Akhirnya kita sampai pada tujuan akhir kita di Thomas Cup tahun 1964 ini. Setelah partai final, mari kita lihat perayaan juara di tanah air!
Yang pertama saat kontingen sampai di Indonesia dan Piala Thomas diturunkan. Kemungkinan ini terjadi di bandara Kemayoran.
Kita asumsikan tujuan kontingen setelah dari bandara adalah ke Istana Merdeka.
Setibanya di Istana Merdeka, kontingen disambut oleh Presiden Soekarno. Kita bisa lihat para kontingen mendengar dengan seksama pidato yang dibacakan olehnya.
Dalam waktu yang bersamaan, Soekarno menganugerahkan tanda jasa kepada para atlet badminton kita ini.
Bintang Jasa Nararya diserahkan kepada:
- Ferry Sonneville
- Tan Djoe Hok
- Eddy Jusuf
- Tan King Gwan
Satyalancana Kebudayaan diserahkan kepada:
- Ang Tjin Siang
- Liem Cheng Kiang
- Abdul Patah Unang
- Tutang Djamaluddin
- Wong Pek Sen
Berikutnya Piala Thomas beserta seluruh kontingen diarak. Terbukti dari para atlet yang sudah mengenakan tanda penghargaan pada kerah jas mereka. Kita bisa melihat prosesi pawai sampai di Bundaran H.I. (Hotel Indonesia). Di latar belakang terlihat Patung Selamat Datang.
Kita bisa saksikan antusiasme masyarakat Jakarta sangatlah tinggi. Prosesi tersebut sudah pasti dikawal aparat keamanan, salah satunya oleh Polantas. Kita bisa lihat beberapa wartawan ikut mengabadikan momen penting tersebut.
Bukti tambahan dari antusiasme masyarakat adalah iring - iringan sepeda motor yang mengikuti dari belakang.
Berikutnya acara dilanjutkan dengan ramah tamah. Tamu di acara tersebut memang tidak sembarangan. Salah satunya adalah Jenderal Abdul Haris Nasution.
Kita bisa lihat Nasution menyalami salah satu kontingen. Kemungkinan adalah Tutang Djamaluddin. Di sebelah kiri Nasution terlihat Ang Tjin Siang tersenyum.
Selain Nasution, salah satu tamu yang ikut datang adalah Gubernur Jakarta saat itu.
Gubernur yang dimaksud adalah Sumarno Sosroatmojo yang duduk di paling kanan.
Setelah acara resmi berakhir, saatnya acara yang lebih santai. Terlihat para kontingen sampai di kemungkinan Markas PBSI di Cipayung.
Kita bisa melihat para kontingen berfoto bersma orang - orang tercinta mereka. Terlihat Sukamto Sayidiman, Padmo Soemasto, Ferry Sonneville, Tutang Djamaluddin, dan Ang Tjin Siang. Jika kita perhatikan pada dada Ang Tjin Siang sudah tersemat medali.
Berikutnya kemungkinan di dalam gedung tersebut, Tan Djoe Hok dan Olich Solichin berfoto bersama Piala Thomas serta para tamu yang datang.
Siapakah tamu disini? Apakah dari instansi yang sama jika melihat dari gaya pakaiannya yang sama? Apakah orang - orang tersebut adalah atlet PBSI?
Setelah acara tersebut bukan berarti kontingen sudah bisa beristirahat. Karena masih ada acara yang menunggu mereka. Yang pertama saat kontingen menerima kenang - kenangan berupa vandel.
Dari kiri ke kanan: Tan King Gwan, Liem Cheng Kiang, Wong Pek Sen, Ang Tjin Siang, Tan Djoe Hok, tidak diketahui, Ferry Sonneville, tidak diketahui, Eddy Jusuf, Abdul Patah Unang, Tutang Djamaluddin |
Sayang tidak diketahui siapa yang memberikan vandel tersebut. Selain itu pula kita bisa melihat para kontingen memakai medali - medali mereka. Bintang Jasa yang dikenakan oleh Tan King Gwan, Tan Djoe Hok dan Fery Sonneville terlihat lebih terang dibandingkan Satyalancana Kebudayaan yang tersemat pada Liem Cheng Kiang, Abdul Patah Unang, dan Tutang Djamaluddin. Perbedaan pemberian tanda jasa ini ini kemungkinan karena baik Tan King Gwan, Tan Djoe Hok dan Fery Sonneville sudah memenangi Piala Thomas sebelumnya. Berbeda dengan Liem Cheng Kiang, Abdul Patah Unang dan Tutang Djamaluddin yang baru kali ini memenanginya. Hipotesis ini berdasarkan dari informasi yang saya pernah singgung di post berikut ini. Jika seseorang pernah mendapatkan sebuah medali yang tidak mempunyai kelas dan jika dia berjasa kembali, maka dia akan dianugerahi dengan tanda penghargaan diatasnya. Dalam hal ini, Bintang Jasa.
Acara berikutnya masih tidak diketahui. Dimana Sukamto Sayidiman menerima sebuah bingkisan.
Acara lainnya adalah acara yang diadakan oleh BNI. Ya, bank terkenal itu Bank Negara Indonesia (saat itu masih bernama BNI 46). Acara ini dihadiri oleh para petinggi bank tersebut seperti Presiden Direktur Dr. Soeharto, Wakil Presiden Direktur R.M.S. Kertopati beserta istri, Direktur S. Parmopranoto dan Hasan Satir S.H.
Padmo Soemasto menerima kenang - kenangan dari (kemungkinan) Nyonya Kertopati. Pada latar belakang terdapat papan tulis yang memuat jadwal acara dan tercantum nama para pejabat BNI |
Padmo Sumasto menerima pemberian dari entah Wakil Presiden Direktur Kertopati atau Direktur Parmopranoto |
Kemudian beberapa perwakilan PBSI di antaranya Olich Solichin berpose dengan kenang - kenangan yang mereka terima.
Perhatikan vandel BNI yang diterima oleh salah seorang perwakilan PBSI, logo yang dipakai pada vandel tersebut adalah logo BNI lama.
Foto berikutnya adalah foto bersama dengan perwakilan PBSI lainnya. Terlihat Ferry Sonneville dan Tan King Gwan.
Di sebelah kiri Ferry Sonnevile terlihat Presiden Direktur BNI Dr. Soeharto |
Jika kita perhatikan, Tan king Gwan memakai 2 medali pada jasnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kedua medali tersebut adalah Bintang Jasa dan Satyalancana Kebudayaan. Satyalancana Kebudayaan disini kemungkinan adalah tanda penghargaan pertama yang didapat oleh Tan King Gwan. Namun uniknya, Ferry Sonneville tidak memakai medalinya.
Jadi beginilah sejarah kecil Piala Thomas pada tahun 1964 melalui hasil bidikan juru foto PBSI yang tidak dikenal ini. Semoga bisa menambah wawasan sejarah olah raga Indonesia anda semua.
Usia: 1964
Tidak ada komentar:
Posting Komentar