Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 30 Oktober 2016

Bayonet - KNIL Getrokken / Snider

Selama ini, saya selalu berkeinginan untuk memiliki sebuah bayonet. Terutama bayonet Perang Dunia II seperti bayonet KNIL Mannlicher atau bayonet Jepang Arisaka. Namun karena harga yang terlalu mahal ataupun kondisi bayonet yang kurang memuaskan maka saya harus berpuas diri dengan bayonet klon Mannlicher. Sampai pada akhirnya peruntungan saya berubah pada akhir bulan September kemarin. Saat mengunjungi pasar antik, saya melihat sebuah logam yang digantung di etalase. Setelah saya cek, saya sadar bahwa logam tersebut adalah bayonet! Dan bukan itu saja, bayonet yang tersebut adalah bayonet abad ke-19!! Setelah berbicara dengan penjual, saya berhasil membeli 2 bayonet dengan jenis yang berbeda! Jadi ini bayonet abad ke-19 pertama yang saya dapatkan pada saat itu.

Bayonet diatas adalah bayonet yang biasa dipasang pada senapan lantak. Sayang saya masih belum bisa mengidentifikasi secara pasti bayonet ini. Tetapi bayonet dengan tipe Socket Bayonet ini memang mirip dengan bayonet Getrokken / Snider milik Belanda. Senapan Snider sendiri adalah versi peningkatan senapan standar Belanda masa itu yaitu Getrokken Geweer No. 1 atau terkadang disebut dengan Geweer No. 1. Bayonet yang dipakai pada senapan Snider ini bisa dipasang pada senapan lantak model M1815 dan M1848. Jika anda penasaran kapan Getrokken Geweer mulai digunakan, maka jawabannya adalah pada tahun 1848, sama dengan senapan model M1848. Bayonet dibuat dari besi tempa. Tipe bayonet ini dipakai hingga tahun 1871, saat bayonet untuk senapan Beaumont keluar.
Sayang untuk bayonet ini, saya tidak menemukan stempel pembuatan. Hanya saja kemungkinan stempel inspeksi yang tersisa disini. Selain itu pula, cincin pengunci bayonet atau dalam bahasa kemiliteran Belanda disebut dengan storm ring sudah tidak ada lagi. 
Dalam sejarah, storm ring sendiri adalah ciri khas dari bayonet abad ke-19. Socket Bayonet sendiri awalnya muncul pertama kali pada tahun 1670 dan bertahan hingga awal pertengahan abad ke - 20.




Slot bayonet.
Jika dipasang pada senapan, maka bayonet akan ada berada disamping kiri senapan

Perhatikan tonjolan di bawah bayonet.
Tonjolan tersebut dipakai sebagai penahan storm ring

Sisi cekung pada tangkai bayonet yang kemungkinan adalah stempel inspeksi




Berikut adalah ukuran bayonet.


Setelah melihat koleksi saya, mari kita bandingkan dengan bayonet serupa yang berada pada museum Pura Pakualam.







Jika kita perhatikan, bayonet tersebut serupa dengan bayonet yang saya miliki.
Sayang tidak diketahui jenis apa senapan yang ada pada museum. Namun yang pasti senapan tersebut mengalami modifikasi menjadi sistem perkusi yang sebelumnya memakai sistem flintlock. Modifikasi tersebut dimulai saat diperkenalkannya senapan sistem perkusi pada tahun 1841.


Usia: < 1871

Minggu, 23 Oktober 2016

Barisan Madura

Untuk post ini kali ini saya akan memperlihatkan sesuatu yang tidak biasa. Yaitu salah satu pasukan militer pribumi terkenal pada masa Belanda yaitu Barisan Madura! Barisan Madura sendiri pertama kali dibentuk pada tahun 1831 atas jasa - jasa orang Madura saat Perang Jawa (Perang Diponegoro). Saat itu pasukan Barisan terdapat 3 pasukan yaitu Barisan Sumenep, Barisan Pamekasan, dan Barisan Bangkalan. Dalam sejarahnya, pasukan ini diikutkan oleh Belanda di beberapa operasi militer dari Jambi hingga Aceh. Menurut kesaksian, pasukan Barisan dikenal sebagai pasukan yang berani. Nantinya pada masa Perang Kemerdekaan, Belanda sempat membentuk kembali pasukan Barisan Madura dengan nama Barisan Tjakra Madoera.
Setelah melihat sejarah singkat pasukan tersebut, mari kita cek artikel salah satu pasukan hulpkorps KNIL tersebut dalam majalah d'Orient nomor 9 tanggal 28 Februari 1931 milik teman saya (muara-buku). 

Tidak banyak tulisan tentang pasukan ini pada majalah tersebut. Namun kekurangan tersebut digantikan dengan beberapa gambar menarik. 
Yang pertama adalah Raden Aryo Majang Koro (Mayangkoro). Komandan salah satu barisan Madura yaitu Barisan Bangkalan yang terkenal. Majang Koro sendiri bukanlah orang yang sembarangan, seperti yang terlihat dari tanda penghargaan yang dia terima.
Majang Koro difoto memakai seragam groot tenue KNIL model M1867 dan berpangkat luitenant kolonel.
Pada gambar kita bisa melihat tanda jasa yang dia terima yaitu medali Militaire Willems Orde kelas 4, medali Medaille voor Moed en Trouwe kelas perak, medali Atjeh Medaille, medali Ereteken voor Belangrijke Krijgsbedrijven, medali Onderscheidingsteken voor Langdurige Dienst als Officier, dan pedang kehormatan Eresabel.
Untuk medali Voor Moed en Trouwe bukanlah medali sembarangan karena medali tersebut adalah medali tertinggi yang diberikan kepada tentara non perwira Inlander yang berjasa.
Untuk eresabel sendiri juga sama-sama tanda penghargaan yang tidak sembarangan. Karena pedang tersebut hanya diserahkan kepada tentara yang pernah menerima Militaire Willems Orde dan mereka tercatat berani dalam pertempuran.
Jika melihat penghargaan Voor Moed en Trouwe, Militaire Willems Orde dan Eresabel, kita bisa asumsikan bahwa Majang Koro benar - benar berani dalam berperang dan 3 penghargaan tersebut tidak diberikan secara politis melainkan murni prestasi

Berikutnya adalah salinan catatan dinas Majang Koro.

Sayang salinan susah dibaca, namun jasa Majang Koro sendiri sudah tercermin dari tanda penghargaan yang dia bawa. Selain itu pula jasa - jasa Majang Koro sendiri juga ikut dikenang dengan dibangunnya sebuah monumen di markas pasukan Barisan Madura.

Kita bisa melihat keunikan monumen tersebut. Yang pertama adalah adanya ukiran medali Militaire Willems Orde dan yang kedua adalah gambar Majang Koro ikut dipajang di monumen tersebut. Sebelah kiri monumen itu sendiri, terdapat sebuah meriam.
Gambar berikutnya adalah komandan Barisan pada saat itu yaitu Majoor Raden Aryo Tjokro di Poetro (Cokrodiputro).

Berikutnya yang tidak kalah penting dalam sejarah pasukan Barisan adalah gambar vaandel (panji) pasukan.

Menurut artikel, vaandel tersebut lebih besar daripada vaandel yang digunakan oleh pasukan KNIL lainnya. Dalam sejarah sendiri, vaandel pasukan KNIL dibawa oleh Adjudant Onderofficier. Khususnya untuk pasukan hulpkorps seperti Legiun Mangkunegara di Solo dan Legiun Pakualam di Yogyakarta, ujung tongkat vaandel pasukan Barisan berbentuk tombak bukannya singa seperti yang berlaku pada tongkat vaandel pasukan KNIL.
Perwira dibawah adalah Kapitein - Leider A.M.G. Schmidhamer.


Pangkat Kapitein - Leider atau Officier - Leider diberikan kepada para perwira KNIL yang menjadi instruktur pasukan hulpkorps.
Untuk instruktur pasukan Barisan, Schmidhamer dibantu oleh 3 orang dibawah ini.

Mereka adalah dari kiri ke kanan, Sergeant Majoor Instructeur S. van Bragt, Adjudant Onderofficier Instructeur P. Wijnstok, dan Sergeant Majoor Instructeur W, Gottschalk.
Setelah melihat orang - orang yang ada hubungannya dengan Barisan Madura, saatnya kita melihat fasilitas pasukan. Yang pertama adalah gambar markas (tangsi) pasukan.

Pada latar belakang, kita bisa melihat monumen peringatan ulang tahun ke-100 tahun sedang dibangun. Monumen ini dibangun oleh penduduk Bangkalan.
Gambar kedua adalah bagian interior markas.

Bangunan di foto adalah kantor dan gudang pasukan.
Gambar berikut adalah klinik pasukan.

Menurut artikel sendiri, klinik saat di foto sedang tidak digunakan. Dan dibuktikan dengan gambar berikut.


Kita bisa melihat tidak adanya kasur pada tempat tidur. Membuktikan klinik tersebut juga sudah lama tidak digunakan.
Berikutnya adalah sarana olah raga senam pasukan.

Menurut komentar majalah, sarana tersebut termasuk bagus kualitasnya.
Gambar dibawah adalah skema taktik pertempuran yang dilakukan pasukan Barisan.

Ada kemungkinan coretan pada papan tulis di atas adalah dari pelajaran taktik pasukan.
Bicara tentang pelajaran militer, berikutnya adalah gambar pasukan yang sedang belajar tentang meriam.

Sungguh unik memang, pelajaran tersebut diajarkan di pasukan Barisan. Ini dikarenakan pada saat itu tidak ada lagi elemen artileri pada hierarki pasukan.
Gambar berikut adalah pelajaran senapan.

Mungkin salah satu yang dipelajari saat itu adalah pengetahuan dan pengoperasian senapan. Perhatikan seorang sergeant menyaksikan pelajaran tersebut.
Berikutnya adalah para pembuat sepatu pasukan.

Terkesan pekerjaan yang remeh jika dibandingkan sekarang memang. Namun pemakaian sepatu bagi pasukan inlander terutama untuk pasukan hulpkorps baru berusia 2 dekade sejak artikel ini dibuat!
Setelah para manusia, sekarang giliran para hewan di pasukan tersebut.

Kuda - kuda pasukan yang berada di istal pasukan. Kuda - kuda ini sendiri adalah bagian dari dapur lapangan pasukan.
Untuk gambar terakhir adalah gambar gudang pasukan.

Terlihat banyak topi bamboehoed serta ledergoed (peralatan kulit) yang diletakkan. Seperti yang anda ketahui, pasukan barisan seperti halnya pasukan hulpkorps lainnya, mereka tidak mempunyai barak untuk menginap serta mereka hanya bekerja setengah hari saja. Untuk pasukan Barisan sendiri, mereka selesai bekerja pada jam 11, setelah itu mereka pulang sebagai partikelir. Seperti yang tertulis pada artikel " ... en de barisan poelangt als particulier sadja.".


Usia: 28 Februari 1931

Minggu, 16 Oktober 2016

Thomas Cup 1964 - Final

Setelah upacara pembukaan, saatnya kita lihat pertandingan. Sayang tidak semua pertandingan diabadikan disini. Namun satu - satunya pertandingan yang didokumentasi adalah pertandingan final antara Indonesia melawan Denmark!
Banyak orang menjagokan Denmark sebagai favorit pemenang karena anggota kontingennya merajai Kejuaraan All England. Pertandingan yang berlangsung pada tanggal 21 dan 22 Mei 1964 ini dikenang sebagai pertandingan yang tidak biasa. Ini juga tidak terlepas dari dukungan suporter Indonesia yang banyak dituduh mengganggu jalannya pertandingan. Namun ini tidak menjadikan pertandingan final lesu dimana masing - masing kontingen saling mengalahkan dan skor akhir adalah 5 - 4 untuk Indonesia.
Untuk foto yang pertama adalah foto bersama sebelum pertandingan.
Kiri ke kanan:
Tidak diketahui, Knud Aage NielsenJĆørgen Hammergaard HansenFinn KobberĆø, Erland Kops, Henning Borch, ofisial pertandingan - tidak diketahui, Tan Djoe Hok, Tan King Gwan, Ang Tjin Siang, Ferry Sonneville, Tutang Djamaluddin, A.P. Unang (Abdul Patah Unang)

Kurang diketahui kapan foto ini diambil. Apakah pada tanggal 21 atau 22 Mei. Kemungkinan foto diambil pada tanggal 22 Mei, dimana foto pertandingan yang ada saat Ang Tjin Siang bertanding atau pada pertandingan urutan ke - 5.
Untuk berikutnya foto yang sama diambil dari sudut berbeda, kemungkinan dari juru kamera yang berbeda.

Berikutnya adalah penonton dari pihak Indonesia yang tidak sembarangan. Mereka adalah Duta Besar Indonesia untuk Jepang yaitu Bambang Soegeng beserta Menteri Olahraga R. Maladi. Mereka ditemani oleh istri mereka masing - masing.

Foto berikut adalah Ang Tjin Siang yang siap memberi service (pukulan servis).

Pada latar belakang, kita bisa melihat papan skor untuk Denmark masih 0. Ada kemungkinan pertandingan akan dimulai. Saat itu, Ang Tjin Siang bertanding melawan Henning Borch yang berakhir dengan kemenangan Ang Tjin Siang 2 set langsung. 15 - 10 dan 15 - 5.
Untuk foto berikutnya adalah saat Tan Djoe Hok bertanding.

Untuk Tan Djoe Hok sendiri, pada hari itu dia bermain setelah Ang Tjin Siang alias pada pertandingan ke - 6. Berbeda dengan pertandingan pertama dimana dia menang, Tan Djoe Hok mengalami kekalahan melawan Knud Aage Nielsen dengan skor 15 - 11, 14 - 17, dan 9 - 15. Jika anda perhatikan pada latar belakang, piala Thomas Cup terpajang di meja.
Pada foto berikut adalah foto yang sama dengan foto di atas, namun foto di zoom out. Alhasil kita bisa melihat beberapa obyek foto yang tidak terlihat.

Obyek yang tidak terlihat adalah papan skor, dimana Tan Djoe Hok sudah mengalami ketinggalan dengan skor 9 - 10. Dapat diambil kesimpulan, foto diambil saat set ke - 2 atau ke - 3.
4 foto berikut adalah foto bersejarah bagi sejarah olah raga Indonesia dimana Indonesia meraih kemenangan dan mempertahankan Piala Thomas.

Pada foto anda bisa melihat A.P. Unang dikerubuti para suporter Indonesia. Sayang kita tidak bisa melihat pasangan A.P. Unang disini yaitu Tang King Gwan. Pada pertandingan tersebut ganda putra Indonesia tersebut mengalahkan duo Erland Kops dan Henning Borch dengan skor 12 - 15, 15 - 12, dan 15 - 6 pada pertandingan ke - 8. Kita bisa melihat seorang wartawan yang mencoba untuk mengabadikan momen spesial tersebut. Uniknya jika anda perhatikan foto pertama dan foto kedua, papan skor mulai mengalami transformasi dari 14 menuju 15 untuk Indonesia.
Foto berikutnya kemungkinan penyerahan trofi piala Thomas kepada tim Indonesia. Pihak Indonesia diwakili oleh Sukamto Sayidiman.

Untuk foto terakhir mungkin saat pertandingan final sudah selesai atau pertandingan non final. Melihat para ofisial Indonesia yang terlihat ayem, kemungkinan foto ini diambil saat final pertama usai.


Para penonton Jepang sudah pulang dan uniknya Padmo Sumasto terlihat duduk di depan.
Jadi beginilah sedikit momen yang hilang dari Thomas Cup 1964, berikut adalah video dari peristiwa yang sama sebagai perbandingan.

Jujur saja, saya sempat bingung saat upacara penutupan. Upacara tersebut serupa dengan upacara pembukaan. Namun yang menjadi pembeda adalah para kontingen Indonesia tidak memakai jas seperti pada pembukaan.
Setelah foto - foto final ini berikutnya adalah pesta perayaan juara!


Usia: 22 Mei 1964


<--                                                                                                                                                            -->
Ceremony                                                                                                            We're the Champion !