Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Senin, 29 Desember 2014

Utomo Ramelan Part II

Berikut adalah bagian kedua dari foto Utomo Ramelan yang berhasil saya dapatkan. Foto-foto ini juga berasal dari album yang sama dengan foto bagian pertama.
Klik disini untuk Part III.

Mungkin ini saat akan memasuki Balaikota Surakarta. Apakah di sebelah kiri Utomo Ramelan adalah Nyonya Ramelan?

Sedang menyaksikan pertunjukan bersama seorang letnan kolonel. Jika melihat foto setelah foto ini dari album tersebut, terdapat adegan wayang orang

Bersalaman untuk berpamitan pulang

Sabtu, 27 Desember 2014

Kas boek Pamardi Poetri School

Sekolah Pamardi Putri adalah sekolah yang didirikan oleh Sunan Pakubuwono X untuk kepentingan pendidikan para putri kraton Kasunanan Surakarta. Sekolah ini dibangun pada tahun 1927, didirikannya khususnya kepada putri Pakubuwono X yaitu Gusti Pembayun. Dan hingga sekarang, sekolah ini masih tetap berdiri. sumber
Para lulusan sekolah ini sudah pasti para putri kraton, beberapa diantaranya bisa dicek disini
Koleksi saya ini tepatnya adalah buku keuangan dari medio 1933 hingga 1942 alias saat Jepang datang.

Cover buku

Kasboek Pamardi Poetri School Kraton 1933

Kertas woro woro alias pengumuman tentang perubahan biaya sekolah pada agustus 1941. Perubahan mungkin diakibatkan dari ekses jatuhnya Belanda ke tangan Jerman dan status perang Hindia Belanda saat itu

Peraturan biaya sekolah era kolonial. Murid dibagi menjadi 3 kelas dari berapa besar pendapatan orang tua mereka

Pengumuman dari Komisi Keuangan

Contoh isi kas boek. Urutan:
Kelas belajar, nomor induk, nomor urut, nama bapak, pendapatan bapak per-bulan, nama murid, besaran biaya, kapan membayar, kelas sang anak
Tentang nomor induk, uniknya disini masih ada anak yang memiliki nomor induk kecil. Meskipun saat itu sudah tahun ajaran 1933/34. Raden Ajeng Atikah yang bernomor induk 3 berada di kelas 7. Apa yang terjadi pada anak nomor 1, 2, 4, dan 6 yang tidak ada di buku ini? Apa mungkin mereka sudah lulus? Atau mungkin anak nomor induk 1 adalah Gusti Pembayun sendiri? Atau mungkin pemberian nomor induk belumlah lama? 

Semua ayah dari anak-anak ini bergelar ningrat semua. Dari Raden, Raden Mas, Raden Ngabehi, Ngabehi, hingga Bendara Kanjeng Pangeran Haryo

Salah satu putri dari orang kuat kraton. Raden Ajeng Tamasri dari Pangeran Kusumoyudo

Terkadang Kepala Sekolah ikut menandatangan

Kloter terakhir murid sebelum Jepang datang. Murid terakhir yang tercatat adalah Raden Ajeng Sri Rahayu. Namun dia keluar pada 1 September 1941. Maka murid terakhir adalah Raden Ajeng H. Aminah yang betahan hingga Januari 1942.
Jika kita lihat, pencatatan untuk tahun terakhir sebelum Jepang datang ini sudah tidak lengkap lagi. Gaji ayah dan biaya sekolah sudah tidak dicantumkan. Apa ada ketidakstabilan gaji pada masa itu? Yang akhirnya berimbas pada SPP yang ditarik??

Apakah Aminah benar-benar yang terakhir? Rupanya tidak, ada beberapa murid yang tetap bertahan. Para murid kelas belajar 2 tetap bertahan hingga 19 Februari 1942 atau sebulan sebelum Jepang datang ke Solo


Usia: dibuat mulai tahun 1933

Kamis, 25 Desember 2014

Type 90 AKA M30/32 "TNI AD"

Berikut adalah salah satu helm terbaik pada koleksi saya. Helm Jepang M30/32 atau Type 90 berstenstilkan "TNI AD". Helm type 90 masuk dalam dinas kemiliteran Jepang pada awal dekade 1930an untuk menggantikan helm type "Cherry Blossom". Saat pertama kali dibuat, helm ini langsung diberikan kepada kontingen ekspedisi militer Jepang saat invasi ke Manchuria. Helm dipakai baik oleh rikugun (AD Jepang) ataupun kaigun (AL Jepang). Yang menjadi pembeda adalah pada lambang kesatuan yang dipasang pada muka helm. Untuk rikugun memakai emblem bintang, sedangkan kaigun memakai 2 macam emblem yaitu jangkar atau emblem bundar dimana mereka menggambar sendiri gambar jangkar pada muka helm.
Sempat muncul komplain atas kualitas helm saat dipakai di Cina, dan akhirnya varian Type 98 muncul dengan kualitas baja lebih baik. Bentuk kedua helm sangatlah mirip dan sulit untuk dibedakan, satu-satunya untuk mengecek perbedaan adalah salah satunya dengan mengecek berat helm tersebut. Helm tetap dipakai angkatan bersenjata Jepang hingga Perang Dunia II usai. Sumber
Tentang kualitas baja, memang bisa dirasakan bahwa helm ini jauh lebih ringan dan baja dirasa lebih tipis dibandingkan helm baja lainnya seperti M1 amerika, Mark II Inggris ataupun helm buatan Belanda sekalipun. Saat saya memakainya, terasa helm ini tidak akan memberikan perlindungan berarti saat pertempuran terjadi.
Kembali ke sejarah helm, untuk di Indonesia sendiri, helm ini dipakai sudah barang tentu oleh pasukan Jepang disini. Dan beberapa diantaranya kepada pasukan heiho ataupun PETA. Penggunaan tetap berlangsung hingga masa revolusi kemerdekaan, dimana helm ini adalah helm mayoritas yang dipakai oleh pasukan dan gerilyawan kita. Saat masa kemerdekaan, berakhir sudah pengabdian helm yang kualitasnya tidaklah sebaik helm baja lainnya. Namun tidak dipungkiri, helm ini sudah membantu perjuangan kita dalam meraih kemerdekaan. Terbukti dari sekian banyak foto gerilyawan kita yang beredar saat ini, mayoritas helm yang dipakai adalah type 90 alias M30/32.
Bagian muka helm dengan emblem bundar. Eks kaigun?

Warna hijau, apakah helm eks PETA atau dicat oleh TNI sendiri? Helm standar Jepang berwarna tan (coklat muda)  

Stensil TNI AD. Ditulis pada tahun 1947 saat nama TRI berubah menjadi TNI?

Enhance version

Bagian samping

Bagian atas helm. Lubang ventilasi helm ditutup oleh emblem bundar untuk liner

Liner tipe TNI. Kemungkinan saat itu, TNI merubah liner Jepang dengan liner sederhana agar lebih tahan banting saat bergerilya? Dan juga terdapat bagian cat yang sudah terkelupas. Mengindikasikan bahwa dulu bagian helm tersebut menyangga langsung kepala

Close up liner

Ring untuk chinstrap. Ring ini ada kemungkinan dibuat oleh TNI sendiri dan bukannya Jepang. Dimana standarisasi Jepang, ring berbentuk bundar 

Sisa chinstrap. Chinstrap juga keluaran TNI karena chinstrap Jepang berupa kain

Bagian belakang liner. Terlihat kesederhanaan pembuatan liner

Parade militer di Solo pada 21 Desember 1947


Cek helm yang dipakai oleh prajurit paling kanan. Bentuk pemakaian yang berbeda dengan helm type 90 lainnya mengindikasikan sang prajurit tidak memakai liner tipe Jepang

Usia: Tidak ada kepastian kapan dibuat namun dibuat medio 1930-45.

Selasa, 23 Desember 2014

Utomo Ramelan part I

Koleksi berikutnya yang saya perlihatkan berikutnya mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi kita-kita semua. Karena foto yang saya dapatkan ini memperlihatkan Utomo Ramelan.
Siapakah Utomo Ramelan ini? Utomo Ramelan adalah sosok yang masih misterius bagi masyarakat awam. Dia sendiri adalah walikota Solo dari tahun 1958 hingga pecahnya kejadian G30S pada tahun 1965. Utomo Ramelan sendiri adalah satu dari 5 bersaudara keluarga Ramelan yang terpandang. Beberapa saudaranya adalah Utoyo Ramelan yang menjadi diplomat dan Utami Ramelan yang menjadi istri KSAU Suryadi Suryadarma. Utomo Ramelan awalnya adalah guru namun masuk politik dan bergabung dengan PKI. Pada akhirnya pada tahun 1958, dia terpilih menjadi walikota Solo. Namun karirnya terhenti saat terjadi kejadian pada tahun 1965 dan dia pada akhirnya dihukum mati.
Kata ayah saya, di balaikota Solo tidak pernah ada jejak foto dari Utomo Ramelan. Bahkan seingat saya, pada buku biografi kota Surakarta pada terbitan akhir orde baru atau awal reformasi, pada bagian biografi singkat walikota-walikota Solo tidak ada pula foto tentang Utomo Ramelan. Bahkan kata ayah saya pula, nisan Utomo Ramelan tidak bernama, meskipun begitu saya belum bisa mengkonfirmasi informasi tersebut. 
Sebelum mendapatkan foto-foto ini, satu-satunya foto Utomo Ramelan seperti dibawah ini beserta situs yang memuatnya.
Utomo Ramelan

*Update 24 Desember 2015:
Bagi anda yang masih ragu atau skeptis dengan contoh gambar Utomo Ramelan diatas, atau yang nantinya berakibat dengan ragu-nya anda dengan foto saya, berikut gambar Utomo Ramelan yang diambil dari sisi berbeda:
Berikut gambar Utomo Ramelan di tahun yang sama saat dia dilantik menjadi Walikota Surakarta.
Maaf jika gambarnya kecil. Berhubung bukan saya pemilik gambar ini melainkan teman saya, maka saya harus menuruti persyaratan dari dia. Jika anda menanyakan sumber gambar ini, hubungi saya melalui e-mail ... yknow persyaratan yang sama juga lol

Saat saya berada di pasar antik, saya melihat sebuah album foto lama. Album yang sudah tidak lengkap itu bertuliskan acara perpisahan Komandan KODIM 635 Solo pada tahun 1963 dan salah satu tulisannya juga adalah tentang pertemuan di balaikota Solo.


Maka saat saya melihat tokoh dibawah ini, saya langsung curiga karena tokoh ini termasuk yang sering dijadikan obyek foto. Selanjutnya saya langsung mengecek foto Utomo Ramelan di atas dan saya langsung kaget. Karena foto-foto dalam album tersebut adalah Utomo Ramelan sendiri. Dan berikut 3 foto Utomo Ramelan:
Utomo Ramelan berpidato pada acara yang mungkin dihadiri oleh "Keluarga Sriwedari Balekambang" dari Kopra (korps perwira?) SKA (Surakarta)
Berbicara dengan seorang letnan kolonel. Apakah mungkin komandan militer Solo yang baru? Ataukah yang lama?

Foto paling besar seukuran postcard yang ditempel pada halaman album hampir paling depan. Utomo Ramelan bernyanyi bersama beberapa di antaranya tokoh Tiong Hoa. Uniknya background yang dipakai pada acara itu, terdapat gambar gerbang lapangan Tiananmen. Apakah mungkin acara saat ulang tahun baru Cina? Atau mungkin ada hubungannya dengan kepartaian?

Foto dicetak pada kertas foto "Agfa Brovira" dari Jerman. Logo tersebut mengindikasikan, kertas foto ini dibuat mulai akhir dekade 1950an 

Foto dicetak di photo studio "Lees" di jalan Jendral Urip Sumoharjo no 88 Solo

Usia: dibuat medio 1963

Part II of the photos.

Minggu, 21 Desember 2014

Soedjadi de posthuiscommandant van de Cultuurpolitie

Meskipun ini tidak masuk dalam kategori militer, namun bagi saya koleksi ini patut mendapatkan apresiasi. Sebuah surat keputusan (besluit) tertanggal 28 April 1928 yang menyatakan penggajian terbaru seorang polisi kolonial di Yogyakarta. 
Besluit ini ditandatangani oleh Sekretaris Residen Yogyakarta 

Cultuurpolitie atau polisi perkebunan yang bernama Soedjadi ini awalnya mempunyai pangkat "agent der 1er klasse" atau agen polisi kelas 1, dengan adanya besluit ini pangkat dia berubah sebagai "posthuiscommandant der tweede klasse" atau komandan pos jaga kelas dua. Pada masa kolonial selain cultuur politie ini terdapat banyak macam polisi, dari Algemeine Politie (Polisi Umum), Stadtpolitie (Polisi Dewan), Gewapende Politie (Polisi Bersenjata), Veld Politie (Polisi Lapangan), dan Bestuur Politie (Polisi Pamong Praja). Kemungkinan tugas cultuur politie adalah menjaga keamanan di tiap-tiap perkebunan. Terutama dari para buruh tani yang mungkin tidak puas atau mungkin juga dari para simpatisan komunisme pada saat itu.
Dalam besluit ini juga, selain pangkat yang baru Soedjadi juga mendapatkan standar gaji yang baru pula. Gajinya menjadi 34 gulden 50 sen. Nantinya juga pada tanggal 1 Mei 1928, dia sudah terhitung berdinas selama 2 tahun 7 bulan. 
Gaji 34,50 gulden ini bisa dibilang lebih tinggi dibandingkan gaji seorang prajurit Legiun Pakualam yang hanya 3 gulden per-bulannya yang berlaku pada abad ke-19
Foto Cultuurpolitie perkebunan tebu Medarie di Yogyakarta. Tidak bertahun namun diperkirakan dibuat awal abad ke-20. Soedjadi berseragam dan bersenjatakan kapmes (golok) yang mungkin bekas milik KNIL model M1862-65 seperti mereka

Usia: dibuat pada 28 April 1928.

Jumat, 19 Desember 2014

M1 Liner Westinghouse

Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya akan memperlihatkan pasangan dari helm M1 sebelumnya. Tiap helm M1 pasti akan ditemani oleh sebuah liner. Selain M1 era Perang Dunia II, liner juga dilengkapi pada helm M1 paska perang. Ciri-ciri liner Perang Dunia 2 adalah salah satunya adanya ventilator pada bagian muka liner. Namun liner untuk helm M1 Euro Clone juga ada yang memakai hal serupa. Maka ada cara lain yaitu dengan mengecek ada tidaknya marking pada bagian dalam liner. 
Ada 11 tipe marking pembuat liner, untuk liner ini dibuat oleh pabrik Westinghouse. Liner untuk helm ini kemungkinan sudah dicat ulang dan direparasi oleh pasukan TNI. Karena ada beberapa tambahan mur pada liner ini. 


Sangat sulit mendapatkan helm M1 lengkap yang masih dalam keadaan prima. Kebanyakan hanya tersisa batoknya saja

Logo Westinghouse beserta kemungkinan nomor batch pembuatan
Sisa-sisa liner strap
Logam bentuk "A" yang merupakan penahan liner strap
Logam tempat chinstrap dagu liner
Sisa tali dagu liner yang diikatkan pada salah satu chinstrap holder pada liner ini
Happily ever after