Label

Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Tampilkan postingan dengan label kapal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kapal. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Desember 2019

Aden dan BIN

Dari Djibouti, sang penulis akhirnya tiba di Aden. Ada beberapa informasi tambahan menarik tentang kondisi kapal Zeeland dan tentang penumpang lainnya.

Rabu Legi, 656-65/25. Februari 25, 1959 D.16 

Tinyku yang kusayangi banget. 
Selasa kemarin tanggal 24/2 jam 9, kami sudah melihat pantai Somaliland yang berupa pegunungan yang berderetan. Hawa di luar terasa panas sekali. Di dalam kamar - kamar ada air conditioner jadinya enak. Antara jam 11 kapal sudah berada di pelabuhan Djibouti. Kapal berlabuh di pelabuhan baru, saat terakhir aku tiba belumlah ada. Dulu kapal dirapatkan di pelabuhan bagian dalam, tetapi sekarang ada di luar. Wah di luar panasnya terik sekali.Habis makan, orang - orang akan pergi ke kota tapi aku tidak ikut karena panas sekali (aku takut kulit semakin gelap). Aku ya juga pernah ke sana jadi ya bimbang. Aku melihat keluarga Dobbs, keluarga Antonio Blanco dan Louisa turun dari kapal yang kemudian berjalan keluar dari pelabuhan. Di Djibouti tidak ada imigrasi formal. Kami yang tinggal di kapal yaitu keluarga Kellermans, Nona Shepley dan aku melambaikan tangan kepada mereka yang pergi ke kota. Aku lihat mereka sedang tawar menawar tarif taksi ke kota, kemudian aku masuk kamar akan tidur sekalian membaca. Setelah melepas baju juga eh kok malah penasaran ingin lihat hasil tawar menawar tadi. Aku kemudian bersolek lagi, keluar dan melihat orang - orang tadi ternyata masih berdiri di jalan keluar. Mereka belum selesai tawar menawar. Tidak lama kok mereka kembali, ternyata mereka tidak jadi ke kota. Katanya karena taksinya minta tarif 10 dolar pulang pergi (1 dolar sama dengan 250 francs).Jam 6 sore semuanya sudah selesai dan siap berangkat. Jam 6.30, kami sudah meninggalkan Djibouti yang saat itu terlihat berkerlip dari kejauhan. Oh ya, aku ingin bercerita sedikit.Hari itu sebelum kapal berangkat, sekitar jam 6 sore, aku berdiri di dek sembari melihat jalan di pelabuhan yang terkadang muncul mobil sedan atau scooter yang dinaiki 2 sejoli. Hawa termasuk hangat. Pemandangan ini mengingatkanku saat di Semarang. Malah terkenang masa itu saat kerja di kapal. Pakaian dan makanan tidak cukup, hidup serasa terlunta - lunta. Rasanya mengalami itu kembali.Hari ini, subuh sekitar jam 4 sudah tiba di Aden. Jam 5 aku keluar, melihat pemandangan Aden di pagi hari yang tersorot rembulan terlihat cantik. Di belakang kota yang berkerlip terlihat gunung hitam, di pucuknya terdapat lampu pula. Saking tertariknya aku ingin melihat pemandangan pagi hari, aku tidak tidur lagi tetapi mandi dan bersolek. Di Aden ini keluarga Kellermans, Nona Shepley dan Louisa Abib Khan turun dan meneruskan perjalanan mereka masing - masing.
Pelabuhan Aden tahun 1952.
Sumber

Kami mendapat kabar bahwa kapal akan berangkat pada siang hari dan penumpang diberi kelonggaran untuk pergi ke kota hingga jam 1 siang. Pagi ini sehabis kapal kami ditambatkan di buoy, tiba kapal penumpang "Australia". Ternyata mereka membawa penumpang Indonesia, siswa BIN yang akan pendidikan ke Jerman Barat semuanya berjumlah 20 orang. Aku bertemu siswa tadi di pasar Aden. Aku juga bertemu dengan keluarga Soekarno yang membawa 3 anak dan 1 pembantu di kedutaan, mereka akan menuju ke Jeddah. Mereka bilang rumahnya ada di Blok A Kebayoran.
Pasar Aden tahun 1960an.
Sumber

Hawa Aden panas dan terik, kondisi kota juga tidak menyenangkan. Kurang tahu bagian lainnya karena aku tidak melihatnya.Kembali ke kapal naik perahu bersamaan dengan siswa yang juga akan kembali ke kapal "Australia". Sekitar jam 2 siang kapal sudah siap melanjutkan perjalanan, sekarang menuju Indonesia. Belum sebentar kapal sudah berangkat diikuti kapal "Australia" yang cuma sampai di luar pelabuhan. Kapal berbelok ke Timur, "Australia" berbelok ke Barat.Hingga malam ini keadaan laut enak sekali, tidak bergoyang sama sekali. Semoga ini tetap bertahan hingga tiba di Jakarta. Meski kondisi kapal tenang namun perasaan penumpang tidak tenang, terbilang tegang. Sekarang penumpang yang tersisa selain aku adalah: keluarga dari Chicago yang bernama Dobbs, keluarga seniman Antonio Blanco dan keluarga Gardiner beserta anaknya yang akan pergi ke Australia. Gardiner ini anti sosial dan dicap kurang Gentlemen. Keluarga ini tidak mau berbaur dengan penumpang lainnya seperti kami ini. Penumpang lainnya bisa bergaul dengan lainnya. Pagi tadi ada insiden kecil yang mengakibatkan adanya ketegangan antara Gardiner dan Blanco. Sang suami Gardiner tidak dihiraukan oleh para penumpang karena sikapnya yang merasa benar sendiri.Jadi ini cerita pelayaran hingga hari ini, semoga saja di hari berikutnya ketegangan tadi tidak semakin memburuk.   

Dari cerita sang penulis kita bisa melihat bahwa Aden menjadi hub pelayaran dunia. Dari kapal Australia yang kemungkinan adalah MS Australia dari Lloyd Trestino hingga para penumpang SS Zeeland yang turun dan menumpang kapal lainnya. Tentang MS. Australia, kapal ini pertama kali berlayar pada tahun 1950 dengan tujuan Italia - Australia. Kapal ini terbilang spesial karena Australia adalah kapal buatan Italia pertama Lloyd Trestino pasca Perang Dunia II. Australia terakhir kali berlayar ke Australia pada tahun 1963 karena Lloyd Trestino membuat kapal yang lebih besar. Berikutnya kapal ini berubah nama menjadi Donizetti dan berlayar hingga tahun 1976 karena konsumen lebih memilih perjalanan menggunakan pesawat seperti Boeing 747 Jumbo Jet. Setahun kemudian kapal dibesi tuakan. 
MS. Australia
Sumber:
Ebay

Ini untuk pertama kalinya mendengar kata air conditioner dari orang Indonesia pada masa lampau. Akan sangat menarik jika kita bisa melihat pendapat mereka yang baru pertama kali mencobanya di Indonesia. Saya masih belum menemukan apa kepanjangan BIN disini. Sepertinya tidak mungkin BIN adalah kependekan dari Badan Intelijen Negara karena saat itu BIN masih bernama BKI (Badan Koordinasi Intelijen). Bisa jadi BIN disini ada hubungannya dengan pelayaran.
Selain itu pula sangat unik bisa melihat bahwa seniman terkenal kita yaitu Don Antonio Blanco bisa mengalami ketegangan dengan penumpang lainnya. Perjalanannya kembali ke Indonesia tidak setenang yang kita bayangkan.


Usia: 1959

Jumat, 01 November 2019

Menuju Djibouti

Setelah dari Port Sudan, sang penulis masih dalam perjalanannya di Laut Merah menuju Djibouti. Kita bisa melihat bagaimana penderitaan seseorang untuk menawarkan rasa kangen sebelum masa internet. Saat itu, sang penulis hanya bisa memuaskan dahaga kangen dengan secarik foto dan uneg - uneg surat. Mereka juga berharap agar surat dan kapal bisa tiba di tujuan tepat waktu.

Senin Wage, 654-67/27. Februari 23, 1959 D.15 
Laut Merah menuju Djibouti 
Lanjutan surat No. 5 
Tiny yang kukangeni banget, 
Tadi malam aku tidur sore, karena badan terasa capek. Jam setengah 10, aku sudah tidur nyenyak. Karena capek ya tidur rasanya nyenyak. Sampai pagi ini rasanya agak malas. 
Hari ini tidak ada kejadian yang luar biasa. Siang tadi, hawanya pengap sekali dan panas. Kami juga bertemu dengan kapal - kapal. Sore tadi jam 7 kurang seperempat bertemu dengan sebuah kapal yang kemudian bertukar berita dengan lampu. Bulan pada tanggal 15, bulat sekali dan terlihat besar serta terang. Kalau menurutku, pemandangan seperti ini cocok untuk dinikmati dan membuat hati nyaman. Laut bersinar karena disorot sinar bulan yang sangat terang. Tidak ada mega sedikitpun dan kapal bergerak diam. Sangat cantik. 
Aku sampai ini tetap kangen denganmu Tiny. Tiap hari tidak lupa menghitung hari yang memisahkan kita. Kalau tidak ada apa - apa dan kalau kapal bisa sesuai dengan jadwalnya, akan tersisa 21 hari sebelum aku bisa bertemu denganmu lagi.Tapi kupikir akan terlambat 1 atau 2 hari. Kalau ini terjadi, tidak apa - apa ya. Yang penting bisa selamat bertemu kembali. Fotomu masih terus kupandangi. Kukira kau cantik sekali. Kepala agak miring kekiri seperti orang tengeng, tapi malah membuat manis kok. Totom juga ternyata ikutan miring, semakin tampan.
Candi Borobudur tahun 1950-an.
Sumber
 
Di kapal ini, yang bersamaku ada keluarga Amerika dari Chicago, aku sudah pernah cerita kan. Mereka pergi ke Bali dan akan menginap 2 minggu. Aku rasa kok sia - sia sekali kalau di Indonesia 2 minggu tapi tidak melihat Borobudur. Semestinya mereka bertanya, ya juga sudah kuberi petunjuk arah ke Borobudur. Akan lebih baik kalau aku menawarkan diri mengantar mereka ke sana. Aku ya juga belum pernah ke sana pula (kamu apa sudah ?), jadi sekalian melihat. Jika bisa, kurencanakan antara tanggal 5 - 9 April aku di Yogya menjemput keluarga tadi. Tapi sampai kutulis surat ini, belum ada keputusan dari mereka. 
Tentang liburan kita, aku ingin dari tanggal 1 April sampai tanggal 16 April. Kira - kira kamu cocok apa tidak? Bagaimana nanti pembagiannya bisa kita diskusikan bersama. 
Tiny, suratku ini kusudahi dulu. Kalau saja surat ini bisa menjadi pelanjut dari yang Laut Merah. Nanti sebelum tiba di pelabuhan, aku tulis surat lagi. Sudah ya, cup. 
Masmu kangen banget. 


Usia: 1959

Selasa, 01 Oktober 2019

Berkeliling di Port Sudan

Kali ini sang penulis tiba di Port Sudan. Perjalanannya di kota ini hanyalah singkat namun dengan unik dia membandingkan beberapa bagian kota dengan Indonesia. Seperti Kebayoran yang berada di Jakarta dan Pasar Pon di Solo.

Minggu Pon, 653-68/28. Februari 22, 1959 D.14 
Laut Merah, Port Sudan - Djibouti 
Surat No. 5 
Tinyku yang sangat kukangeni, 

Sumber
Pagi ini, tadi jam 6 kapal sudah masuk ke pelabuhan Port Sudan dan sejak itu selalu bongkar muat. Tempatku tidur tadi malam enak sekali, mimpi para penumpang sedang mogok tidak mau makan. Tiap harinya diberi roti saja dan tidak pernah berubah (kenyataannya tidak seperti itu). Kapten memanggil polisi, lha kok aku yang dituduh memprovokasi mogok. Wah kok mimpinya lucu. Saking enak tidur, sampai malas aku bangun. Karena sudah jam 7 ya kupaksa bangun, mandi, bersolek kemudian keluar. Hawanya disini enak, banyak angin, sepoi sekali di badan, membuat dingin. Setelah sarapan, kami para penumpang kemudian turun ke kota.
Perlu sebagai catatan, disini akan kuberitahu jika di Port Sudan tidak ada pemeriksaan Imigrasi seperti di pelabuhan - pelabuhan Mesir dan Tripoli. Jadi turun dari kapal itu saja, dan keluar dari pelabuhan ya tidak diperiksa apa - apa. Area pelabuhan dengan kota dipisah dengan teluk, kami menumpang perahu menyeberang ke pinggir. 
Kesan pertama, sepertinya kotanya bersih. Di pelabuhan terlihat bersih, dan orang - orangnya murah senyum dan ramah. Tidak seperti di Alexandria, Port Said, dan Jeddah. 
Turun dari perahu, kami tiba di area kota yang termasuk baru dan modern. Rumah - rumahnya bagus seperti di Kebayoran, halamannya luas - luas dan banyak tanamannya. Sampai di perempatan, kami bertemu dengan dua orang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Sepertinya mereka anak orang Inggris. Aku memberi salam good morning kemudian menanyai mereka jalan mana yang menuju ke pasar. Keluarga Dobbs yang dari Chicago bertanya lokasi English Church. Sehabis diberitahu dan kami mengucapkan terima kasih, kami berjalan kaki menuju gereja yang lokasinya lebih dekat. Sepertinya masih terbawa suasana hari Minggu, jalan terlihat sepi. Panasnya minta ampun, tetapi sejuk karena angin. Kami masuk melihat bagian dalam gereja. Bertemu dengan pendeta dan anak - anak yang sedang melakukan sunday school. Ada anak perempuan yang bermain organ. Disana kami hanya sebentar, mendengar anak - anak yang bernyanyi. 
English Church Port Sudan.
Sumber: Alamy


Sehabis itu kami pamit dan keluar. Dari sana, kami menuju ke Park. Wah enak sekali rasanya, bersih dan rapi, karena diatur dengan benar. Kalau yang seperti aku senang banget. Bagian kota yang ada pertokoannya, tidak bagus dan ataupun rapi. Kalah bagus dengan Pasar Pon. Sehabis capek berkeliling sekitar jam 12, kami pulang ke kapal dengan naik taksi. 
Wah lama tidak berjalan kaki dengan berpanas - panasan, wajahku terasa panas dan kaki capek. Habis makan, aku langsung berbaring sambil membaca. Saat mata terasa berat, aku teruskan tidur saja. Jam setengah 4, aku sudah bangun lagi. Kukira kapal sudah selesai bongkar muat dan sudah akan berangkat. Saat aku turun, kok masih sibuk bongkar muatnya. Akhirnya jam 5, bongkar muat semuanya selesai. Kapal kemudian angkat sauh dari pinggir pelabuhan. Jam setengah 6, sudah berangkat menuju Djibouti. Bulan terlihat bulat, cantik menawan. Anginnya sejuk sekali.


Usia: 1959

Minggu, 01 September 2019

Singgah di Jeddah

Setelah singgah di Port Said dan melewati Suez, kali ini sang penulis singgah di Jeddah. Catatan yang saya tampilkan disini sedikit. Ini karena sebagian besar catatan asli lebih mengenai hubungan personal yang kurang elok ditampilkan disini.

Sabtu Pahing, 652-69/29. Februari 21, 1959 D.13 
Barges di London dekade 1950an.
Sumber
Tinyku yang aku kangeni banget. 
Seusai dua hari dan dua malam menyeberangi Laut Tengah, pagi ini jam 7 sudah tiba di Jeddah. Pelabuhan Jeddah itu tidak seperti Tanjung Priok, tetapi pelabuhan yang blak - blakan. Maksudnya kapal yang berlabuh harus ditengah saat menurunkan jangkar. Dari daratan dikirim perahu besar yang disebut "barges". Disitu barang yang akan dibongkar, diterima dan ditumpuk kemudian dikirim ke daratan. Orang - orang buruh di Jeddah bekerjanya cepat, tapi ya terlihat kasar. Aku sampai khawatir banyak barang yang rusak. 
Jam 2 siang, semua barang sudah selesai dibongkar. Katanya total 300 ton. Akan tetapi kira - kira jam 4 sore, kapal bisa menarik jangkar dan berangkat kembali. Sekarang menuju ke Port Sudan, jika saja besok pagi sudah tiba disana.


Usia: 1959

Kamis, 01 Agustus 2019

Dari Port Said dan Terusan Suez hingga Laut Merah

Setelah terkekang di Alexandria, akhirnya sang penulis mendarat di Port Said dan Terusan Suez.

Lautan Merah, Februari 20, 1959 
Suez - Jeddah 

Tinyku yang aku kangeni banget, 
Sejak tanggal 13 ini aku tidak membuat catatan harian, sampai sekarang. Ada lagi yang tidak kubuat yaitu surat untukmu dari Port Said dan dari Suez. Karena banyak kejadian yang mengambil perhatianku, seperti ingin melihat jalannya kapal saat masuk atau keluar dari pelabuhan; lalu lintas kapal di Suez Canal; dan lain - lainnya. Itu semua kupotret dan kurekam film, jika nanti kita bisa lihat gambar - gambar tadi.
Pelabuhan Port Said.
Sumber

Pedagang perahu.
Sumber
Masjid Al - Abbas.
Sumber: E-bay
Dari Alexandria kami berangkat jam 5 sore. Diantara jam 3 pagi sudah tiba di depan Port Said, jam 6 kami sudah masuk. Kukira kami tidak berlabuh di pelabuhan melainkan lego jangkar di muka pelabuhan. Sepertinya kota Port Said menarik sekali, terlihat di kartu pos yang kukirim bersamaan dengan surat ini. Para pedagang menawarkan dagangannya dari perahu kecil. Bahkan ada yang menumpangi kapal barang. Dagangannya dijual di dek kapal. Aku ingat permintaanmu, kemudian kubeli permadani kecil serupa dengan yang di Blok S, yang dipasang di tembok. Aku beli 2 buah dan gambarnya berbeda. Kelak bisa dipasang di lokasi pilihanmu yang paling bagus. Siang setelah makan, kami penumpang bersama - sama turun dari kapal ke kota. Berkeliling melihat masjid, gereja dan toko - toko. Kami beristirahat di restoran, di sana aku bertemu dengan keluarga Indonesia yang bekerja di kedutaan besar di Kairo. Kata mereka, mereka baru saja mengantar Duta Besar yang baru saja
Duta Besar Indonesia
untuk Mesir
Mahmud Lamako Latjuba.
Sumber

pulang ke Indonesia menumpangi kapal penumpang Italia (Lloyd Triestino). Saat kami pulang ke kapal, aku melihat kapal penumpang tadi. Putih dan besar sekali, cantik untuk dilihat. Pelabuhan sangatlah ramai, suara para pedagang yang menawarkan barang sangatlah nyaring, penumpang dan para pengantar terlihat banyak pula. 
Sebagai catatan yang akan kuceritakan disini, saat turun ke kota Port Said, yang memiliki uang Mesir hanya aku semata. Karena cuma akulah yang menukarkan uang, lainnya tidak mau. Saat di restoran untuk minum dan makan biskuit, aku yang membayar. Saat naik perahu dari kapal dan saat kembali, aku juga yang membayar. Saat kembali di kapal, setelah melalui penghitungan, uangnya dikembalikan kepadaku dengan uang Dolar. 
Paginya jam 7 tanggal 18 Februari, kami sudah siap meneruskan perjalanan mengikuti konvoi melalui Suez Canal. Sebuah kebetulan perjalanan ini dilakukan siang hari, kami bisa melihat pemandangan Suez Canal. Konvoi panjang sekali, Zeeland di nomor 15, dan di belakangnya masih ada kapal yang mengikuti. Mungkin kalau tidak salah ada 7 kapal, total semuanya 22 kapal. Saat tiba dekat danau Great Bitter Lake, bertemu dengan konvoi yang datang dari Suez. Wah banyak sekali kapal - kapal besar berkumpul disini. Saling menunggu, kira - kira ada 100 kapal. Setelah berhenti beberapa jam, kami bisa melanjutkan perjalanan pada jam 17:00. Lalu malam hari tiba, melalui terang rembulan, aku bisa melihat pemandangan kiri dan kanan. Sekitar jam 21:30, kami sudah tiba di Suez, kemudian berhenti dan berlabuh di luar pelabuhan. Kemudian dilanjutkan dengan bongkar muat. Di sekitar kami, banyak kapal yang berlabuh, lampu kapal berkerlip menyenangkan hati.
SS Zeeland.
Sumber
 Pagi sekitar jam 7 tanggal 19 Februari, kapal sudah siap meneruskan perjalanan dari Suez menuju Jeddah. Kiri dan kanan Teluk Suez ini terlihat pegunungan jazirah Sinai dan Afrika. Sampai sore, kami melihat pemandangan yang kumaksud. 
Kami mencari lokasi yang zaman dulu kira - kira dipakai oleh Nabi Musa menyeberang saat dikejar oleh kaum kafir di Mesir. Tetapi tidak ketemu meski sebelumnya sudah diberitahu bahwa di Suez ada tanda 7 buah batu oleh juru mudi. Seharian jalannya kapal, enak sekali dan tidak bergoyang. Malamnya terang rembulan, tetapi aku tidak keluar. Duduk saja di dalam sembari mendengar radio the Voice of America. Malamnya kami sudah meninggalkan Teluk Suez dan sekarang tiba di Lautan Merah. Katanya teman, di Laut Merah itu saat pagi antara jam 3 langit terlihat merah di sisi timur. Aku pagi tadi jam setengah 4 bangun untuk mengecek, tetapi tidak melihat apa - apa. Mungkin saja karena mendung jadinya langit tertutup. Karena kangen tidur denganmu, aku tidur lagi sampai bangun jam setengah 7.
Sumber

Tanggal 20 Februari diawali sinar matahari yang sangat terik, langit terang benderang. Usai bersolek, aku kemudian turun ke dining room untuk sarapan. Kuceritakan apa saja yang harus dimakan saat pagi hari. Yang pertama harus diminum adalah juice, yaitu sari buah (jeruk diperas airnya); kemudian roti dengan selai atau keju; telur dadar atau telor goreng; minumnya kopi susu. Usai sarapan kemudian kembali ke atas lagi ke dek penumpang. Jalan - jalan di luar untuk berpanas - panas atau main ping pong.Ini tadi jam 10 pagi ke tempatnya kapten, mendengarkan tape - recorder. Jam setengah 12 kembali turun (kamar kapten di atas). 
Di bawah ini, summary posisi harian kapal. 
17 Februari - 06.00 Tiba di Port Said 
18 Februari - 07.00 Berangkat menuju Suez melalui Suez Canal 
19 Februari - 07.00 Berangkat dari Suez menuju Jeddah 
20 Februari -  24.08 Lintang Utara dan 36.36 Bujur Timur - 371 mil.
Sumber

Tiny, cukup ini saja. Besok jika tidak ada apa - apa, kuteruskan menulis lagi. Oh ya, di Port Said aku tidak menerima surat darimu. 
Sudah ya.

Inilah kisah perjalanan di Terusan Suez. Dari sini ternyata misteri kapal Zeeland terjawab. Kapal tersebut tidak lain ditumpangi oleh sang penulis sendiri. Kapal dengan bobot 8372 ton tersebut dibuat pada tahun 1946 dan dipensiunkan tahun 1971. Kapal milik maskapai Rotterdamsche Lloyd ini terlihat melanglang buana ke penjuru dunia. Dari Papua Nugini, Tanjung Priok, Hollandia (Jayapura), Aqaba, San Fransisco, St Lawrence hingga Pearl Harbor.


Usia: 1959

Senin, 01 Juli 2019

Masih di Alexandria

Setelah sudah setahun, saatnya saya melanjutkan diary kembali.  :) Selagi menunggu komputer bisa aktif lagi.
Sama seperti entry terakhir kali, catatan berupa surat dan bukannya uneg - uneg.

Laut Tengah, Alexandria - Port Said 
Februari 16, 1959 

Tinyku yang kukangeni banget, 
Tadi malam bongkar muat tidak bisa selesai, dikarenakan kelelahan dan hujan. Pagi ini baru bisa dilanjutkan. Meski begitu, udara sangat baik dibanding tadi malam. Akan tetapi aku sudah tidak ingin mengunjungi kota Alexandria lagi. Karena saat aku berkeliling malamnya, kulihat jarak kapal dari pelabuhan jauh. Selain itu pula, jalan di pelabuhan juga becek dan hujan yang tidak menentu. Di kapal, aku hanya bisa main ping pong dan membaca. Kupinjam buku milik pelayan, Tafsir Al-Quran milikku juga kubaca. 
Sore ini tadi jam 5, kami sudah meninggalkan dermaga. Keluar di pelabuhan pada pukul setengah 6, kami meneruskan perjalanan ke Port Said. Jika lancar, fajarnya kami sudah tiba disana. Jika tidak ada apa - apa pula, sorenya berangkat melewati Suez Canal di Suez. Wah jika lewatnya malam hari ya disayangkan tidak bisa berkamera. Jika terjadi, ya tidak apa - apa. 
Tiny, aku akan sedikit mengingatkan. Kelak jika menjemputku di pelabuhan Priok (Tanjung Priok), aku dibawakan buku kamus bahasa Inggris - Indonesia. Belikan kamus itu tadi: Inggris - Indonesia / Indonesia - Inggris, akan kukirimkan ke Tom White. Dia vice manager (assistent manager) Inward Freight Funch Edye; bukunya akan kutitipkan kapal Zeeland yang sepertinya kembali ke New York sehabis bongkar muat di Indonesia. Selain itu, belikan kartu yang gambarnya Serimpi atau pemandangan Indonesia. Nanti kutulis sebagai pengantar buku. Dikemas tapi jangan dilem. Jangan lupa ya? 
Dibawah ini kucantumkan lagi posisi kapal. Melanjutkan suratku tanggal 11 Februari. 
12 Februari - Tripoli 
13 Februari -  32.56 Lintang Utara dan 13.13 Bujur Timur
Sumber

14 Februari - 32.27 Lintang Utara dan 24.47 Bujur Timur
Sumber

15 Februari - Alexandria 
16 Februari - Alexandria 

Sudahan dulu ya Tiny, besok jika jadi menerima surat darimu yang kau kirim ke Port Said, kubalas lagi. Doaku untukmu agar diberi keselamatan dan kecupku untuk Totom yang tampan. Serta cintaku kepadamu siang maupun malam.


Usia: 1959

Minggu, 01 Juli 2018

Surat di Alexandria dan si Blanco

Setelah Tripoli, sekarang giliran sang penulis singgah di Mesir. Tepatnya Alexandria!

Alexandria , Februari 15, 1959. 
Tinyku yang aku kangeni.Wah aku senang sekali, hari ini tadi sehabis kapal merapat, aku mendapat surat darimu yang isinya fotomu dan Totom. Aku senang sekali, sejak lihat sekilas sudah diduga fotonya akan bagus sekali. Tiny terlihat cantik dan Toto terlihat tampan. Seharian ini fotomu kupandangi terus. Seperti tidak mau lepas.Oh, kok kasihan sekali, jatuh dari becak. Bagaimana kok bisa selip? Jangan - jangan melaju terlalu cepat. Seharusnya sekarang sudah sembuh kan?Bagaimana tugas di Solo, apa sudah selesai dengan baik? Totom apa diajak? Kalau tidak, nanti kasihan. Apa dititipkan di Blok S.? Bagaimana kondisi Solo?Aku berterima kasih kau beritahu kalau Roelijan sudah mempunyai menantu. Dibawah ini nama dan alamat Agen S.S. Zeeland di Singapura:
Rotterdam Trading Co. (Malaya) Ltd.
Shipping Department
P.O.Box 1522
Singapore.
Pagi ini sudah tiba di Alexandria sekitar jam 6, tapi jam 9 baru bisa merapat.
Sumber: Pinterest
Tiap penumpang punya rencana pergi ke Kairo, aku ya ikut. Pagi - pagi kita sudah siap, membuat bekal sandwich juga. Sayang sekali 3 hari terakhir ini Alexandria hujan terus, jadi sejak pagi ya hujan deras, membuat hati tidak enak dan tidak senang. Aku sendiri juga kurang yakin dengan rencana itu, tapi ya dibatinku, selagi sudah sampai di Mesir sekalian ingin melihat Piramid. Ternyata, mungkin karena sudah dikehendaki Allah, sudah jam 12 kok masih di Alexandria. Ini tidak jadi sebab tarif ke Kairo untuk melihat Piramid sebesar 45 dolar, sebelumnya katanya hanya 18 dolar, jadi ya dibatalkan. Tetapi aku juga tidak kecewa, soalnya bisa membaca dan melihat fotomu.Malam ini kami masih di Alexandria, jika semua hal sudah kelar, mungkin nanti malam atau besok pagi berangkat menuju Port Said. Aku juga menunggu menerima surat seperti yang sudah kamu janjikan. Oleh Mr. Blanco seniman dari Bali, di Bali kamu dibilang cantik, Totom juga dibilang tampan, awet tahan lama. Mungkin kamu bisa bertemu dengan keluarga Blanco saat kamu menjemput aku di Priok.Tiny, untuk menghemat biaya, surat ini cukup ini saja. Lain hari dari Port Said dilanjutkan lagi. Sudah ya, cup.

Sebelum saya menyudahi catatan untuk bulan ini, ada info menarik dari catatan diatas.
Yang pertama adalah agen SS Zeeland di Singapura. Saat saya cek, tidak ada nama kapal yang eksis pada masa itu. Yang mendekati adalah SS Nieuw Zeeland yang tenggelam pada Perang Dunia II. Satu - satunya kapal yang cocok dengan kriteria ini adalah SS Nieuw Holland. Saat itu karena hubungan Indonesia dengan Belanda yang mendingin, mengakibatkan perusahaan pelayaran yang menaungi kapal tersebut menghentikan operasional. Alhasil Nieuw Holland setelah berlayar ke Australia, India, dan Malaya; singgah di Singapura sebelum melanjutkan perjalanan ke Hong Kong untuk dibesituakan. Tanggal singgah kapal tersebut memang mendekati dengan tanggal sang penulis menulis surat. Ada kemungkinan untuk penamaan agen, Belanda bisa saja memilih Nieuw Zeeland karena kenangan jasanya.
Informasi kedua adalah apakah anda bisa menebak siapakah Mr. Blanco disini? Seniman dari Bali atau lebih tepatnya yang akan kembali ke Bali. Ya, Blanco disini tidak lain ialah Antonio Maria Blanco atau Don Antonio Blanco! Pelukis berdarah Amerika yang terkenal itu!
Saat itu Blanco beserta istri Balinya yaitu Ni Ronji baru saja kembali dari perjalanan keliling Amerika selama 2 tahun lamanya. Saat dia kembali ke Indonesia, secara kebetulan dia satu kapal dengan sang penulis diary ini.
Terkadang sebuah peristiwa penting tersaru dalam catatan harian yang terkesan remeh ...
Antonio Maria Blanco dan Ni Ronji pada tahun 1957
Sumber


Usia: 1959

Jumat, 01 Juni 2018

Singgah di Tripoli

Untuk kali ini, sang penulis akhirnya tiba di Tripoli. Di ibukota Libya tersebut, dia sempat berkeliling di kota tersebut. Menurut catatan, sang penulis seakan terpesona dengan keeksotisan kota di Afrika Utara itu.

Kamis Pon, 643-78/39. Februari 12, 1959. D.12 
Tiny-ku yang aku kangeni banget, tadi malam sudah diumumkan oleh pimpinan kapal kalau hari ini akan sampai di Tripoli (Libya) dan tadi malam jam 22:00 diadakan penutupan penerimaan surat - surat yang akan diposkan di Tripoli. Aku tadi malam juga menulis surat untuk kamu, dan ke direksi Djakarta Llyod dan ke saudara Haznam.
Sumber
Pagi - pagi ini diantara jam 06:45, aku bangun mendadak ingat kalau sebentar lagi tiba di Tripoli. Aku menengok keluar, benar lampu Tripoli terlihat cemerlap. Aku kemudian keluar ke salon, melihat dari sana. Kemudian aku ingat kalau ada orang lain yang ingin melihat lampu - lampu Tripoli. Lalu aku membangunkan keluarga seniman yang akan kembali ke Bali.
Sekitar jam 07:00 kapal sudah merapat. Kota Tripoli terlihat jelas dari kapal, menurutku kok seperti lokasi di gambar cerita 1001 malam. Banyak menara dan kubah bundar, hiasan mosaik, jendela dan gapura yang melengkung. 
Sumber
Para penumpang diberi kesempatan turun dari kapal untuk melihat kota Tripoli. Paspor distempel izin mendarat oleh Pegawai Pemerintah Tripoli. Kami turun dan berjalan bersamaan ke kota, untung tidaklah jauh. Anginnya enak sekali sama seperti saat musim semi, matahari bersinar terang tetapi angin terasa sejuk. Yang menarik perhatian yaitu kereta keledai dan kereta yang bentuknya cantik. Atapnya berbentuk melingkar jadi bukan persegi, seperti halnya kereta kuda Solo. Kita ada didekat benteng tua dan berfoto disitu. Kemudian berjalan ke pusat kota, menukar uang, membeli kartu pos bergambar dan mengambil foto. Saat selesai kemudian kami berpisah, aku bersama dengan keluarga Amerika yang keliling dunia. Keluarga ini namanya Dobbs.
Sumber
Kami bertiga melihat lokasi kota tua yang letaknya di dalam benteng tua. Ada pekerjaan tangan macam - macam seperti hiasan kuningan, perak, kulit hewan,permadani, tenun dan lain sebagainya. Jalannya sempit - sempit seperti jalan yang ada di Kauman di Solo. Disini juga ada masjid, tetapi kami tidak bisa masuk ke ruangan sembahyang karena pada jam itu dikunci. Kemudian melihat ke bagian lainnya di dalam benteng yang sekarang sedang ditata untuk dibuat menjadi museum. Di dalam ini tempatnya bersih enak dipandang mata. Ditiap tempat seperti halaman atau taman pasti ada bendera atau air mancur. Aku senang sekali di dalam sini. Kami juga pergi ke perpustakaan, diterima oleh 2 orang pria Italia yang tidak bisa bahasa Inggris. Jadinya berbicara dengan 2 bahasa, kami memakai bahasa Inggris, mereka berbicara bahasa Italia. Anehnya kok bisa saling mengerti. Mereka juga mengerti Presiden Soekarno dan kepulauan Indonesia. Sudah pasti, aku dan keluarga Dobbs mengambil foto disitu. Sekitar 13:30 kami kembali ke kapal, karena sore harinya kapal akan berangkat lagi.
Antara jam 18:00 kapal berlayar dari samping kemudian dengan bantuan 2 kapal tunda diputar keluar. Di antara jam 18:30 sudah tiba di luar pelabuhan, kemudian full ahead ke Alexandria. Hari Sabtu atau hari Minggu sudah tiba di Alexandria.
Sumber


Usia: 1959

Selasa, 01 Mei 2018

Posisi Kapal Part 3

Untuk bulan Mei ini, kita kembali ke posisi kapal. Namun berbeda dengan bulan Maret, kali ini posisi kapal hanya berjumlah 2 buah saja.
Selasa 10 Februari 1959, posisi 37.04 Lintang Utara dan 05.26 Bujur Timur. Perjalanan dalam jarak 383 mil.
Sumber

Rabu tanggal 11 Februari 1959, posisi 36.17 Lintang Utara dan 11.39 Bujur Timur. 332 mil sudah dilalui sejak 24 jam terakhir.



Usia: 1959

Minggu, 01 April 2018

Selat Gibraltar

Untuk catatan kali ini, akhirnya penulis menyatakan dia sebentar lagi sudah keluar dari samudera dan memasuki benua. Benua Afrika tepatnya. Uniknya dia menyebut Rock of Gibraltar dengan pegunungan Spanyol. Mungkin orang Inggris tidak akan menerima sebutan tersebut tapi dilain pihak orang Spanyol akan senang sekali mendengarnya ...

Senin Kliwon, 640-81/42. 9 Februari 1959.
Tiny-ku, pagi ini tadi sekitar jam 4, kapal sudah melewati Gibraltar dan masuk ke Laut Tengah. Hanya sayang, tidak bisa melihat kota Gibraltar, hanya bisa melihat lampu - lampu saja. Aku pagi - pagi jam 6 sudah bangun, kemudian mengambil foto matahari terbit di Laut Tengah, karena langitnya bersih sekali serta pemandangannya yang cantik. Di sisi kiri yaitu bagian Utara terlihat pegunungan Spanyol yang puncaknya tertutup salju, sungainya tenang dan biru, kapal - kapal saling lalu lalang, hawanya juga enak.
Rock of Gibraltar, bulan April 1959.
Sumber

Hari ini kapal sudah sampai di Lintang Utara 36.14, Bujur Barat 2.29. Jarak yang sudah dilalui 403 mil.
Sumber

Siang hari, hawa semakin dingin, banyak angin, serta ombak ya semakin terasa. Makannya tidak enak, tidak seperti dulu. Untungnya aku sudah agak terbiasa makan roti alhasil perutku bisa terisi jika makan roti.
Kalau tidak ada halangan, nanti tanggal 12 sudah tiba di Tripoli, persinggahan pertama sejak dari New York. Insya Allah kira - kira sebulan lagi sudah sampai di rumah. Aku selalu membayangkan rumah, saat malam sebelum tidur, aku melihat foto - fotomu dan Totom. Sudah kangen banget. 


Usia: 1959

Kamis, 01 Maret 2018

Posisi Kapal Part 2

Untuk post kali ini, kita kembali ke posisi kapal. Karena catatan harian berisi laporan tersebut belaka. Maka kali saya akan memperlihatkan 3 catatan laporan kapal sebelum kembali ke catatan harian.
Jumat 6 Februari 1959, posisi di 36.25 Lintang Utara dan 27.24 Bujur Barat. Perjalanan sudah memakan jarak 395 mil 24 jam sejak catatan harian terakhir.
Sumber

Sabtu tanggal 7 Februari 1959, posisi 36.06 Lintang Utara dan 19.23 Bujur Barat. 388 mil sudah dilalui sejak 24 jam terakhir.


Tanggal 8 Februari 1959 hari Minggu, posisi 35.59 Lintang Utara dan 10.43 Bujur Barat. Selama 24 jam perjalanan, 421 mil sudah dilalui.


Usia: 1959

Kamis, 01 Februari 2018

Telegram di Kapal

Untuk catatan kali ini, isinya memang sedikit. Sang penulis hanya melapor bahwa dia mengirim telegram ke kantornya. Hanya itu saja, uniknya pula dia sepertinya lupa untuk melaporkan berapa jauh kapal telah berjalan semenjak catatan sebelumnya. Alhasil tidak ada peta disini. hehehe

Kamis Legi, 636-85/46. 5 Februari 1959 
Tiny, hari ini kapal berada di Lintang Utara 37.15, Bujur Barat 43.39, jarak yang telah ditempuh sebanyak 382 mil dalam waktu 24 jam.Tadi malam (tanggal 4 Februari 1959) aku mengirim telegram seperti yang tercatat berikut ini: 

"DJAKARTALLOYD DJAKARTA 
KEBERANGKATAN TIADA KESUKARAN HARAP TERUSKAN KEISTERI 
SEMUA BAIK *xxxxxx "   

"SOEMARDI BANKNEGARA SURABAJA 
HARAP KAWATKAN DJIKA TIBA SINGAPORE *xxxxxx "

Semoga kamu mendapat tebusan atau duplikat telegramku kepada Djakarta Lloyd. Biaya telegram dari kapal 42 sen (dolar) perkata.


(Catatan: Saya menuliskan telegram apa adanya, tanpa diubah ke EYD. Selain itu pula nama sang penulis saya sensor dengan huruf "x" untuk privasi).


Usia: 1959

Senin, 01 Januari 2018

Posisi Kapal

Untuk perjalanan berikutnya saya tidak akan membahas lengkap. Karena ada percakapan yang saya anggap kurang cocok untuk di share. Maka untuk catatan harian tanggal 3 dan 4 Februari 1959, cukup berupa informasi posisi kapal.
3 Februari 1959, posisi di 37.42 Lintang Utara dan 51.39 Bujur Barat. Perjalanan sudah memakan jarak 408 mil 24 jam sejak catatan harian terakhir.
Sumber

Tanggal 4 Februari 1959, posisi 37.15 Lintang Utara dan 43.39 Bujur Barat. 382 mil sudah dilalui sejak catatan terakhir.


Usia: 1959

Kamis, 14 Desember 2017

Wij Strijden Met De Teekenstift - Italiaansche Bevelhebbers Nemen Ontslag

Setelah melalui berbagai petualangan militer Italia melalui tangan Hofer, akhirnya kita sampai di penghujung cerita. Selamat datang kembali di wij strijden met de teekenstift, seusai ekspedisi ke Mesir, Yunani dan menghadapi Inggris; kita akan melihat efek dari petualangan Mussolini yang gagal itu. Yaitu para jenderal Italia yang berhenti atau didepak oleh Mussolini. 
Dari regio esercito alias angkatan darat, Kepala Staf maresciallo Pietro Badaglio yang menjadi korban. Dia mengundurkan diri pada bulan Desember 1940. 
Sumber

Regia marina atau angkatan laut, harus kehilangan ammiraglio d'armata Domenico Cavagnari. Diberhentikannya dia, tidak terlepas dari ketidaksiapan Angkatan Laut Italia terutama dalam Pertempuran Taranto.
Sumber

Lepasnya 2 orang perwira strategis Italia tersebut digambar Hofer dengan peribahasa rats abandoning a sinking ship. Arti dari peribahasa tersebut adalah sesuatu yang gagal terlihat dari pengikutnya yang mulai meninggalkan hal tersebut. Para jenderal diasosiasikan dengan tikus. Sedangkan kapal dengan gondola Venesia dengan Mussolini sebagai pengemudinya. Tidak ketinggalan Raja Vittorio Emanuelle III menumpang gondola tersebut.  Hofer menggambar gondola sudah setengah tenggelam dan Mussolini terlihat memasang raut wajah kesal tidak bisa berbuat sesuatu. Sedangkan sang Raja yang seperti biasa ditemani dengan pedangnya, hanya bisa melihat Mussolini. Pada badan tikus terdapat nama - nama jenderal yang berhenti atau dihentikan seperti Badoglio dan Cavagnari. Namun uniknya terdapat nama de Vecchi atau Cesare Maria de Vecchi
Sumber

Mengapa unik? Karena saat itu de Vecchi yang menjabat sebagai Gubernur Kepulauan Aegea Italia di Yunani tidak ikut mundur. Bahkan pada masa itu, dia dibilang tidak ikut serta secara langsung dalam bencana militer Italia. Meskipun pada bulan Desember 1940, dia dipanggil pulang ke Italia tetapi de Vecchi tidak mendapatkan jabatan strategis hingga Juli 1943. 
Ada kemungkinan Hofer hanya memberi contoh dari para petinggi Italia terkenal saat itu. Salah satunya adalah de Vecchi tetapi tanpa melihat fakta di lapangan terlebih dahulu. Namanya juga propaganda, yang penting pesan sudah disampaikan kepada para pembaca tanpa harus melihat kebenarannya terlebih dahulu ...


Usia: 1941

Minggu, 10 Desember 2017

Presentation Spitfire - Spitfire Fonds dan Nasionalisme-Patriotisme Hindia Belanda

Setelah saya janjikan di post wij strijden met de teekenstift terakhir, inilah post tentang Spitfire sumbangan Hindia Belanda.
Judul post memang terlihat kontroversial bagi orang Indonesia. Maka agar lebih jelas, mari kita cek arti harfiah nasionalisme dari Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Nasionalisme adalah paham untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Arti kedua adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa tersebut.
Patriotisme adalah sikap seseorang yang bersedia untuk mengorbankan segalanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Arti yang lain adalah semangat cinta tanah air.
Setelah menjelaskan hal tersebut sekarang kita akan melihat nasionalisme dan patriotisme Hindia Belanda dari tetangga kita sejak dahulu kala, Australia. Nasionalisme dan patriotisme yang saya angkat disini adalah reaksi Hindia Belanda saat jatuhnya Belanda ke tangan Jerman. Nasionalisme dan patriotisme mereka salah satunya diwujudkan dalam bentuk sumbangan untuk Presentation Spitfire.
Seperti yang pernah saya singgung, asal usul Presentation Spitfire dari Hindia Belanda berasal dari pemberian hadiah 9 Spitfire dari menantu Ratu Wilhelmina yaitu Pangeran Bernhard kepada Churchill. Namun media di Inggris yaitu London Times tanggal 30 November 1940 menyebut, Belanda mengirimkan 35.000 poundsterling kepada Churchill sebagai hadiah berupa 7 buah Spitfire.
Bagi anda yang penasaran dengan sumbangan masyarakat Hindia Belanda, sumbangan ini bernama "Spitfire Fonds". Nantinya sumbangan ini berubah nama menjadi "Prins Bernhard Fonds". Setelah perang usai, Prins Bernhard Fonds berubah nama menjadi "Prins Bernhard Cultuurfonds" dan bertujuan untuk penggalangan dana seni ataupun ilmu pengetahuan. Sejak tahun 1950, fonds tersebut dilambangkan dengan bunga anyelir perak.
Spitfire Fonds pertama kali dilaksanakan pada 10 Agustus 1940 dan diadakan di Hindia Belanda, Antilles, dan Suriname. Menurut Koos Allemany, Pemerintah Belanda tidak ikut campur dalam gerakan tersebut. Namun Pangeran Bernhard mempunyai wewenang untuk menggunakan dana tersebut.
Antusiasme masyarakat untuk menyumbang terbilang besar. Sistem yang dipakai di dalam pendonor adalah adanya sebuah pangkat seperti "Flier", "Flying Officer", dan seterusnya. Pangkat tersebut disesuaikan dari pendonor yang berhasil direkrut. Asal mula fonds tersebut, sebenarnya adalah pengumpulan dana dari Inggris kepada orang Inggris yang tinggal di Hindia Belanda saja. Namun saat orang Belanda mendengarnya, mereka bersikeras ikut serta. Pada bulan September, sudah terkumpul dana sebesar 5 juta gulden.
Poster propaganda Spitfire Funds.
Sumber
Untuk Spitfire Fonds, sebenarnya hal ini sudah diawali oleh penduduk Inggris dengan "Spitfire Funds" pada musim panas tahun 1940. Adanya gerakan ini adalah semangat patriotik masyarakat Inggris untuk mengganti pesawat mereka yang ditembak jatuh oleh Jerman saat serangan udara. Spitfire ini diberi nama "Presentation Spitfire".
Biaya Spitfire pada bulan Februari 1940 sebesar hampir 8.900 pound. Dari yang termahal yaitu badan pesawat sebesar 2.500 pound, hingga yang termurah yaitu sekrup seharga 6 denarius. Namun melihat adanya antusiasme para penyumbang, Menteri Produksi Pesawat yaitu Lord Beaverbrook menurunkan biaya menjadi 5.000 pound.
Setelah penurunan biaya, antusisame masyakat pecah dimana - mana. Dari para wanita yang lebih memilih spitfire funds daripada ke salon hingga anak kecil umur 7 tahun yang ikut serta menyumbang. Bahkan antusiasme juga menjalar keluar Inggris, dari Accrington di Inggris hingga Brazil. Setiap pendonor yang memberi sumbangan lebih dari 5.000 pound atau lebih akan mendapatkan 2 foto dan sebuah plakat kecil. Dari tahun 1940 hingga 1945, diproduksi 1.500 buah Presentation Spitfires hasil sumbangan masyarakat. Jumlah ini ekuivalen dengan 17 % total produksi Spitfire. Jumlah total bertambah jika kita menambah pesawat yang lain seperti Hawker Hurricane. Jika ditambahkan pesawat non Spitfire, maka jumlah pesawat hasil sumbangan masyarakat sebesar 2.200 buah.
Spitfire Funds di Inggris 
Sumber

Plakat Presentation Spitfire
Untuk Perusahaan
Plakat diberikan kepada Perusahaan Mesin Sir Robert McAlpine.
Sumber

Plakat Presentation Spitfire
Untuk Perorangan
Plakat diberikan kepada Urban Huttleston Rogers Broughton, 1st Baron Fairhaven.
Sumber

Plakat Presentation Spitfire
Untuk Kota
Plakat diberikan kepada penduduk Maidenhead and District.
Sumber

Plakat Presentation Spitfire
Untuk Perusahaan Asing
Plakat diberikan kepada Perusahaan Bombay & Baroda Central India Railway Company.
Sumber

Kembali ke Spitfire di Hindia Belanda melalui mata orang Australia, saat itu slogan yang terkenal untuk donasi adalah "A Spitfire a day keeps Hitler away.". Seorang wiraswasta Australia menyatakan bahwa orang Hindia Belanda menganggap serius sekali gerakan donasi tersebut. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi kepada mereka jika Inggris dikalahkan Jerman. Alhasil sambutan kepada tiap pendatang dari Inggris terutama Australia di Hindia Belanda, sangatlah hangat. Saat itu memang iklim patriotisme dan nasionalisme di Hindia Belanda sangatlah tinggi. Seorang wartawan Australia yang menetap di Hindia Belanda sempat menyaksikan pameran patriotik. Pameran tersebut memperlihatkan sebuah tugu yang berisi nama - nama kota di Belanda yang sudah jatuh. Di sebelah kanannya, terdapat foto satu badan dan dalam ukuran asli Ratu Wilhelmina. Di sebelah kirinya, foto ukuran yang sama Raja George VI Inggris. Di bawah foto tersebut, terdapat hiasan bunga di bawahnya. Awalnya bunga tersebut untuk prasasti, namun karena kedekatan antara pengunjung Belanda dan Inggris maka bunga sekarang untuk kedua ningrat.
Saat Belanda diinvasi Jerman, orang - orang Belanda langsung berbaris menuju rumah Konsulat Jenderal Inggris. Disana mereka membawa spanduk yang bertuliskan, "Bless Your King and Queen.", "Hail, Churchill", dan "Spitfire a Day Keeps Hitler Away.". Kepahitan kepada Jerman sangatlah getir bagi orang Belanda. Sampai - sampai ada ucapan, "There is only one thing to do. We must defeat Hitler. That is our people's only chance, and we look to Britain to help us."
Nasionalisme dan patriotisme terlihat tidak hanya terbatas pada orang Belanda saja. Wartawan Australia melihat orang indo dan inlander juga memperlihatkan sifat yang sama. Tiap orang Belanda dan sebagian besar orang indo memakai pin "Nederland zal Herrijzen". Sebagian besar mobil pribadi terlihat pula terpasang emblem dengan kalimat yang sama. Terlihat poster Churchill dan Spitfire yang sedang menukik di tiap toko yang mendukung Spitfire Fonds. Ratusan ribu poster tersebut diberikan kepada pemerintah dari perorangan. Selanjutnya pemerintah memproduksi ulangnya dengan kertas warna oranye. Agar tiap orang menguburkan tiap perbedaannya dan mendukung Gubernur Jenderal Tjarda. Di depan societet Friends of British Empire, dipajang foto angkatan bersenjata Inggris. Ada pula gambar yang memperlihatkan ribuan tawanan Italia yang ditawan oleh Australia. Tiap malam, pajangan tersebut diterangi lampu. Patriotisme juga terlihat di tempat dansa, kabaret, klub, dan hotel yang menyetel musik patriotik. Wartawan Australia melihat dengan rasa aneh saat orang Belanda  bernyanyi "It's a Long Way to Tipperary" dan lagu Gracie Fields dalam lirik bahasa Inggris. Pada berita tentara Australia yang meraih kemenangan di padang pasir Afrika Utara, akan ada tepuk tangan yang bergemuruh. Koran - koran di Hindia Belanda juga terlihat selalu memperlihatkan gambar kesuksesan Inggris di medan perang.
"It's a Long Way to Tipperary"

Lagu Gracie Fields


Di tempat umum, terpasang selain gambar keluarga Kerajaan Belanda juga dipasang gambar Raja George VI beserta permaisurinya. Dimana - mana terdapat poster yang menggambarkan sebuah reruntuhan yang disertai tulisan "Never Forget Rotterdam". Slogan yang beredar saat itu adalah "Vergeet het Nooit St. Paul 's!", "Vergeet het Nooit Rotterdam!", dan "Oranje zal Overwinnen" yang sering disingkat "Ozo". 
Kesetiaan Hindia Belanda di pelosok negeri kepada Wilhelmina sangatlah besar. Saat lagu kebangsaan Wilhelmus dimainkan, biasa diikuti dengan "God Save the King". Bendera Inggris dan Belanda bersanding dimana - mana. Taksi mengibarkan bendera 2 sisi, Belanda-Inggris. Foto Churchill terpasang di sebagian besar tempat umum, sekolah, toko, dan rumah. Siaran BBC disiarkan di radio dan siaran radio Jerman disensor. Koran Hindia Belanda sangat pro Inggris.
Kembali ke Spitfire Fonds, metode sumbangan bermacam - macam. Dari penjualan besar - besaran pin pesawat Spitfire dan emblem untuk mobil, ada orang yang rela menyumbang acap kali ada pesawat Jerman atau Italia yang jatuh, pameran foto yang terbilang sukses besar dan pameran bagian pesawat Jerman yang ditembak jatuh. Untuk yang terakhir ini, bahan pameran didatangkan langsung dari London dan pameran dibilang sukses. Dana yang dikumpulkan dari pameran selama 6 minggu tersebut mencukupi untuk membuat sebuah pesawat pembom. Pembom tersebut dinamai "Rotterdam 7".
Kertas Ucapan Terima Kasih untuk donatur Spitfire Fonds
Perhatikan jumlah donatur terhitung pada tanggal 1 Februari 1941, 25.000 orang!
Mungkin jumlah tersebut adalah donatur tetap.
Selain itu pula perhatikan gambar Spitfire, terlihat roundel pesawat ada 2 buah, RAF dan ML-KNIL (Angkatan Udara Hindia Belanda).
Sumber
Sumber

Pin Spitfire
Kemungkinan yang dijual untuk Penggalangan Dana
Sumber
Pin Baling - Baling dari Perak
Kemungkinan yang dijual pula
Sumber

Hiasan Mobil dari IMC (Indische Motor Club)
Perkumpulan Pengemudi Hindia Belanda
Sumber

Hiasan Emboos Kendaraan Bermotor dari IMC
 
Emblem buatan Cordesius.
Pabrik emblem yang pernah saya singgung (disini).
Sumber

Ada pula ide kreatif seperti sistem denda yang unik. Jika seseorang memasang pin patrotik dengan tidak rapi, maka akan ada orang yang mendatangi dan mendenda 4 pence. Jika lupa memakainya maka denda yang akan diterima sebesar 10 pence. Ada pula denda untuk tiap kata atau kalimat bahasa Jerman atau menyerupainya, saat berbicara. Sang saksi juga menyatakan bahwa hal tersebut bisa menjadi sebuah tantangan bagi orang Belanda. Karena beberapa kalimat Jerman mirip dengan Belanda. Jika ada yang tidak sengaja mengucapkan bahasa terlarang tersebut maka akan ada denda 1 pence. Sistem seperti ini sepertinya diterapkan di seluruh Hindia Belanda. Alhasil aliran dana sumbangan mengalir sangat lancar. Sistem ini mengingatkan saya pada swearing ticket machine di film Demolition Man. hehehe
Ada pula acara pemutaran film. Acara yang diadakan oleh Inggris dan Australia tersebut menayangkan film - film seperti "London Can Take it".
"London Can Take it"

Untuk menambah kemeriahan dan nilai propaganda sekutu, seorang kepala propagandis Inggris di Batavia memasang bingkai gambar di pojok jalan. Gambar tersebut berisi Spitfire yang sedang menukik, kapal Royal Navy (Angkatan Laut Inggris), dan unit militer persemakmuran Inggris. Tidak ketinggalan aliran lampu yang terang menerangi gambar tersebut serta ditemani dengan bendera Inggris dan Belanda di tiap sudut.
Namun film tersebut hanya menarik peminat sebanyak 20 orang saja meskipun sangat sukses di Australia. Alhasil penayangan film diganti dengan film Charlie Chaplin "The Great Dictator".
"The Great Dictator"

Leaflet The Great Dictator di Bioskop Centrum Solo
Sumber: muara-buku

Kegagalan film tersebut karena selain kendala bahasa juga karena film tersebut tidak di tes lebih dahulu ke penonton lokal (test screening / test audience) seperti saat film "Women in War". Sebenarnya produsen film ini juga tidak sembarangan karena melibatkan Universal, Metro Goldwyn-Mayer, Paramount, Warner-Bros, Fox, dan RKO. Film tersebut selain diadakan di Batavia juga di beberapa daerah lainnya di Hindia Belanda. Penghasilan dari tiket masuk disumbangkan ke Spitfire Fonds.
"Women in War Time"

Dari semua model sumbangan ini, yang paling unik adalah penggunaan gambar Adolf Hitler dengan pakaian renang dan Joseph Goebbels sebagai monyet sebagai sasaran dart. Gambar tersebut sudah pastinya, sangat populer bagi para tamu. Tiap hidung yang tertusuk dart, tamu akan diberi poin 12.
Hampir setahun setelah diadakan, tepatnya bulan Maret 1941 antusiasme masyarakat masih besar. Bahkan Christine van Starkenborgh-Stachouwer, istri dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda  Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh-Stachouwer harus membuka kantor pusat khusus. Tiap bulannya terdapat 40.000 orang donatur rutin. Besar sumbangan bermacam - macam dari beberapa sen hingga ratusan gulden. Di tiap kantor, hotel, toko atau tempat usaha lainnya terdapat kotak sumbangan yang mempunyai model pesawat Spitfire. Di kantor pusat tersebut terdapat hiasan lampu bendera Inggris dan Belanda bersilangan. Instalasi kantor tersebut terdapat telepon otomatis, mesin penghitung, dan katalog dalam bentuk pengkartuan untuk para donatur rutin. Diwaktu yang sama, sumbangan yang sudah dikirimkan ke Inggris mencapai 1 juta gulden.
Harap diperhatikan bahwa donatur sumbangan tidak hanya dari perseorangan. Melainkan juga dari perusahaan ataupun organisasi. Seperti pada bulan Maret 1941, Koninklijke Paketvaart Maatschappij atau KPM menyumbang 50.000 gulden dan Bandoengsche Kinine Fabriek / Pabrik Kina Bandung sebesar 20.000 gulden. Kurang diketahui apa metode sumbangan mereka. Apakah sumbangan wajib  tiap anggota ataukah sumbangan ala lotere.
Dalam euforia donasi ini, ada juga yang memanfaatkan hype yang sedang terjadi. Yaitu dengan penjualan gin bermerek "Spitfire" dari Amerika Selatan sebagai pengganti sampanye. Namun orang Belanda yang mencicipinya tidak tahu apakah gin tersebut memberi efek yang sama dengan pesawat Spitfire yang asli ... Meskipun banyak kegiatan penggalangan dana, namun ada pula peningkatan pajak yang tinggi untuk pertahanan.
Berbicara tentang Perdana Menteri Inggris yaitu Winston Churchill, gambar Churchill terlihat lebih banyak di sudut jalan Hindia Belanda daripada di seluruh Sydney. Saat terlihat gambar Churchill tiap pemutaran berita, akan ada tepuk tangan instant. Saat seminar, tiap kali nama Churchill disinggung langsung ada sorak sorai dari penduduk. Kalimat Spitfire Fonds juga mendapat reaksi serupa. Churchill juga mendapat 1000 pound dari penduduk Balikpapan dan jumlah tersebut sudah ditambahkan dengan dana yang sudah diberikan kepada Churchill untuk membuat Spitfire.
Kini kita mendarat ke hal yang paling krusial. Bagaimanakah dengan orang inlander terutama orang Jawa? Antusiasme orang Jawa dalam menyumbang juga besar. Mereka dengan murah hati menyumbang dari penghasilan mereka, meskipun penghasilan mereka dapat dibilang kecil. Selain untuk Spitfire Fonds, mereka juga menyumbang juga untuk tank. Menurut wartawan Australia, orang Jawa sangat bebas mendukung dibebaskannya kembali tanah Belanda. Saat Belanda jatuh, beberapa orang inlander berkerumun di monumen generaal majoor Andreas Victor Michiels di Batavia. Disana mereka membawa foto Ratu Wilhelmina dan karangan bunga.
Monumen Michiels
Sumber

Diceritakan bahwa semua jongos (pelayan pria) yang bekerja di hotel besar di Batavia adalah pendonor rutin Spitfire Fonds. Wartawan Australia melihat banyak orang Jawa yang memakai pin "Nederland zal Herrijzen". Tiap malam terlihat banyak orang inlander yang berdesak - desakan melihat pameran foto pro-Inggris. Di tiap kampung terpasang pula gambar tokoh - tokoh terkenal pro-sekutu agama mereka masing - masing. Di desa juga terdapat ukiran pesawat Spitfire dan dipajang di atas tiang. Orang inlander juga senang melihat pameran propaganda, tiap malam pasti ada antrian dari mereka yang ingin ikut menonton. Selain orang di desa, orang inlander terpelajar seperti jurnalis, bekerja di Bataviaasch Nieuwsblad. Mereka dipimpin oleh orang Belanda. Seorang mandor inlander ikut mewakili anak buahnya, menyumbang ke tuan tanahnya. Alasannya demi Ratu Wilhelmina (Untuk contoh ini bukan dari kesaksian orang Australia. Melainkan dari orang Belanda yang pernah tinggal di Hindia Belanda).
Tentang kalimat Nederland zal Herrijzen atau yang berarti "Belanda akan Bangkit" selain sebagai slogan ataupun pin, muncul barang - barang lainnya yang bertemakan kalimat sakral tersebut saat itu. 
Pisau Pembuka Surat 
 
Sumber

Pin Koin dari Perak buatan Yogyakarta
Kemungkinan dari Kota Gede
Sumber

Rokok
Arti tanggal 31 Agustus 1941 adalah munculnya gerakan dukungan masyarakat Belanda kepada Ratu Wilhelmina saat ulang tahunnya pada tanggal tersebut.
Sumber

Amplop Nederland zal Herrijzen
Sumber

Pada akhir tahun 1941, antusiasme masyarakat tetaplah tinggi. Di Batavia saat perayaan diserangnya Belanda, tiap orang menyumbang 1/3 gajinya. Seorang penyemir sepatu bernama Kistoko memberi secara rutin sebagian penghasilan hariannya. Bahkan narapidana juga menyumbangkan uang sakunya. Saat itu dari semua dana yang didapatkan, sudah terkumpul 34 pesawat pembom berawakkan orang Belanda dan 77 pesawat tempur.
Sebagai pembanding saja, pada bulan Oktober Spitfire Fonds sudah terkumpul 10.000 pound. Sierra Leone menyumbang 20.000 pound, Provinsi Calabar dari Nigeria menyumbang 400 pound. Sumbangan melalui koran di Inggris total 3.000 pound. Kota Wakefield Inggris 5.000 pound dan Camborne serta Redruth, total 6.000 pound. Memang terlihat besar sumbangan Belanda ini bahkan menyaingi sumbangan persemakmuran Inggris lainnya. Namun ada beberapa orang Belanda tidak puas dengan reaksi Departemen Informasi Australia dan Inggris. Karena berita tentang sumbangsih Hindia Belanda tersebut kurang diekspos terutama melalui film.
Keseriusan Hindia Belanda dalam menyumbang Spitfire dipandang ironi oleh seorang wartawan Australia lainnya. Kelak saat Jepang sudah didepan pintu Hindia Belanda, dia mengeluh bahwa Hindia Belanda mempunyai donasi untuk Spitfire namun mereka sendiri tidak memiliki pesawat canggih tersebut. Pesawat yang menurut dia sangat penting dalam pengawalan saat operasi pemboman. Dia mencontohkan operasi pemboman di Miri dan Kuching di Malaya.
Akhir dari Spitfire Fonds, terjadi saat Jepang berperang dengan Hindia Belanda. Jepang yang saat itu sudah mulai mengancam Palembang, memaksa adanya pengalihan dana Spitfire Fonds. Pada tanggal 20 Januari 1942, dana sebesar 38.000 gulden sumbangan masyarakat Palembang yang seharusnya dikirim ke London dibelokkan untuk pertahanan menghadapi Jepang. Saat itu Kalimantan sudah didarati oleh pasukan Jepang. Dana sebesar itu sebenarnya sudah bisa mencukupi untuk membuat sebuah Spitfire lagi yang seharusnya akan melengkapi 5 Spitfire sumbangan lainnya dari Palembang.
Sebagai tambahan informasi saja, Hindia Belanda sempat menerima bantuan dari Australia. Bantuan tersebut dalam bentuk donasi bantuan pengungsi Hindia Belanda. Donatur yang beruntung akan mendapat hadiah perjalanan wisata ke Hindia Belanda. Pada November 1940, donasi tersebut disalurkan kepada Spitfire Funds Australia.  
Setelah sejarah singkat Spitfire Fonds dari mata orang Australia, sekarang kita akan membahas fonds - fonds lain yang beredar di daerah koloni Belanda saat itu. Yang pertama, adalah penggalangan dana yang memanfaatkan figur kapal perusak HNLMS van Galen. Kapal yang tenggelam saat Pertempuran Rotterdam tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan nasionalisme masyarakat Hindia Belanda. Di Suriname, setelah berhasil membeli Spitfire "Surinam", diadakan penggalangan dana untuk membeli kapal pengganti van Galen. Menurut Koos Allemany, nantinya Ratu Wilhelmina mendapat hadiah ulang tahun pada tahun 1942 sebuah kapal pemburu torpedo bernama "Jan van Galen".
Kartu Pos van Galen
Sumber

Penggalangan dana juga ditambah dengan dibuatnya perangko "Vrij Nederland". Perangko yang bertuliskan "Nederland zal Herrijzen" ini diluncurkan pada 10 Mei hingga 31 Mei 1941 yang berupa 3 seri. Tiap tambahan harga untuk pembelian perangko ini akan diserahkan kepada Prins Bernhard Fonds untuk membeli sebuah pesawat pembom untuk Angkatan Laut Belanda di Eropa. 
Pengumuman Penerbitan Perangko Edisi Vrij Nederland

Perangko Vrij Nederland
Gambar kiriman Koos Allemany

Pin baju bergambar perangko Vrij Nederland
Sumber

Selain Spitifire Fonds Prins Bernhard Fonds, ada juga Koningin Wilhelmina Fonds. Penggalangan dana ini juga bertujuan untuk membantu pembebasan Belanda melalui bantuan militer. Sempat dibicarakan oleh siaran radio oleh Ratu Wilhelmina pada tanggal 12 September 1940, fonds ini muncul karena spontanitas masyarakat Hindia Belanda. Menurut tulisan majalah "Soeara-NIROM", fonds ini salah satunya dilaksanakan dengan pengiriman briefkaart (kartu pos) dengan perangko harga lebih. Diberitakan bahwa terdapat antusiasme dari masyarakat non Eropa. Contohnya telah dikirimkannya lebih dari 300 lembar briefkaart dari beberapa sekolah Hollandsch-Chineesche School dan Hollandsch-Inheemsche School. Ditargetkan penggalangan dana Koningin Wilhelmina Fonds bisa terkumpul 5 juta gulden.
Soeara-NIROM
Koleksi muara-buku

Ada sumbangan bernama "10 Mei Fonds". Sumbangan yang muncul pada akhir bulan April 1941 itu terbit karena permintaan masyarakat Hindia Belanda. Gubernur Jenderal Tjarda menyanggupi permintaan donasi gaji sehari untuk sumbangan tersebut. Total sumbangan akan dibagi ke tiga arah, Angkatan Udara Belanda di Inggris, Spitfire Fonds, dan pertahanan Hindia Belanda. Donasi yang terkumpul pada 18 Mei 1941 sebesar 100.000 pound. Diberitakan bahwa ribuan pekerja menyumbangkan gajinya. 
Tidak ketinggalan pula Steunfonds Holland yaitu penggalangan dana untuk kemerdekaan Belanda. Kegiatan tersebut pernah saya singgung di post (ini).
Pengumuman Steunfonds Holland Cabang kota Solo

Setelah sejarah ponds fonds - fonds ini, sekarang kita akan membahas obyeknya yaitu Presentation Spitfire. Tercatat terdapat 100 buah Spitfire hasil jerih payah penduduk Hindia Belanda. Tiap Presentation Spitfire hasil sumbangan uniknya diberi nama oleh pendonor. RAF (Angkatan Udara Inggris) memberi tempat untuk tulisan warna kelabu sebesar 2 inci di badan pesawat depan sayap. Uniknya beberapa nama Spitfire ini tidak sesuai dengan kalimat Indonesia di lidah Belanda. Mungkin penamaan ini disesuaikan dengan lidah orang Inggris. Orang Inggris sampai keseleo lidah menyebut "Hoeloesoengai". Namun sayangnya kita belum mengetahui apakah tiap nama di Spitfire ini juga murni melambangkan asal pendonornya. 
Lotre Spitfire Fonds di Suriname. 
Sumber
Ada Spitfire yang kemungkinan besar dilambangkan dengan nama pendonornya seperti "I.M.C." dan "Landsturm". Spitfire bernama "Feng Yue", kemungkinan dari masyarakat Tiong Hoa. Namun ada juga Spitfire yang namanya melambangkan pendonornya seperti "Surinam". Dana untuk pesawat tersebut pertama kali dilaksanakan atas ide J. Wijngaarde dari surat kabar Suriname. Akhirnya Spitfire berhasil dibuat setelah adanya sumbangan sebesar 38.000 gulden. Spitfire kedua yang melambangkan nama pendonornya yaitu "Soebang". Pesawat tersebut menurut catatan adalah hasil sumbangan daerah Subang.
Spitfire "Semarang" dan "Balikpapan" selesai pada 9 Maret 1941. Pada bulan April 1941, tercatat 36 buah Spitfire Mk II dan 17 buah Spitfire Mk V adalah hasil sumbangan Hindia Belanda.  "Amboina" berhasil dibuat dan dikirim pada tanggal 26 Juni 1941, "Makkasar", "Malang" pada "Grebbeberg" ketiganya tanggal 30 Juni 1941. Pada bulan April 1941, Hindia Belanda sudah memberi bantuan kepada Inggris sebanyak 75 buah Spitfire dan 27 pesawat pembom.
Berikut beberapa Presentation Spitfire dari Hindia Belanda disertai dengan nomor seri ditambah beberapa koreksi:
  1. P8238 BORNEO
  2. P8327 JAVA I 
  3. P8329 SUMBAWA 
  4. P8330 BATAVIA 
  5. P8331 SUMATRA 
  6. P8332 SOEBANG
  7. P8333 BANDA 
  8. P8334 REMBANG
  9. P8335 SEMARANG 
  10. P8336 FLORES
  11. P8338 BANDOENG 
  12. P8339 MADURA  
  13. P8340 BALIKPAPAN 
  14. P8341 LUMBOK (LOMBOK)
  15. P8342 CERAM 
  16. P8343 MEDAN 
  17. P8349 SUCABOEMI (SUKABOEMI)
  18. P8361 KRAKATAO
  19. P8363 BANKA 
  20. P8364 SURINAM 
  21. P8365 ROTTERDAM 
  22. P8366 PALEMBANG 
  23. P8367 BALI 
  24. P8368 SIBAYAK 
  25. P8369 TOBA 
  26. P8371 PALEMBANG OELOE 
  27. P8375 CELEBES 
  28. P8376 BESOEKI 
  29. P8377 SIWABOONG (SINABOENG)
  30. P8378 SOURABAYA 
  31. P8384 FEI YUE 
  32. P8443 MOLUKKEN 
  33. P8444 M.E.S. 
  34. P8516 AMBOINA
  35. P8585 TELING TINGGI  (TEBING TINGGI)
  36. P8589 MAKASSAR 
  37. P8595 MIDDELBERG 
  38. P8596 RIOUW 
  39. P8597 KATWIJK 
  40. P8602 MALANG
  41. P8607 PALEMBANG OELOE II
  42. P8693 GREBBEBERG
  43. AB192 ORGANILIL (OGAN ILIR)
  44. AB965 PALEMBANG OELOE III
  45. AB982 WEST BORNEO IV
  46. AB983 SINGALANG 
  47. AB984 WEST BORNEO III
  48. AB985 WEST BORNEO V
  49. AD210 ARUBA 
  50. AD230 PALEMBANG OELOE IV
  51. AD231 WEST BORNEO II
  52. AD233 WEST BORNEO I
  53. AD239 HOELOESOENGAI 
  54. AD243 TAPANOELI 
  55. AD393 GOENTOER 
  56. AD396 ARDJOENO 
  57. BL538 AMBON 
  58. BL539 LANDSTURM (LANDSTORM)
  59. BL549 AMBARAWA 
  60. BL581 MOESI-ILIR 
  61. BL613 I.M.C. 
  62. BL621 POERWOKERTO 
  63. BL622 SERANG 
  64. BL627 WONOSOBO
  65. BL629 GARONTALO (GORONTALO)
  66. BL635 SALATIGA 
  67. BL642 HAN OMAN (HANOMAN)
  68. BL646 MUNTOK
  69. BL661 MENADO 
  70. BL664 TEGAL
  71. BL676 BONDOWOSO 
  72. BL685 BRASTAGI
  73. BL718 RINDSJANI (RINDJANI)
  74. BL720 GEDEH 
  75. BL721 GARUT
  76. KOMERING ILIR
  77. MERAPI
  78. O.A.B.
  79. BILLITON
  80. ATJEH (Koran Soerabaijasch Handelsblad tanggal 28 Juli 1941)
  81. PRINS BERNHARD (Koran Soerabaijasch Handelsblad tanggal 28 Juli 1941)
  82. FLYING DUTCHMAN ?
  83. MIDDELBURG I ?
  84. MIDDELBURG II ?
  85. TAPANOELI ?

Pesawat Presentation Spitfire Hindia Belanda
"IMC"

Sumber

"Landstorm"
Sumber

"Salatiga"
Sumber

"Palembang Oeloe V"
Sumber

"Komering Ilir"
Sumber

"Han Oman"
Sumber


"Moesi Ilir"

Sumber

"Bandoeng"
Sumber

Selain Spitfire, Spitfire Fonds juga diperuntukkan untuk membeli pesawat pembom Lockheed Hudson. Pesawat ini nantinya akan dipakai oleh militer Belanda di Inggris. Pembom tersebut diberi nama "Rotterdam". Saat diberitakan oleh koran Australia Newcastle Morning Herald tanggal 22 Maret 1941, sudah terdapat 3 buah Hudson. Direncanakan akan ada 5 pesawat  "Rotterdam" saat perayaan pemboman Rotterdam.
Poster Prins Bernhard Fonds
Lockheed Hudson
Gambar kiriman Koos Allemany

Lockheed Hudson nomor seri V8982 "Rotterdam"
Sumber

Untuk pesawat pembom itu sendiri, selain "Rotterdam" tercatat beberapa Hudson dengan nama Hindia Belanda. Hanya saja kita belum bisa mengkonfirmasi apakah pesawat - pesawat tersebut adalah hasil Spitfire Fonds.
Menurut situs (ini), Hudson yang dioperasikan oleh Belanda saat Perang Dunia II adalah:
  1. AE525 MALANG
  2. AM939 CHERIBON
  3. T9369 VLIEGENDE HOLLANDER
  4. T9413 OCKENBURG
  5. T9435 BALIKPAPAN
  6. T9440 TELLO
  7. V8981 SOERABAJA
  8. V8982 ROTTERDAM
  9. V8983 MIDDELBURG
  10. V9033 PONTIANAK
  11. V9036 MAKASSAR
  12. V9041 RHENEN
  13. V9058 BANDOENG
  14. V9063 ISLAWREKER
  15. V9065 MOESI I
  16. V9122 WAGENINGEN


Kita lihat sendiri bahwa sebagian besar pesawat tersebut mempunyai cita rasa Hindia Belanda. Bukan tidak mungkin pesawat tersebut adalah hasil jerih payah sumbangan Hindia Belanda.
Kembali ke Spitfire Hindia Belanda, beberapa dari Spitfire ini baru selesai diproduksi setelah Hindia Belanda jatuh. Dalam sejarahnya yang terlupakan ini, beberapa Spitfire ini memiliki sejarah yang unik. Ada yang dipakai oleh RCAF (Angkatan Udara Kanada) seperti "Soebang" pada 4 April 1942. Ada pula yang dipakai oleh mereka saat bertugas di Inggris yaitu "Toba", "Palembang Oeloe", dan "Siwabong" serta "Ambon". Pilot sergeant Alan Smith sempat menunggangi "Toba" dan menjatuhkan sebuah Bf-109 serta merusakkan lainnya. "Singalang" juga sempat mereka pakai namun malang, pesawat tersebut jatuh.
Pilot Amerika juga tidak ketinggalan dalam memakai Presentation Spitfire Hindia Belanda ini. Tercatat "Madoera" menjadi saksi bisu gugurnya pilot pertama Amerika di tanah Belanda pada Perang Dunia II. Ada pula "Palembang" yang ditunggangi oleh Skuadron No. 133 "Eagle". "Teling Tinggi" dipakai oleh fighter group ke-52 dan nantinya oleh air force ke-8. "Makassar" dipakai oleh Skuadron No. 121 "Eagle". "Organilil" digunakan oleh fighter group ke-4, fighter squadron ke-336 dan terakhir air force ke-8. "Celebes" dipakai oleh Skuadron No. 71 "Eagle". "West Borneo II", juga sempat ditunggangi pilot  fighter group ke-31, fighter squadron ke-307.
Sempat pula Polandia dengan Skuadron No. 303 "Warszwaski" yang menumpangi "Krakatao". "Lumbok" bahkan ditumpangi oleh 2 pilot berbeda. "Riouw" juga tidak ketinggalan dipakai oleh mereka. "Muntok" pernah dikendarai oleh flying lieutenants Stanislaw Skalksi. Squadron leader Jerzy Jankiewicz gugur saat mengendarai "West Borneo I". "Ceram" dipakai oleh sergeant Marcin Machowiak saat menjatuhkan Bf-109.
RAAF (Angkatan Udara Australia) ikut serta mengikuti jejak RCAF. Mereka tercatat sebagai penumpang terakhir "Krakatao" sebelum pesawat itu jatuh. Ada pula "Bali", "Palembang Oeloe" serta "Aruba" yang mereka pakai.
Pilot Cekoslovakia yang tergabung dalam RAF Skuadron No. 313 juga memakai "Moesi Ilir" yang saat itu ditumpangi oleh flying lieutenant Karel Vykoukal. 
Selandia Baru dengan RNZAF memakai "Hoeloesoengai".
Portugal dan Uni Soviet uniknya adalah negara yang kebagian Presentation Spitfire. Sayang belum diketahui apakah Spitfire ini adalah hasil dagang ataukah bantuan persenjataan. Portugal mendapat "Tegal" dan "Muntok" sedangkan Uni soviet mendapatkan "Brastagi".
"Ceram" saat dipiloti Pilot Polandia
Sumber

"West Borneo I"
Sumber

Presentation Spitfire dari Hindia Belanda yang tersukses adalah "Soebang". Terlihat gambar dibawah ini, squadron leader Jack Watts dari RCAF sedang menumpangi "Soebang". Pada bagian badan pesawat terdapat gambar swastika sebanyak 10 buah. Menandakan sang pilot "Soebang" sudah menjatuhkan 10 buah pesawat Jerman. Kelak "Soebang" dipensiunkan dan sekarang pesawat tersebut adalah satu - satunya Presentation Spitfire yang tersisa di dunia dan disimpan di museum.
Watts si Orang Kanada dan "Soebang"
Sumber
"Soebang" di Museum tahun 1994
Sumber

Presentation Spitfire juga mencatatkan sejarah sebagai Spitfire pertama yang diubah menjadi Seafire dan mendarat di kapal induk. Pesawat bersejarah itu adalah "Bondowoso".
Nasib Presentation Spitfire Hindia Belanda bermacam - macam. Selain ada yang diubah menjadi Seafire, ada yang dipindah ke OTU (pusat pelatihan operasional), AST (pelatihan kedinasan udara), ataupun SOTT (Sekolah Latihan  Teknik). Bahkan ada pula yang dipindah ke pabrik pesawat di Inggris seperti di Skotlandia ataupun Portsmouth. Serta ada pula yang berpindah kepemilikan ke Portugal bahkan Uni Soviet seperti yang sudah disinggung di atas. Ada juga yang hilang atau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tidak bisa dioperasi lagi. Tidak ketinggalan ada yang ditembak jatuh oleh flak Jerman atau ditembak saat berduel dengan pesawat tempur Jerman terkenal yaitu Bf-109 dan FW-190.
Spitfire Ditembak oleh Bf-109


Berikut adalah nasib para Spitfire Hindia Belanda menurut situs (ini):
  • P8238 BORNEO - Menabrak pohon saat terbang rendah di Skirlough Yorks Inggris, 5 Mei 1944. 
  • P8327 JAVA I  - Hilang saat penyisiran menuju Hazebrouck Perancis, 24 Juli 1941.
  • P8329 SUMBAWA - Terjungkal saat mendarat di tanah gembur di Martlesham Heath Inggris, 2 Juli 1941. Dicoret dari kedinasan pada 9 Juli 1941.
  • P8330 BATAVIA - Bertabrakan dengan Bf-109 saat mengawal Bristol Blenheim, jatuh di Manston Inggris, 23 Juni 1941. Dicoret dari kedinasan, 3 Juli 1941. 
  • P8331 SUMATRA - Hilang saat mengawal Blenheim ke Hazebrouck Perancis, 29 Agustus 1941.
  • P8332 SOEBANG - Disimpan di Museum Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ontario di Ottawa Kanada.
  • P8333 BANDA - Jatuh karena cuaca buruk di Church Hunton Kent Inggris, 9 November 1942. Dicoret dari kedinasan pada 22 November 1941.
  • P8334 REMBANG - Gagal kembali dari misi, tanggal 23 Juli 1941.
  • P8335 SEMARANG - Ditembak jatuh oleh Bf-109 pada tanggal 28 Agustus 1941 saat mengawal Bristol Blenheim ke Comities, pesawat kemudian ditinggalkan. 
  • P8336 FLORES - Mendarat darurat karena kehabisan bahan bakar di Catfoss, Inggris pada 25 September 1944.
  • P8338 BANDOENG - Dicoret dari dinas, 8 Maret 1945. 
  • P8339 MADURA - Rusak oleh flak saat menyerang vorpostenboot dan jatuh di laut dekat Hamstede Belanda, 21 September 1942.
  • P8340 BALIKPAPAN - Mendarat darurat di Rednal Inggris tanggal 27 April 1944. Dicoret dari dinas tanggal 25 Agustus 1944. 
  • P8341 LUMBOK - Dipindah ke OTU 53 tanggal 23 Oktober 1943.
  • P8342 CERAM - Dicoret dari kedinasan tanggal 25 April 1946.
  • P8343 MEDAN - Kecelakaan udara tanggal tanggal 23 Agustus 1943.
  • P8349 SUCABOEMI - Dicoret dari kedinasan 27 September 1945.
  • P8361 KRAKATAO - Ditembak jatuh oleh Bf-109 dekat Bethune Perancis tanggal 9 Agustus 1941. Dicoret dari kedinasan, 10 September 1941.
  • P8363 BANKA - Ditinggalkan saat patroli tanggal 16 Mei 1941. Dicoret dari dinas tanggal 27 Mei 1941.
  • P8364 SURINAM - Hilang saat mengawal Blenheim menuju Gravelines Perancis pada 6 Mei 1941. Dicoret dari kedinasan, 14 Mei 1941.  
  • P8365 ROTTERDAM - Mengalami kecelakaan pada 17 Agustus 1943 dan dicoret dari kedinasan tanggal 29 Desember 1944. 
  • P8366 PALEMBANG - Bertabrakan dengan Spitfire nomor seri P8249 di udara dan jatuh di taman Minehead Inggris pada 8 April 1942. Dicoret dari kedinasan, 9 April 1942.
  • P8367 BALI - Mendarat darurat dekat Kirton in Lindsey Inggris tanggal 5 Januari 1944 dan kemudian mesin diambil. Dicoret dari dinas tanggal 7 Februari 1944. 
  • P8368 SIBAYAK - Bertabrakan dengan BESOEKI saat latihan menembak  dan ditinggal dekat Fordingbridge Inggris tanggal 30 Juni 1941. Dicoret dari dinas, 5 Juli 1941.
  • P8369 TOBA - Mendarat darurat dekat Cullen Banff Skotlandia pada 27 Oktober 1944 dan kemudian mesin diambil. Dicoret dari dinas tanggal 9 November 1944. 
  • P8371 PALEMBANG OELOE - Mengalami kerusakan pada 27 Juli 1943. Dipindah ke OTU 53, 11 Oktober 1943. Dicoret dari kedinasan tanggal 25 Januari 1945.
  • P8375 CELEBES - Berpindah kepemilikan ke Portsmouth Aviation tanggal 6 Oktober 1945. Dicoret dari kedinasan pada 9 Oktober 1945.
  • P8376 BESOEKI - Bertabrakan dengan SIBAYAK saat latihan menembak dan ditinggal dekat Fordingbridge Inggris tanggal 30 Juni 1941.
  • P8377 SIWABOONG - Jatuh di Stow in the Wold Inggris pada 10 Agustus 1942. Dicoret dari kedinasan tanggal 18 Agustus 1942. 
  • P8378 SOURABAYA - Terlalu cepat mendarat dan menabrak tangki air di Swanton Morley Inggris pada 21 Oktober 1941. Dipindah ke AST (Pelatihan Udara) pada 29 November 1941 dan dicoret dari kedinasan tanggal 10 Mei 1942.
  • P8384 FEI YUE - Pesawat ditinggalkan setelah jatuh dekat Manor Farm, Swanton Morley Inggris tanggal 2 November 1941. Dicoret dari kedinasan tanggal 4 November 1941. 
  • P8443 MOLUKKEN - Aileron mengalami kemacetan dan pesawat ditinggalkan setelah jatuh dekat Baschurch Salop Inggris, 2 Juni 1944.
  • P8444 M.E.S. - Berpindah kepemilikan ke Scottish Aviation tanggal 7 April 1944.
  • P8516 AMBOINA - Menabrak tebing karena cuaca buruk dekat Overmoigne Dorset Inggris pada 4 Agustus 1941. Dicoret dari daftar pada 15 Agustus 1941.
  • P8585 TELING TINGGI - Mendarat darurat dekat Manby Inggris tanggal 24 Januari 1946. Dicoret dari kedinasan pada 31 Januari 1946.
  • P8589 MAKASSAR - Pesawat ambruk saat mendarat di Southend Inggris pada 28 Juli 1942. Dicoba diperbaiki pada 13 Agustus namun usaha perbaikan gagal hingga tanggal 19 Agustus 1942. Dicoret dari kedinasan pada 25 Agustus di tahun yang sama.
  • P8595 MIDDELBERG - Bertabrakan dengan Spitfire nomor seri P8438 dan jatuh dekat Epworth Lanchasire Inggris tanggal 3 April 1942. Kemudian pesawat dicoret dari kedinasan.
  • P8596 RIOUW - Hilang saat mengawal Blenheim ke Lille Perancis tanggal 2 Juli 1941. Pilotnya yaitu squadron leader Waclaw Lapkowski, gugur.
  • P8597 KATWIJK - Mengalami kerusakan parah pada tanggal 14 November 1942.
  • P8602 MALANG - Mendarat darurat dan mengalami kerusakan parah karena masalah mesin dekat Lowick Northumberland Inggris tanggal 6 November 1943.
  • P8607 PALEMBANG OELOE II - Jatuh dekat Weston Patrick Inggris dan dicoret dari kedinasan pada tanggal 20 Agustus 1942.
  • P8693 GREBBEBERG - Menabrak rumah saat terbang rendah melakukan latihan serangan di Kirriemuir Angus Skotlandia tanggal 18 Oktober 1943. Dicoret dari kedinasan tanggal 31 Oktober 1943.
  • AB192 ORGANILIL - Dipindahkan ke SOTT nomor 7 pada tanggal 6 Mei 1944.
  • AB965 PALEMBANG OELOE III - Kehilangan kontrol saat latihan pencegatan. Jatuh dekat Brockenhurst Hanst, Inggris pada 27 Maret 1942. Pilot sergeant S.A. Childs terlempar keluar namun berhasil mendarat memakai parasut dengan selamat meskipun dia terluka ringan. Pesawat dicoret dari kedinasan pada 4 April 1942.
  • AB982 WEST BORNEO IV - Hilang saat misi reconnaissance kapal di luar Dieppe Perancis tanggal 6 Desember 1942.
  • AB983 SINGALANG - Ditembak jatuh Bf-109 saat penyisiran di luar Goodwin Sands Inggris tanggal 27 Oktober 1941. Pilotnya J.A. Small dari RCAF, gugur. 
  • AB984 WEST BORNEO III - Hilang saat misi serangan darat dekat Passchendaele, Belgia 5 November 1941. Pilotnya, sergeant W.P. Dales gugur. 
  • AB985 WEST BORNEO V - Hilang saat misi pengawalan tanggal 8 November 1941.
  • AD210 ARUBA - Ditembak jatuh oleh Bf-109 di Selat Inggris pada 30 April 1942. Pilotnya flight sergeant G. Daniolo gugur. 
  • AD230 PALEMBANG OELOE IV - Hilang saat cuaca berkabut dekat Blackburn Lanchasire Inggris tanggal 28 Desember 1942.
  • AD231 WEST BORNEO II - Jatuh saat penyisiran, 5 meter sebelah Timur Le Treport Perancis tanggal 15 Februari 1942. Pilot flying officer H.A. Westhaver gugur.
  • AD233 WEST BORNEO I - Ditembak jatuh oleh FW-190 saat menyisir di Ostend Belgia tanggal 25 Mei 1942. Pilot, squadron leader Jerzy Jankiewicz gugur.
  • AD239 HOELOESOENGAI - Ditembak jatuh oleh Bf-109 di luar Ostend Belgia pada 12 Februari 1942. Pilotnya yaitu pilot officer I.S. Stone dari RNZAF gugur.
  • AD243 TAPANOELI - Menabrak pagar saat latihan terbang malam di Harrowbeer Inggris tanggal 9 Maret 1942. Kemungkinan dipindahkan ke bagian pelatihan pada 20 Mei 1942.
  • AD393 GOENTOER - Diubah menjadi Seafire pada 11 Maret 1943, nomor seri berubah menjadi PA105. Terjungkal saat di jalur taxiway 15 Februari 1944.  
  • AD396 ARDJOENO - Pesawat jatuh di Eglinton Inggris  karena mesin kehilangan glikol saat take off pada 29 April 1942. Dicoret dari kedinasan pada 3 Mei 1942.  
  • BL538 AMBON - Mengalami kecelakaan pada 9 Maret 1941 yang menyebabkan pilotnya sergeant A.D. Blakey gugur. Dicoret dari kedinasan tanggal 31 Maret 1942.  
  • BL539 LANDSTURM - Diubah menjadi Seafire pada 15 Mei 1943 dan berubah nomor seri menjadi NX944. Tergelincir saat mendarat di kapal induk dan tidak bisa diperbaiki pada 9 Juli 1945. Pilot saat itu adalah sub lieutenants L.A. Jeyes.
  • BL549 AMBARAWA - Ditembak jatuh oleh flak dekat Foret de Boulogne Perancis 23 Juli 1942. 
  • BL581 MOESI-ILIR - Rusak karena pesawat lawan saat misi reconnaissance kapal. Kemudian ditinggalkan pada 11 April 1944.
  • BL613 I.M.C. - Mendarat darurat pada 26 November 1944. 
  • BL621 POERWOKERTO - Rusak saat transit pada 5 Maret 1943. 
  • BL622 SERANG - Ditembak oleh Bf-109 dekat Calais Perancis. Ditinggalkan 10 meter dari Dover Inggris pada 19 Mei 1942.
  • BL627 WONOSOBO - Ditembak jatuh oleh FW-190 di Selat Inggris tanggal 31 Juli 1942. Pilotnya flying officer T. Kratka terluka namun diselamatkan di sebelah selatan Selsey Bill Inggris. 
  • BL629 GARONTALO - Mesin rusak saat menukik. Mendarat terbalik dekat Belford Northumberland Inggris. Dicoret dari kedinasan pada 26 Maret 1945.
  • BL635 SALATIGA - Berubah menjadi Seafire pada 10 Februari 1942 dan nomor seri berubah menjadi NX879. Flaps gagal beroperasi mengakibatkan pesawat jatuh ke lumpur di Abbotsinch Skotlandia. Baling - baling bengkok mengakitbatkan pesawat tidak operasional pada 9 November 1943.
  • BL642 HAN OMAN - Jatuh saat mendarat di Ballyhalbert Irlandia Utara pada 15 Maret 1944.
  • BL646 MUNTOK - Berpindah kepemilikan ke Portugal tanggal 13 April 1947. 
  • BL661 MENADO - Ditembak jatuh oleh Bf-109 dekat St. Omer Perancis 8 Maret 1942. 
  • BL664 TEGAL - Berpindah kepemilikan ke Portugal pada 19 Oktober 1943.
  • BL676 BONDOWOSO - Diubah menjadi Seafire pada Mei 1942 dan berubah nomor seri menjadi MB328. Mendarat darurat di lapangan, mengalami kerusakan dan dirongsok pada 28 September 1944. 
  • BL685 BRASTAGI - Berpindah kepemilikan ke Uni Soviet, 24 Maret 1943.
  • BL718 RINDSJANI - Mendarat darurat karena masalah mesin dekat Twatt Inggris pada 12 Desember 1944. Dicoret dari kedinasan tanggal 15 Januari 1945.
  • BL720 GEDEH - Bertabrakan dengan Spitfire nomor EN861 saat patroli malam diluar Beachy Head Inggris, 17 Juni 1944. Pilotnya yaitu Flying Officer W.H. Painter gugur.
  • BL721 GARUT - Ditembak flak saat mengawal Blenheim ke St. Omer Perancis pada 4 April 1942. Dicoret dari kedinasan. 
  • KOMERING ILIR - Tidak diketahui.
  • MERAPI - Tidak diketahui.
  • O.A.B. - Tidak diketahui.
  • BILLITON - Tidak diketahui.
  • ATJEH - Tidak diketahui.
  • PRINS BERNHARD - Tidak diketahui.
  • FLYING DUTCHMAN - Tidak diketahui.
  • MIDDELBURG I - Tidak diketahui.
  • MIDDELBURG II - Tidak diketahui.
  • TAPANOELI - Tidak diketahui.

Dari 100 buah Presentation Spitfire Hindia Belanda ini, muncul pertanyaan. Apakah ada Spitfire jenis ini yang dipakai oleh Belanda? Jawabannya ... tidak! Sebuah ironi memang bahwa tidak ada satupun pesawat tersebut dipakai oleh skuadron Belanda di RAF yaitu Skuadron No. 322 meskipun pernah dipakai oleh 90 skuadron berbeda. Besar kemungkinan, Spitfire yang melanglang buana di atas bumi nusantara saat Revolusi Kemerdekaan bukan Presentation Spitfire pula.
Spitfire di Indonesia
Sayang, engkau bukanlah sang Presentation. orz
Sumber: Pinterest

Berbicara tentang pesawat, bagaimanakah dengan personel Angkatan Udara KNIL (ML-KNIL)? Pilot ML-KNIL pada bulan Maret 1941, diberitakan telah ikut didalam RAF. Ada pula pilot yang diperbantukan di Coastal Command Inggris. Kelak 4 bulan kemudian, pilot ML-KNIL yang tergabung dalam RAF tersebut akan kembali ke Hindia Belanda. Sayang pilot yang kembali hanya satu - satunya yang selamat dari 3 pilot yang awalnya dikirim. Tetapi KNIL akan mengirim 5 pilot kembali yang akan menunggangi Spitfire dan tetap membantu Inggris. Pilot yang selamat tadi bernama luitenant Bawmer akan membantu perkembangan ML-KNIL melalui pengalaman perangnya. Bagaimanakah dengan pilot inlander? Pada Januari 1941, dari 20 % jumlah anggota ML-KNIL golongan inlander, mereka diterima menjadi pilot.
Jadi inilah Presentation Spitfire dan hubungannya dengan nasionalisme-patriotisme Hindia Belanda, terutama dari kacamata orang Australia. Menarik kita melihat bahwa ada orang inlander yang mempunyai patriotisme yang sama dengan Belanda. Namun sepertinya tidak seluruh orang inlander memiliki hal yang sama. Contohnya pada saat diadakannya pasar malam untuk Spitfire Fonds di Gianyar Bali pada Oktober 1940. Meskipun pasar tersebut sukses besar dan mendatangkan dana sebesar 2.000 gulden namun rakyat kecil cenderung tidak mengerti tentang apa motif dilaksanakannya acara tersebut. Melainkan karena untuk 10 hari lamanya mereka bisa menikmati segala macam hiburan. Tapi tetap saja, sumbangan yang diterima sangat dibutuhkan oleh sekutu. Kita lihat saja bahwa tidak sedikit sumbangan yang sudah diberikan oleh Hindia Belanda.
Menurut Koos Allemany, sumbangan dari Hindia Belanda dan negara koloni Belanda lainnya mencapai 20 juta gulden. Beberapa bagian dari uang tersebut yang diberikan kepada Pemerintah Belanda digunakan untuk membeli 14 pesawat pembom, 3 kapal depot, 1 kapal pemburu torpedo, dan 1 pesawat medis. Sebagian besar dana diberikan kepada Inggris untuk mengalahkan Jerman dengan membeli 100 Spitfire, 18 pesawat pembom, 3 Bristol Beaufighter, 6 tank, dan 14 Brengun Carrier. Mungkin dari ini Churchill merasa berhutang budi dan dia menjanjikan Belanda untuk mendapatkan kembali koloninya.
Pertanyaannya adalah mengapa Hindia Belanda bisa cepat jatuh meski banyak semangat seperti ini. Banyak kemungkinannya memang, beberapa diantaranya adalah kecepatan gerak pasukan Jepang seperti halnya blitzkrieg Jerman, strategi sebelum perang dan langkah Jepang mengambil hati orang inlander. Apakah mungkin nasionalisme orang inlander yang dilihat oleh orang Australia yang berkunjung hanyalah nasionalisme semu? Dimana semangat spitfire fonds hanya berpengaruh kepada yang eksklusif saja dan tidak kepada yang di daerah pelosok? Dari sini juga muncul satu pertanyaan, apa yang akan terjadi jika yang menginvasi Hindia Belanda bukan Jepang? Jawabannya mungkin berbeda sekali ...


Usia: 1940 - 1942