Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 22 Desember 2019

Foto Gusti Nurul

Untuk memperingati ulang tahun blog dan juga bertepatan dengan hari Ibu, maka saya akan memperlihatkan koleksi foto yang tidak biasa. Tidak lain adalah Gusti Nurul. Siapakah dia? Gusti Nurul atau yang bernama asli Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardani adalah putri tunggal dari Pangeran Adipati Mangkunegara VII dengan GKR (Gusti Kanjeng Ratu) Timur.

Lahir pada tahun 1921 di kota Solo, Gusti Nurul dikenal mempunyai paras yang cantik. Saking cantiknya dia menjadi primadona di kota Solo. Bahkan beberapa negarawan terpincut atas paras ayunya itu. Dapat dibilang Gusti Nurul menjadi wajah kota Solo atau lebih tepatnya negara Mangkunegara pada masa kolonial. Selain parasnya, Gusti Nurul juga dikenal sebagai penari handal. Salah satu buktinya adalah saat perayaan pernikahan Putri Juliana dengan Pangeran Bernhard, Gusti Nurul menari di hadapan Ratu Wilhelmina. Uniknya iringan musik tarian dipancarkan melalui siaran radio SRV (Solosche Radio Vereniging). Gusti Nurul sendiri juga dikenal sebagai tokoh pelopor beridirnya radio tersebut di Solo.
Sayang nasib Gusti Nurul sendiri seperti ningrat Solo lainnya akan mengalami kesurutan. Pertama, Jepang menginvasi Hindia Belanda yang berakibatnya dengan hilangnya pengaruh dan wibawa Mangkunegara. Kedua, Mangkunegara VII wafat pada tahun 1944. Yang terakhir adalah hilangnya wilayah Mangkunegara sendiri saat terjadinya gerakan anti Swapraja pada masa Revolusi Kemerdekaan. Nantinya Gusti Nurul sendiri menikah dengan Suryo Suarso, seorang keturunan Kadipaten Paku alam yang juga seorang perwira militer. Dikaruniai 7 orang anak dan 14 cucu, Gusti Nurul meninggal dunia pada 10 November 2015 karena penyakit diabetes pada usia yang sangat senja yaitu 94 tahun.
Untuk post ini sendiri, saya tidak akan mengulas cerita atau biografi. Melainkan foto - foto Gusti Nurul yang ada pada koleksi saya. Beberapa foto ini dulunya kemungkinan dari dokumentasi kerabat Mangkunegara. Atau mungkin dari juru foto Mangkunegara. Karena apa? Karena foto yang diambil ada beberapa dalam kondisi santai. Without further ado, mari kita mulai pameran Gusti Nurul ...
Yang pertama sebenarnya bukan foto. Namun saya hanya akan memperlihatkan bagaimana kecantikan Gusti Nurul sudah terpupuk pada usia yang sangat belia. Berikut adalah gambar Gusti Nurul saat berusia 9 tahun dari buku "Kitab Peringatan Jong-Java 7 Maart 1915 - 1930", terbitan Pedoman Besar Jong-Java, Jakatera 20 april 1930.


Yang kedua, saatnya kita terjun pada foto pertama kita. Foto disini dapat dibilang foto resmi yang beredar di masyarakat. Kita lihat Mangkunegara VII lengkap dengan seragam KNIL Groot Tenue Atilla M1912 Kolonel Generaal Staf. Di tengah, GKR Timur yang berparas sendu duduk di tengah. Sekilas GKR Timur terlihat sangat keibuan dan sangat cocok sebagai seorang Ratu di wilayah Mangkunegara. Sedangkan Gusti Nurul berdiri di sebelah kiri. Kita melihat seakan dia disini terkesan malu - malu saat difoto. Namun keanggunan tetap terpancar dari dia.

Foto kedua, dapat dibilang salah satu foto unik Gusti Nurul. Mengapa unik? Karena foto ini memperlihatkan dia sebagai wanita yang kuat dan modern. Pertama dia memakai celana panjang dan kedua dia terlihat membawa kuda. Ada kemungkinan Gusti Nurul disini diperlihatkan sebagai penunggang kuda. Harap diperhatikan pula bahwa foto semacam ini juga diperuntukkan bagi masyarakat. Terlihat dari nama Gusti Nurul yang dicetak pada bagian kiri bawah foto. Mungkin foto ini dulunya juga berperan sebagai sebuah propaganda. Bahwa Gusti Nurul adalah contoh wanita Mangkunegara yang kuat yaitu wanita yang bisa berkuda. Wanita dari trah Mangkunegara yang modern yaitu wanita yang berpakaian Eropa. 

Sebagai seorang anak kepala negara, Gusti Nurul mau tidak mau harus mengikuti acara kenegaraan yang diadakan di wilayah Mangkunegara. Seperti halnya para Pangeran atau Putri Kerajaan di dunia ini, Gusti Nurul terlihat turut serta dengan orang tuanya saat acara resmi.
Dibawah terlihat Gusti Nurul menunggui ibunya keluar dari sebuah bangunan.

Foto berikutnya dari acara yang sama. Dari raut wajah, terlihat Gusti Nurul seakan sedang termangu atau mungkin bosan. Perhatikan para wanita di sekeliling Gusti Nurul yang nyeker alias tidak memakai alas kaki. Ada kemungkinan mereka semua adalah orang biasa dan bukannya priyayi alias ningrat. Belum lagi mereka tidak memakai motif batik Parang Rusak yang dipakai oleh golongan ningrat.

Sumringah dan antusias. Jelas, ini ekspresi wajah yang harus ditampilkan oleh Gusti Nurul saat berada di centre stage. Kurang diketahui apa maksud dari foto berikut. Namun ini masih ada hubungannya dengan 2 foto sebelumnya. Pria yang terlihat dekat GKR Timur, kembali difoto sedang mengambil sesuatu dari sebuah lubang. Di latar belakang, kita bisa melihat para rakyat Mangkunegara menyaksikan acara ini. Uniknya pula, terdapat hiasan daun yang dipasang di tengah lapangan.

Setelah acara resmi, berikutnya adalah situasi dimana Gusti Nurul bisa lebih santai. Siapa lagi dengan teman - temannya. Perhatikan pakaian empat sekawan ini. Terlepas dari sepatunya yang masing - masing berbeda, pakaian yang dipakai oleh Gusti Nurul identik dengan ketiga kawan lainnya. Apakah ini adalah seragam sekolah? Jika dibandingkan dengan foto dari situs KITLV, ada kemungkinan ketiga teman dia ini adalah dari Christelijke MULO di kota Solo. Yang kemungkinan pula adalah sekolah Gusti Nurul.

Setelah foto yang agak santai, saatnya kita melihat kepiawaian Gusti Nurul dalam seni. Apa lagi kalau bukan menari?
Disini Gusti Nurul terlihat berpose di sebelah kanan. Diriasi dengan cantik, terlihat dia seperti bidadari yang sedang berdansa. Sayang kita tidak bisa mengetahui apa tarian yang ditampilkan disini. Namun jika kita melihat motif batik rekan tari Gusti Nurul yang sama dengan yang dia pakai, ada kemungkinan tarian yang ditampilkan adalah tarian penting. 4 ningrat Mangkunegara menari semua. Salah satu tarian mungkin ada hubungannya dengan Mangkunegara sendiri. Salah satu contohnya adalah tarian perayaan tri windu sang ayah pada tahun 1939 dimana Gusti Nurul ikut serta menari.

Tentang seni tari, seperti yang sudah saya singgung diatas, Gusti Nurul sempat menari di hadapan Ratu Wilhelmina. Untungnya saya memiliki beberapa foto tentang peristiwa terkenal tersebut.
Namun sebelumnya kita lihat foto Gusti Nurul beserta ibunya saat perjalanan ke Belanda menaiki kapal. Uniknya foto yang saya miliki ini, sama dengan yang KITLV miliki yaitu dulunya bekas milik Jopie Viezee-Bosman, teman Gusti Nurul di sekolah dan juga teman kerabat Mangkunegara.

Berikut adalah foto terkenal saat pementasan tari di Istana Noordeinde di den Haag. Perhatikan motif karpet dan dinding yang sama dengan foto koleksi KITLV. Terlihat betapa anggun Gusti Nurul disini, mungkin saja Ratu Wilhelmina dengan anak dan menantunya tersihir dengan gemulai tariannya.

Foto selanjutnya adalah Gusti Nurul sedang menunggui piala. Kemungkinan tuan putri sedang mengikuti sebuah kejuaraan atau lomba. Ada perkiraan lainnya yaitu dari banyaknya orang pribumi di sekeliling tuan putri. Terutama 2 orang wanita pribumi yang bersila di tanah. Mereka tidak lain adalah orang biasa atau bukan ningrat. Kemungkinan Gusti Nurul akan memberikan piala kepada pegawai Mangkunegara yang berjasa. Mengingatkan saya kepada post berikut (ini).

Yang terakhir mungkin adalah foto Gusti Nurul favorit saya. Mengapa? Karena foto ini dapat dibilang foto keluarga yang memperlihatkan keluarga Mangkunegara VII sebagai keluarga Eropa yang modern. Mangkunegara terlihat memakai jas necis dan GKR Timur dengan pakaian Eropa serta bros laba - laba yang cantik. Gusti Nurul sendiri terlihat cantik pula dengan dandanan dan pakaian baratnya. Uniknya wajah Gusti Nurul disini mirip dengan mendiang aktris Julia Perez atau lebih dikenal dengan sebutan Jupe. Namun kemiripan ini sempat menimbulkan polemik saat Jupe masih hidup.  


Jadi inilah foto - foto Gusti Nurul koleksi saya. Beberapa foto ini saya kira unik karena diambil dari off camera alias saat yang bersangkutan tidak sadar dia difoto. Alhasil kita bisa melihat ekspresi jujur wajahnya.
Inilah Gusti Nurul, seorang wanita terkenal dari Solo. Saking terkenalnya, kemungkinan ayahnya mengabadikan nama dia di salah satu lokasi strategis di Mangkunegara. Tepatnya sekarang di daerah dekat Monumen Pers, dulunya daerah tersebut bernama Kusumawardhaniplein. Pada tahun 1970-an, tempat tersebut masih bernama "Taman Kusumawardani". Kembali ke Gusti Nurul sendiri, meskipun terkenal pada masanya namun dia hidup di waktu yang kurang tepat. Mungkin saja jika Gusti Nurul dilahirkan 50 tahun lebih awal, dia bisa lebih dikenal seperti halnya Sunan Pakubuwana X di sejarah ...


Usia: 1921 - 1942

Minggu, 01 Desember 2019

Aden dan BIN

Dari Djibouti, sang penulis akhirnya tiba di Aden. Ada beberapa informasi tambahan menarik tentang kondisi kapal Zeeland dan tentang penumpang lainnya.

Rabu Legi, 656-65/25. Februari 25, 1959 D.16 

Tinyku yang kusayangi banget. 
Selasa kemarin tanggal 24/2 jam 9, kami sudah melihat pantai Somaliland yang berupa pegunungan yang berderetan. Hawa di luar terasa panas sekali. Di dalam kamar - kamar ada air conditioner jadinya enak. Antara jam 11 kapal sudah berada di pelabuhan Djibouti. Kapal berlabuh di pelabuhan baru, saat terakhir aku tiba belumlah ada. Dulu kapal dirapatkan di pelabuhan bagian dalam, tetapi sekarang ada di luar. Wah di luar panasnya terik sekali.Habis makan, orang - orang akan pergi ke kota tapi aku tidak ikut karena panas sekali (aku takut kulit semakin gelap). Aku ya juga pernah ke sana jadi ya bimbang. Aku melihat keluarga Dobbs, keluarga Antonio Blanco dan Louisa turun dari kapal yang kemudian berjalan keluar dari pelabuhan. Di Djibouti tidak ada imigrasi formal. Kami yang tinggal di kapal yaitu keluarga Kellermans, Nona Shepley dan aku melambaikan tangan kepada mereka yang pergi ke kota. Aku lihat mereka sedang tawar menawar tarif taksi ke kota, kemudian aku masuk kamar akan tidur sekalian membaca. Setelah melepas baju juga eh kok malah penasaran ingin lihat hasil tawar menawar tadi. Aku kemudian bersolek lagi, keluar dan melihat orang - orang tadi ternyata masih berdiri di jalan keluar. Mereka belum selesai tawar menawar. Tidak lama kok mereka kembali, ternyata mereka tidak jadi ke kota. Katanya karena taksinya minta tarif 10 dolar pulang pergi (1 dolar sama dengan 250 francs).Jam 6 sore semuanya sudah selesai dan siap berangkat. Jam 6.30, kami sudah meninggalkan Djibouti yang saat itu terlihat berkerlip dari kejauhan. Oh ya, aku ingin bercerita sedikit.Hari itu sebelum kapal berangkat, sekitar jam 6 sore, aku berdiri di dek sembari melihat jalan di pelabuhan yang terkadang muncul mobil sedan atau scooter yang dinaiki 2 sejoli. Hawa termasuk hangat. Pemandangan ini mengingatkanku saat di Semarang. Malah terkenang masa itu saat kerja di kapal. Pakaian dan makanan tidak cukup, hidup serasa terlunta - lunta. Rasanya mengalami itu kembali.Hari ini, subuh sekitar jam 4 sudah tiba di Aden. Jam 5 aku keluar, melihat pemandangan Aden di pagi hari yang tersorot rembulan terlihat cantik. Di belakang kota yang berkerlip terlihat gunung hitam, di pucuknya terdapat lampu pula. Saking tertariknya aku ingin melihat pemandangan pagi hari, aku tidak tidur lagi tetapi mandi dan bersolek. Di Aden ini keluarga Kellermans, Nona Shepley dan Louisa Abib Khan turun dan meneruskan perjalanan mereka masing - masing.
Pelabuhan Aden tahun 1952.
Sumber

Kami mendapat kabar bahwa kapal akan berangkat pada siang hari dan penumpang diberi kelonggaran untuk pergi ke kota hingga jam 1 siang. Pagi ini sehabis kapal kami ditambatkan di buoy, tiba kapal penumpang "Australia". Ternyata mereka membawa penumpang Indonesia, siswa BIN yang akan pendidikan ke Jerman Barat semuanya berjumlah 20 orang. Aku bertemu siswa tadi di pasar Aden. Aku juga bertemu dengan keluarga Soekarno yang membawa 3 anak dan 1 pembantu di kedutaan, mereka akan menuju ke Jeddah. Mereka bilang rumahnya ada di Blok A Kebayoran.
Pasar Aden tahun 1960an.
Sumber

Hawa Aden panas dan terik, kondisi kota juga tidak menyenangkan. Kurang tahu bagian lainnya karena aku tidak melihatnya.Kembali ke kapal naik perahu bersamaan dengan siswa yang juga akan kembali ke kapal "Australia". Sekitar jam 2 siang kapal sudah siap melanjutkan perjalanan, sekarang menuju Indonesia. Belum sebentar kapal sudah berangkat diikuti kapal "Australia" yang cuma sampai di luar pelabuhan. Kapal berbelok ke Timur, "Australia" berbelok ke Barat.Hingga malam ini keadaan laut enak sekali, tidak bergoyang sama sekali. Semoga ini tetap bertahan hingga tiba di Jakarta. Meski kondisi kapal tenang namun perasaan penumpang tidak tenang, terbilang tegang. Sekarang penumpang yang tersisa selain aku adalah: keluarga dari Chicago yang bernama Dobbs, keluarga seniman Antonio Blanco dan keluarga Gardiner beserta anaknya yang akan pergi ke Australia. Gardiner ini anti sosial dan dicap kurang Gentlemen. Keluarga ini tidak mau berbaur dengan penumpang lainnya seperti kami ini. Penumpang lainnya bisa bergaul dengan lainnya. Pagi tadi ada insiden kecil yang mengakibatkan adanya ketegangan antara Gardiner dan Blanco. Sang suami Gardiner tidak dihiraukan oleh para penumpang karena sikapnya yang merasa benar sendiri.Jadi ini cerita pelayaran hingga hari ini, semoga saja di hari berikutnya ketegangan tadi tidak semakin memburuk.   

Dari cerita sang penulis kita bisa melihat bahwa Aden menjadi hub pelayaran dunia. Dari kapal Australia yang kemungkinan adalah MS Australia dari Lloyd Trestino hingga para penumpang SS Zeeland yang turun dan menumpang kapal lainnya. Tentang MS. Australia, kapal ini pertama kali berlayar pada tahun 1950 dengan tujuan Italia - Australia. Kapal ini terbilang spesial karena Australia adalah kapal buatan Italia pertama Lloyd Trestino pasca Perang Dunia II. Australia terakhir kali berlayar ke Australia pada tahun 1963 karena Lloyd Trestino membuat kapal yang lebih besar. Berikutnya kapal ini berubah nama menjadi Donizetti dan berlayar hingga tahun 1976 karena konsumen lebih memilih perjalanan menggunakan pesawat seperti Boeing 747 Jumbo Jet. Setahun kemudian kapal dibesi tuakan. 
MS. Australia
Sumber:
Ebay

Ini untuk pertama kalinya mendengar kata air conditioner dari orang Indonesia pada masa lampau. Akan sangat menarik jika kita bisa melihat pendapat mereka yang baru pertama kali mencobanya di Indonesia. Saya masih belum menemukan apa kepanjangan BIN disini. Sepertinya tidak mungkin BIN adalah kependekan dari Badan Intelijen Negara karena saat itu BIN masih bernama BKI (Badan Koordinasi Intelijen). Bisa jadi BIN disini ada hubungannya dengan pelayaran.
Selain itu pula sangat unik bisa melihat bahwa seniman terkenal kita yaitu Don Antonio Blanco bisa mengalami ketegangan dengan penumpang lainnya. Perjalanannya kembali ke Indonesia tidak setenang yang kita bayangkan.


Usia: 1959