indonesia sempat membuat
kapal selam pabrik Watson. Sangat disayangkan jika kita tidak bisa meniru para pendahulu kita ini. Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk menjadi adidaya teknologi. Jangan sampai potensi ini hilang kelak ...
Usia: 1981
Tidak ada komentar:
Posting Komentar