Beberapa tahun sebelum Jepang melaksanakan invasi ke Hindia Belanda, KNIL membentuk pasukan baru. Pasukan yang bernama Stadswacht dan Landwacht (dalam bahasa Indonesianya "Penjaga Kota" dan "Penjaga Pedesaan") ini seperti laiknya KNIL membuka lowongan bagi semua penduduk Hindia Belanda saat itu. Rekrutan bisa bergabung secara sukarela. Selain bantuan persenjataan, dalam pelatihan, KNIL mengerahkan Onderofficier untuk melatih 2 pasukan diatas. Setelah diresmikannya pertama kali pada pertengahan tahun 1940, kedua pasukan tersebut tercatat mempunyai keanggotaan sekitar 50.000 orang pada akhir tahun 1941. Sebelumnya pada bulan Agustus 1941, dilakukan perubahan pada hierarki pasukan dengan mencabut pangkat perwira Stadswacht - Landwacht. Sebagai kompensasi, diperluas lowongan pasukan dari berbagai ras penduduk di Hindia Belanda. Selain itu pula, nantinya pada akhir tahun 1941, personel Stadswacht - Landwacht ditempatkan di barak dan bertanggung jawab dalam menjaga instalasi Kustverdediging (pertahanan pesisir pantai). Ada pula bukti pasukan mengawaki meriam artileri dan artileri anti udara.
Selain gambar yang saya credit, semua gambar kiriman Koos Allemany.
Logo atau Emblem Stadswacht dan Landwacht berupa lingkaran yang dihiasi dengan lingkaran yang lebih kecil dan bintang sudut lima didalamnya. Pada bagian tengah emblem terdapat tulisan unit yaitu "Stadswacht" dan "Landwacht". Selain itu pula juga terdapat lambang Pemerintahan Belanda. Meskipun untuk lambang ini, ada beberapa pengecualian dimana lambang kota yang ditampilkan pada emblem. Beberapa diantaranya adalah untuk Stadswacht kota Batavia (Jakarta) dan Surabaya. Untuk pemakaian, emblem dipasang pada bagian atas saku sebelah kanan seragam.
Emblem Stadswacht |
Emblem Stadswacht Batavia |
Seragam Stadswacht - Landwacht menggunakan seragam yang sama dengan yang digunakan oleh KNIL yaitu seragam Garoet. Salah satu varian yang dipakai adalah Garoet - C. Hanya saja yang menjadi perbedaan dengan KNIL adalah tidak adanya emblem cabang angkatan pada kain bahu seragam.
Seragam Garoet - C |
Pasukan Stadswacht Batavia sedang berbaris pada tahun 1941. Pasukan dipimpin oleh seorang kapitein yang memakai seragam Garoet - C |
Selain seragam Garoet, kedua pasukan Wacht juga memakai seragam baru yang berbeda. Seragam berupa seragam 4 kancing dengan kerah rebah terbuka dan dimasukkan kedalam celana. Seperti seragam KNIL lainnya, seragam ini mempunyai bahan yang sama dengan seragam Garoet. Seragam ini diberikan pada akhir tahun 1941 bersamaan dengan berlakunya pemberian celana pendek dan puttee.
Pasukan Stadswacht dalam posisi Presenteer Geweer.
Perhatikan emblem Stadswacht, pada dada seragam mereka
|
Pasukan Stadswacht Solo berbaris saat dilaksanakannya inspeksi. Perhatikan seragam mereka yang masih memakai celana panjang dan puttee sebagai kelengkapan dan helm Stahlhelm |
Satu keluarga Hindia Belanda yang siap perang.
Sang ayah yang berpangkat Sergeant memakai seragam baru Stadswacht.
Sang ibu memakai pakaian perawat.
Sang anak sulung memakai seragam KNIL dan dia berpangkat Sergeant, perhatikan perbedaan pemakaian pangkat pada seragam Garoet - C dengan seragam baru Stadswacht.
Sang bungsu seperti halnya kakaknya, memakai seragam KNIL
|
Sebenarnya seragam Stadswacht yang baru ini adalah seragam yang direncanakan untuk diberlakukan kepada seluruh pasukan KNIL. Untuk pasukan KNIL sendiri, karena waktu yang semakin sempit maka hanya beberapa perwira yang mendapat seragam baru tersebut. Untuk perpangkatan sendiri, memakai 2 macam pangkat. Untuk pangkat Onderofficier masih memakai pangkat untuk seragam Garoet - C, yaitu berbentuk jajaran genjang. Sedangkan bentuk pangkat baru yang mirip dengan bentuk berlian untuk jajaran mulai pangkat Adjudant Onderofficier hingga perwira.
Pangeran Adipati Mangkunegara VII memakai seragam baru Stadswacht yang diperuntukkan kepada perwira KNIL.
Perhatikan pangkat Kolonel yang berbeda dengan pangkat perwira untuk seragam Garoet - C
|
Veldmuts yang berlaku untuk seragam Garoet - C. Piping warna oranye pada topi menandakan topi ini dipakai oleh prajurit infanteri. Di kalangan tentara KNIL, topi ini dijuluki "schuitje" yang artinya mobil atau babi |
Transformasi Seragam Stadswacht - Landwacht
Seorang anggota Stadswacht Batavia memakai seragam Garoet - C.
Perhatikan kain bahu seragam yang polos alias tidak ada lambang unit laiknya seragam KNIL
|
Pasukan Stadswacht Batavia memakai seragam baru, namun masih lengkap dengan celana panjang dan puttee.
Menurut ibu saya, pakaian yang dimasukkan kedalam celana itu seperti guling. hehehe |
Pasukan Marinevendel sudah memakai celana pendek sebagai kelengkapan mereka. Perhatikan para perwira Angkatan Laut yang memakai pangkat pada kain bahu mereka (shoulder board) |
Jika kita perhatikan, seragam baru Stadswacht ini terlihat serupa dengan pasukan kolonial Eropa lainnya seperti pasukan Inggris dan pasukan Australia.
* Persenjataan
Untuk persenjataan sendiri, pasukan Stadswacht dan Landwacht mendapatkan senjata yang berbeda dengan KNIL. Beberapa diantaranya adalah:
Mauser C-96
Pistol legendaris Jerman kaliber 7,63 mm ini, dibeli dalam kuantitas besar untuk dipakai pasukan Stadswacht - Landwacht.
Thompson M1928
Sub Machine Gun (SMG) berkaliber .45 atau 11,43 mm buatan Amerika Serikat ini dibeli sebesar 2.000 buah oleh KNIL (70 diantaranya dikirim ke Hindia Barat). Mayoritas senjata ini diberikan kepada pasukan di luar pulau Jawa. Saat Jepang berhasil mengalahkan Belanda, Jepang merebut 723 senapan ini di pulau Jawa sendiri.
1.000 senapan lainnya yang diangkut oleh S.S. Bantam dipindahkan pengirimannya ke Australia dan akhirnya diberikan kepada pasukan KNIL disana. Sisa senapan sebesar 595 buah, diambil alih oleh Angkatan Darat Amerika Serikat alias US Army.
United Defense M42
KNIL memesan 15.000 SMG ini dalam kaliber 9 mm. Marlin yang merupakan pabrik senapan ini, langsung memproduksi senapan tersebut. Namun nasib senapan ini masih menjadi misteri, tetapi ada kemungkinan ada yang berhasil mencapai ke Jawa sebelum Jepang datang.
Reising M50
SMG ini bersama dengan SMG diatas direncanakan untuk disimpan di tempat rahasia di pedesaan Hindia Belanda untuk perang gerilya.
Enfield P17
Senapan modifikasi Amerika Serikat yang mempunyai kaliber 7,62 mm ini dibeli oleh KNIL sebanyak 50.000 buah. Namun yang sampai di tempat tujuan hanya sebanyak 20.000 buah. Nantinya Jepang berhasil merebut 11.066 buah di pulau Jawa. 10.000 senapan yang diangkut oleh S.S. Tabian dikembalikan ke US Army. 600 buah lainnya yang dibawa oleh S.S. Mapia diberikan oleh pasukan KNIL di Australia. Uniknya senapan di Hindia Belanda dipanggil "Springfield", ini dikarenakan tempat kargo senapan tercetak nama "Springfield".
Carcano
Senapan Italia yang dikenal sebagai senapan pembunuh John F. Kennedy ini dibeli oleh KNIL dari Inggris sebanyak 1.000 buah dan dalam 4 varian. Senapan - senapan ini aslinya diperuntukkan untuk Stadswacht - Landwacht.
Nasib senjata-senjata Stadswacht - Landwacht diatas bisa diketahui dari buku katalog koleksi Museum Satria Mandala Jakarta yang saya miliki ini:
Pistol Mauser C96 disangka dari Jerman dan awalnya dimiliki oleh TNI-AD.
Reising M50 dan Thompson M28, keduanya berasal dari sumbangan TNI-AD.
Untuk senapan Enfield P17, seperti yang sudah diduga, sejarawan museum mengira senapan tersebut dengan Springfield. Dan uniknya atau lebih tepatnya ironisnya lagi, ada senapan Springfield yang asli diatasnya. Anda bisa memperhatikan perbedaan kedua senapan.
Kesimpulannya adalah senjata-senjata bekas Stadswacht - Landwacht ini seperti senjata Belanda dan Jepang lainnya sempat dipakai pada masa Revolusi Kemerdekaan.
* Perlengkapan
Untuk perlengkapan disini, Stadswacht dikenal karena mereka dilengkapi dengan Armoured Personnel Carrier (APC) yang khusus dibuat untuk kebutuhan mereka yaitu melawan pasukan payung Jepang dan kolone kelima. APC bernama Overvalwagen yang dibuat oleh perusahaan Braat di Surabaya ini adalah karya dari Kapitein Luycke Roscott. Kendaraan ini dibuat dalam 4 seri berbeda yaitu Batavia, Jawa Timur (Surabaya - Solo), Makassar, dan Medan serta direncanakan dibuat total sebanyak 65 buah. Namun tidak diketahui jumlah yang berhasil direalisasikan. Untuk lebih mengerti sejarah Overvalwagen milik Stadswacht, silahkan anda mengecek link ini.
Overvalwagen Stadswacht Batavia pada tahun 1941Kendaraan Taktis Surabaya pada tahun 1941
Overvalwagen Medan tahun 1941
Pasukan Stadswacht kota tersebut memakai Stahlhelm (helm baja Jerman) buatan Cina yang merupakan solusi sementara sebelum datangnya helm buatan Milsco.
Overvalwagen Solo
Kemungkinan berjumlah sebanyak 1 buah dan dilengkapi dengan radio. Sama seperti koleganya di Medan, pasukan Stadswacht Solo memakai Stahlhelm Cina. Selain itu pula, terlihat pada gambar, pasukan membawa pistol Mauser C96.
Selain Overvalwagen, pasukan Stadswacht - Landwacht-pun memakai perlengkapan yang sama dengan KNIL. Beberapa contoh saja seperti veldflesch / veldfles (pelples - tempat minum), sepatu bot, dan gasmaskertas (tas masker gas) seperti dibawah ini.
Selain Overvalwagen, pasukan Stadswacht - Landwacht-pun memakai perlengkapan yang sama dengan KNIL. Beberapa contoh saja seperti veldflesch / veldfles (pelples - tempat minum), sepatu bot, dan gasmaskertas (tas masker gas) seperti dibawah ini.
Bagi anda yang penasaran dengan bagaimana kehidupan keseharian pasukan Stadswacht, anda bisa mengecek situs ini. Situs tersebut menggambarkan kesaksian Kwee Thiam Tjing saat dia menjadi anggota Stadswacht di kota Malang, Jawa Timur.
Akhir kata, sekeras-kerasnya Belanda berusaha mempertahankan Hindia Belanda, usaha tersebut tetaplah sia-sia karena Jepang berhasil menyapu segalanya. Dan semenjak saat itu sejarah Hindia Belanda atau Indonesia berubah selama-lamanya.
Untuk mengakhiri artikel ini, saya tampilkan 2 video pasukan Stadswacht.
Klik link ini, untuk melihat video latihan lengkap pasukan Stadswacht Batavia.
Dan cek video dibawah untuk film Stadswacht Batavia dalam full color !
CERITA SEJARAH JAMAN DOELOE DULU AKU SUKA...
BalasHapusTerima kasih. :)
HapusBagus tulisannya. Terima kasih.
BalasHapusTerima kasih dan sama-sama. :)
HapusAkan saya beritahu ke mentor saya. :D
Bagus nih buat referensi ulasan sejarah.
BalasHapusFacebook.com/jimbo.nkri
Terima kasih. :)
HapusOhh iya mas, sekalian dong ulas tentang warna baju seragam, warna topi2 dan lainnya. Saya kalau mewarnai gambar sejarah suka rancu dengan warna dasar yg ingin diwarnai. Data2 atau informasi di internet tentang seragam2 aparat hindia belanda sangat kurang. hanya hitam putih saja.
BalasHapusTerimakasih
Di blog, saya sempat memberikan beberapa contoh seragam pasukan kolonial Belanda hingga KNIL. Untuk yang pertama seragam model M1819 dan yang kedua model M1854 dan M1867. Mungkin mayoritas baru saya ulas jika proyek buku saya sudah seleaai. Dimana di dalamnya terdapat penjelasan seragam KNIL hingga abad ke-20.
HapusTapi pada intinya hingga seragam garoet muncul, seragam KNIL sebelumnya berwarna biru tua. Seragam juga dilengkapi warna kesatuan yang diwakili oleh warna piping dan facing. Warna facing dan piping-pun mengalami evolusi. Untuk topi pada dasarnya juga berevolusi dari warna hitam untuk sjako hingga biru tua untuk kwartiermuts - helmhoed. Bamboehoed juga mengalami perubahan dari yang awalnya berwarna coklat berubah menjadi hijau.
Kan pasukan KNIL untuk kepala bisa memakai helm Milsco, topi pet, topi bamboehoed, topi veldmuts; kalau saya boleh tanya, pada situasi apa sesuatu topi akan dipakai ya? Topi bamboehoed itu dipakai di situasi apa dan dipakai siapa? Dan jika topi itu adalah standard KNIL lalu yang memakai helm Milsco siapa? Jika dalam perkotaan apakah topi veldmuts lebih dipakai daripada bamboehoed? Terimakasih
BalasHapusMohon maaf baru bisa membalas sekarang. Setahu saya, helm baja baru mulai dipakai pada tahun 1938. Untuk milsco yang diimpor dari Amerika dipakai pasca jatuhnya Belanda pada tahun 1940. Helm dipakai sebagai PDL.
HapusTopi bamboehoed kemungkinan sudah mulai digeser pemakaiannya oleh helm. Tapi masih menjadi bagian dari PDL untuk pasukan garis belakang seperti Landstorm.
Topi pet dan veldmuts bagian dari PDU dan PDH pasukan reguler.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus