Label

Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Mei 2019

Misteri Terjawab! - Lukisan Mangkunegara

Apakah anda masih ingat dengan lukisan ini? [Jika anda belum tahu, anda dapat mengeceknya di post (ini)] 


Saat itu saya menyangka jika lukisan tersebut adalah seorang perwira artileri KNIL atau perwira keraton. Akhirnya kita bisa menemukan titik terang pada buku perayaan triwindu Mangkunegara yaitu Het Triwindoe Gedenkboek Mangkoe Nagoro VII. 
Buku Het Triwindoe Gedenkboek Mangkoe Nagoro VII tahun 1939 beserta Supplement op het Triwindoe Gedenkboek Mangkoe Nagoro VII tahun 1940.
Sumber

Didalam buku karya comite voor het triwindoe gedenkboek tahun 1939 tersebut, jawaban terletak pada gambar ini.

Anda tahu siapa orang tersebut? Orang tersebut adalah Raden Mas Soerjosoeparto (Suryosuparto) dengan kata lain nama muda Mangkunegara VII! 
Jika anda perhatikan banyak persamaan diantara kedua gambar. Yang pertama dan utama adalah emblem granat pada kerah, yang kedua adalah model seragam, dan yang ketiga adalah model rambut dan wajah serupa.

Jika anda bertanya - tanya, apa cerita dibalik Mangkunegara di lukisan ini. Lukisan tersebut menceritakan bagian awal kehidupan Mangkunegara sebagai prajurit di Belanda. Cerita dari penempatan Soerjosoeparto di pasukan tersebut berawal dari Residen G. F. van Wijk yang memberi rekomendasi kepada sang pangeran. Namun rekomendasi tersebut bukan tentang kemiliteran melainkan pendidikan di Universitas Leiden. Saat itu Soerjosoeparto menjalani ilmu sastra timur namun kondisi di Eropa mulai memanas yang nantinya terkulminasi dengan Perang Dunia I pada tahun 1914. Alhasil diputuskan Soerjosoeparto mengikuti latihan kemiliteran sebagai pasukan cadangan. Pasukan yang dia masuki tidak lain adalah pasukan elit Koninklijk Landmacht yaitu Garderegiment Grenadiers en Jagers. Nantinya di pasukan yang dipanggil pula dengan sebutan Haagsche Grenadiers tersebut Soerjosoeparto dikirim ke sekolah perwira cadangan di Amersfoort dan menjabat sebagai Tweede Luitenant der Grenadier
Soerjosoeparto setelah bertamu di Minister van Oorlog (Kementerian Perang) di tahun 1913

Saat menjadi seorang rekrutan baru dengan daagsch tenue (Pakaian Dinas Harian) tahun 1914

Di tahun yang sama dengan seragam hari minggu.
Kemungkinan seragam groot tenue

Sergeant Soerjosoeparto bersama rekan - rekannya di tahun 1915.
Orang berkumis di tengah adalah atasan Soerjosoeparto yaitu sergeant majoor Gregorie.
Nantinya mereka bersua kembali pada tahun 1937

Sergeant Soerjosoeparto bersama kawannya di tahun yang sama.
Seorang birokrat Hindia Belanda pengkritik pemerintah yaitu August Muhlenfeld

Di Malieveld, den Haag pada tahun 1915.
Soerjosoeparto memberi laporan kepada luitenant generaal Jhr. Cornelis Lubertus van Suchtelen van de Haare.
Di buku tidak dijelaskan pangkat Soerjosoeparto saat itu tapi kemungkinan dia berpangkat adjudant onderofficier atau vaandrig.
Mengapa? Karena pangkat tersebut adalah pangkat pemegang vaandel.
Pada foto Soerjosoeparto terlihat memegang bendera pasukan
Vaandel Regiment Grenadiers en Jagers sebelum Perang Dunia II.
Sumber

Soerjosoeparto saat menjabat sebagai vaandrig pada tahun 1915.
Buku menerangkan dia sudah memakai seragam model baru

Soerjosoeparto saat sudah menjabat sebagai tweede luitenant der grenadiers pada tahun 1915
Lukisan dari foto diatas dari buku Supplement op het Triwindoe Gedenkboek Mangkoe Nagoro VII tahun 1940.
Sumber

Pada tugas kemiliterannya ini, rekan - rekan Suryosuparto memujinya. Baik dalam pergaulan dengan anak buah atau dalam pelaksaan tugas dinas.
Setelah menyelesaikan pendidikan militernya pada tahun 1915, Soerjosoeparto kembali ke Hindia Belanda. Setahun kemudian setelah ikut serta dalam gerakan Budi Utomo, dia naik tahta di Mangkunegara dengan gelar Prangwedono. Kelak gelar tersebut berganti menjadi Mangkunegara VII.
Cerita tentang lukisan Soerjosoeparto disini bisa jadi saat itu pelukis ingin mengabadikan kisah hidup Soerjosoeparto saat di Belanda. Pelukis mungkin lebih memilih foto Soerjosoeparto saat menjadi vaandrig karena tidak bertopi dan masih berkumis. Dimana foto tersebut lebih cocok sebagai foto Mangkunegara VII saat masih muda. Karena pada masa tuanya, Mangkunegara memang berkumis. 
Kemudian sang pelukis karena lebih ingin kreatif, melukis Soerjosoeparto dengan pose yang berbeda serta dalam full body. Sebagai tambahan, sang pelukis menambahkan sebuah pedang agar Soerjosoeparto lebih gagah, Meski pedang yang dilukis bukan pedang untuk onderofficier seperti infanterie onderofficiersabel M1859 ataupun pedang perwira pasukan grenadier yaitu grenadiers officierssabel M1852. Melainkan pedang gabungan sabel lichte cavallerie M1813 untuk pasukan kavaleri ringan. 
Karena pelukis tidak tahu warna seragam grenadier di foto, yaitu veldtenue M1912, alhasil dia memberi warna seragam sama dengan KNIL yaitu hijau. 
Tentang usia lukisan sendiri, bisa jadi lukisan tersebut dibuat bersamaan dengan perayaan triwindu Mangkunegara VII atau pada tahun 1939. Akan tetapi masih misteri tentang siapa pelukis atau klien lukisan tersebut. Dari kualitas lukisan ataupun bentuk pigura yang kecil serta model yang sederhana, kemungkinan besar pelukis adalah pelukis amatir. Jika ada klien, maka ia bukanlah orang kaya karena lukisan tidak seperti pada buku supplement.
Menyinggung tentang seragam Garderegiment Grenadiers en Jagers berikut adalah beberapa referensi yang saya temukan di online.
  • Pangkat epolet grenadiers
Sumber: Marktplaats

Sumber: Marktplaats


Alhasil jika sang pelukis mengerti jelas tentang warna seragam grenadiers, maka lukisan seharusnya seperti ini.

Inilah salah satu misteri yang sudah terjawab. Semoga informasi ini bisa berguna bagi anda semua. :)


Name: "Vaandrig Soerjosoeparto"
Media: Oil on canvas
Painter: ?
Age: Possibly made in 1939"



PS: Karena komputer saya masih tidak bisa digunakan dan saya masih menumpang di laptop teman alhasil saya tidak bisa rutin membuat laman baru. Namun seperti yang anda lihat, saya masih bisa mengedit atau menambah beberapa informasi. Semoga kondisi saya ini bisa semakin lebih baik dan saya dapat memperlihatkan koleksi saya yang lain.

Minggu, 22 April 2018

Madsen M50 Indonesia

Setelah "kakak-nya" yaitu M51, saatnya kita melihat Madsen M50. Namun yang menjadi perbedaan adalah Madsen model ini sering didengar di kalangan pakar senjata karena M50 disini adalah Madsen Sub Machine Gun / SMG atau "pistol mitraliur" jika kita memakai nama resmi Indonesianya.
SMG dari Demark ini ada 3 varian. Varian tersebut adalah M46, M50 dan M50 Mark II atau M53. Untuk senjata pertama keluar pada tahun 1946 dan kedua senjata terakhir pada tahun 1953. 3 varian tersebut sudah pasti ada perbedaannya. M46 terdapat perbedaan pada bagian internal kokang senjata. Sedangkan M50 Mark II perbedaan terletak pada magasin yang melengkung dan juga komponen internal yang berbeda. Selain itu pula varian ini juga bisa dipasang bayonet dan terdapat pelindung laras.
Meski kualitasnya baik, sayang jumlah senjata yang berhasil dijual tidaklah banyak. SMG ini dioperasikan baik oleh polisi maupun militer di negara Asia dan Amerika Tengah serta Amerika Selatan. Namun tetap saja bagi Madsen, senjata ini termasuk sukses dalam target penjualan.
Seperti halnya M51 saat Indonesia membeli M50, pabrik Madsen membuat manual khusus berbahasa Indonesia. Meskipun kondisinya tidak sempurna namun kita masih bisa menyaksikan bahwa manual ini dibagikan kepada TNI. Sayang buku ini tidak bertahun alhasil kita tidak akan mengetahui kapan manual ini dibuat.











Untuk kualitas senjata sendiri, menurut Ian McCollum:
  • Senjata yang sederhana, yang membuat senjata ini menarik adalah saat pembongkaran.
  • Magasin yang hanya 1 baris membuat pengisian ulang, merepotkan.
  • SMG dapat dikontrol. Kecepatan tembak tidak terlalu tinggi. Nyaman saat ditembakkan.  

Seorang Sukarelawati Membawa M50 Pada Masa Dwikora
Sumber

Foto Penemuan Senjata Termasuk M50 oleh Polri di daerah Solo

Madsen M50 di Museum Brawijaya Malang
Sumber

Setelah penjelasan diatas, mari kita lihat bagaimana M50 "menyalak" oleh Ian McCollum.


Usia: >1953

Minggu, 08 April 2018

Serat Aksara Sandi

Berikut ini adalah buku yang sangat unik. Kalau tidak unik, tidak akan saya share disini. hehehe

Buku ini berjudul "Serat Aksara Sandi". Dikarang oleh Mas Tanaya dan diterbitkan oleh percetakan "De Bliksem" di Solo pada tahun 1931, buku yang ditulis dalam aksara Jawa ini membahas sandi rahasia. Sandi rahasia yang ditulis bukanlah sandi rahasia KNIL yang pernah saya singgung disini, melainkan sandi rahasia ciptaan orang Jawa!
Sang penulis menjabarkan ada 3 macam tulisan sandi. Yaitu:
  • Bentuk buah duku
  • Bentuk melingkar atau memutar
  • Bentuk garis malang melintang bagaikan ujung pisau

Masing - masing tulisan sandi tersebut berbeda bentuk. Sandi rahasia ini sebenarnya sederhana saja, pada dasarnya pemakaian sandi disini adalah penukaran aksara Jawa dengan huruf rahasia. Tiap aksara jawa yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, dan nga mempunyai huruf rahasia masing - masing. Huruf rahasia juga mencakup suku kata seperti i, u, ng, dan lain sebagainya. Namun tidak ada huruf rahasia untuk aksara Swara, aksara Murda, dan angka Jawa serta huruf pasangan. Alhasil jika pada penulisan huruf jawa standar, saat ada huruf mati akan ada huruf pasangan maka di sandi rahasia ini disudahi dengan tanda seperti titik.
Pertama kita akan melihat bentuk buah duku.

Seperti yang anda lihat, bentuk huruf sekilas mirip dengan huruf pallawa. Tentang contoh, berikut adalah contoh kecil dari saya.

Jika anda ingin contoh yang lebih banyak dan lebih rumit, Mas Tanaya juga tidak ketinggalan memberikannya.

Huruf rahasia kedua adalah bentuk melingkar atau memutar

Jika anda perhatikan, huruf ini terlihat cantik dan keren dipandang mata. Kita bahkan bisa membuat seni darinya. hehehe
Seperti halnya huruf duku, saya memberi sedikit contoh tentang bagaimana cara menulis huruf melingkar ini.

Berikut contoh dari sang penulis.

Yang terakhir adalah bentuk garis malang melintang bagaikan ujung pisau.

Sekilas huruf mengingatkan kita kepada huruf paku atau huruf kuneiform Sumeria.
Berikut contoh tulisan untuk lebih mengerti.

Seperti yang anda semua sudah lihat, sandi rahasia ini termasuk gampang .... gampang jika anda mempunyai buku pegangannya tentu saja. Mungkin bagi cryptologist, tingkat kesukaran sandi rahasia ini termasuk rendah. Meski begitu, tetap saja kekreatifan orang Jawa dalam membuat sandi rahasia bisa diacungi jempol. Namun keunikan dari buku ini bukan dari hal tersebut melainkan dari pembukaan buku ini.

Mas Tanaya mengaku bahwa dia mendapatkan sumber sandi rahasia ini dari seseorang. Lebih tepatnya "seorang lanjut usia dari negara Yogyakarta" yang memberi dia sebuah primbon. Primbon yang ditulis pada zaman Perang Diponegoro. Ada kemungkinan sandi rahasia tersebut digunakan saat Perang Jawa entah oleh Diponegoro sendiri ataupun pasukan Jawa pro Belanda. Jika benar, Perang Diponegoro bisa menjadi salah satu contoh awal dari pemakaian sandi rahasia di medan perang di pulau Jawa ...
Kover belakang buku yang menggelitik para pembaca pada masanya ...


Usia: 1931

Minggu, 14 Januari 2018

Karya Ilegal Pramoedya Ananta Toer

Hmmm post pertama untuk tahun 2018 ini mungkin terdengar kontroversial bukan? Tetapi memang, yang akan saya bahas kali ini adalah karya ilegal salah satu sastrawan terbesar Indonesia yaitu Pramoedya Ananta Toer.

Sumber: Pinterest

Bagi anda yang belum tahu siapa Pramoedya disini, dia adalah sastrawan yang banyak menghasilkan karya - karya fenomenal. Namun saat masa Orde Baru, dia dicap sebagai simpatisan kiri dan alhasil dia dibuang ke Pulau Buru. Selama ditahan di pulau jenis gulag tersebut, tidak menghentikan imajinasi dia dalam berkarya. Bahkan saat dia dilepaskan, Pramoedya langsung menerbitkan karya terbarunya.
Pemerintah Orde Baru yang memang selalu memasang mata ke dia, langsung bertindak cepat dengan membredel karyanya. Namun langkah pemerintah tidak menghentikan orang - orang untuk tetap ingin menikmati karya sastra tersebut. Selain jual beli melalui bawah tanah alias sembunyi - sembunyi, ada juga yang memakai cara tersendiri. Yaitu mengetik ulang karya Pramoedya yang baru saja keluar alias distensil dan dijual belikan secara ilegal tentunya. Nah disinilah kita akan berbicara pada post ini.







Seperti yang anda lihat, karya stensil ini memang benar - benar tidak ada standar kualitasnya. Dari salah ketik, cetakan yang kurang jelas, halaman yang ditulis tangan, konten asli yang tidak dapat dibaca oleh juru ketik hingga kesalahan teknis yang mengakibatkan satu halaman kosong tidak terjamah cetakan. Selain itu pula, stensil ini tidaklah lengkap. Karena hanya memuat 292 halaman, sedangkan novel aslinya lebih tebal 2 kali lipat alias sebanyak 494 halaman. 
Tentang buku aslinya sendiri, "Jejak Langkah" terbit pada tahun 1985. Seperti yang sudah saya singgung diatas, bersama dengan 3 karya Pramoedya lainnya yang bernama "Tetralogi Buru", "Jejak Langkah" hanya berumur beberapa bulan setelah terbit. Mengapa dilarang? Karena rezim Orde Baru menganggap karya - karya Pramoedya berisi ajaran Marxis-Leninis yang tabu bagi mereka.
"Jejak Langkah" tahun 1985


Bagi anda pemerhati Pramoedya, pasti bertanya - tanya bagaimana saya bisa mendapatkan koleksi unik ini bukan? Ini tidak terlepas dari siapa lagi kalau bukan mendiang ayah saya. Dulu ayah saya sempat bercerita, bahwa dia mendapatkan stensilan ini dari daerah Banjarsari atau mungkin pasar loak seperti Triwindu. Jujur saja, saya dari dulu belum pernah melihat apalagi membaca stensilan tersebut. Akhirnya pada bulan November tahun lalu, saya menemukan kembali buku yang ayah saya sebut ini.   
Mungkin aneh memang. Ayah saya seorang pegawai negeri sipil, saat itu camat dan juga pernah mengenyam pendidikan militer yang notabene harus loyal kepada pemerintah dengan berani memiliki barang terlarang dan ilegal semacam ini. Saat Orde Baru runtuh dan Orde Reformasi datang, ayah saya langsung mengoleksi buku - buku Pramoedya yang telah resmi beredar. Namun kita tidak akan pernah tahu, mengapa dia dengan berani mempunyai stensilan ilegal yang bisa membahayakan karier dan bahkan nyawanya ini.
Kembali lagi ke stensilan, munculnya buku ini mungkin tidak terlepas dari rasa penasaran masyarakat tentang karya Pramoedya. Entah yang dari dulu sudah mengenal lama Pramoedya atau entah yang penasaran saja. Yang pasti, stensilan ini adalah bukti bahwa buku atau karya sastra tidak akan pernah bisa dilarang, dibredel, apalagi dibakar ...


Usia: 1985 - 1994 (ayah saya menjabat di Solo hingga tahun 1994)