Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Minggu, 27 November 2016

Revue Costuums - Pakaian Sandiwara KL & KNIL

Berikut adalah koleksi yang tidak biasa. Karena selain koleksi ini ada hubungannya dengan KNIL, koleksi ini tentang contoh desain pakaian untuk pertunjukan tonil atau sandiwara.
Sumber
Buku sudah terlihat tidak biasa dari kovernya. Terlihat seorang anak kecil berhelm Inggris Mark II di belakang seorang laki - laki yang sedang merokok dan memakai sepatu bot militer. Kita menyadari bahwa pria tersebut memakai gaun, kipas dan wig yang membuat penampilan dia seperti seorang wanita. Setiap kali saya melihat gambar ini, saya langsung teringat oleh Tesi Srimulat. hehehe


Sumber
Pasti banyak orang yang tidak tahu bahwa anak kecil disini adalah maskot yang dibuat oleh Dienst Welfare (Bagian Kesejahteraan) Militer Belanda. Maskot yang bernama "Wimpie Welfare" atau "Neeltje NIWIN" dibuat oleh J. Chevallier ini pertama kali dibuat pada tahun 1946 alias pada masa Era Revolusi Kemerdekaan. Tujuan pembuatan buku ini sendiri dijabarkan pada kalimat pembuka yaitu untuk memudahkan jalannya tonil, terutama pakaian dari periode tertentu. Model yang digunakan, didesain agar mudah dibuat dengan bahan yang sedikit serta terbuka luas improvisasi dan ide. Buku yang cocok untuk desainer pemula dan karena desainnya yang mudah diharapkan muncul ide yang baru dengan model pakaian yang baru pula.

Sesuai dengan kalimat pada pembukaan, terdapat banyak desain yang disediakan. Dari hiasan hingga pakaian baik untuk pria maupun wanita. Berikut desain yang terdapat pada buku ini:
  1. Bont (Bulu)
  2. Papieren Tulband (Sorban Kertas)
  3. Vest (Rompi)
  4. Arabische Lendendoek I (Cawat Arab)
  5. Cowboy (Koboi)
  6. Cowboy (Koboi)
  7. Cowgirl (Koboi Wanita)
  8. Vreemdelingenlegioen (Legiun Asing Prancis)
  9. Fransch Koloniaal Leger (Pasukan Kolonial Prancis)
  10. De Engelsche Domine (Tuan Besar Inggris)
  11. Papieren Strik (Renda Kertas)
  12. Ornament (Hiasan)
  13. Bladeren en Bloemen (Daun dan Bunga)
  14. Pet (Topi Pet)
  15. Hooge Hoed (Topi Tinggi - High Hat)
  16. Papieren Sjerp (Selempang Kertas)
  17. Ornamenten (Hiasan)
  18. Banaan (Pisang)
  19. Apple (Apel)
  20. Druiven (Anggur)
  21. Ananas (Nanas)
  22. Koriste (Penyanyi Wanita)
  23. Hawaian Meisje (Wanita Hawaii)
  24. Rumba (Rumba)
  25. Koriste (Penyanyi Wanita)
  26. Rococo - Stijl (Mode Rococo)
  27. Cupido (Cupid)
  28. Koriste (Penyanyi Wanita)
  29. Can - Can (Can - Can)
  30. Rococo - Stijl (Mode Rococo)
  31. Napoleontischetijd (Masa Napoleon)
  32. "1860"
  33. Costuum Voor Bejaarde Dame (Pakaian Untuk Wanita Lanjut Usia)
  34. Schooljongen (Murid Sekolah)
  35. Koriste In Wintercostuum (Penyanyi Wanita Dengan Pakaian Musim Dingin)
  36. Koriste (Penyanyi Wanita)
  37. Crepe Papieren Bloem (Bunga Kain Perca)
  38. Bloemblad (Daun Bunga)
  39. Iersche Hoed (Topi Irlandia)
  40. Bladeren (Daun)
  41. Madeliefje (Bunga Aster)
  42. Lelie (Bunga Bakung)
  43. Tamboer Majoor (Mayoret)
  44. Piccolo (Asisten Pelayan di Hotel / Restoran)
  45. Boer (Petani)
  46. Boerin (Petani Wanita)
  47. Bruid (Pengantin Wanita)
  48. Fat Uit Het Victoriaansche Tijdperk (Pakaian Masa Victoria)
  49. Veaudeville Ster 1890 (Bintang Kabaret 1890)
  50. Engel (Malaikat)
  51. Oostersche Prins (Pangeran Austria)
  52. Mexicaansche Danseres Penari Meksiko)
  53. Ballet (Penari Balet)
  54. Tamboer Majoor (Mayoret)
  55. Carmen Miranda (Penyanyi Samba Terkenal)
  56. Schoolmeisje (Murid Sekolah Wanita)
  57. Victoriaansch Tijdperk (Pakaian Masa Victoria)
  58. Indiian (Pakaian Indian)
  59. Madonna (Wanita Cantik)
  60. Indiaansche Hoofdtooi (Topi Indian)
  61. Indiaansche Meisje (Wanita Indian)
  62. Acrobaat (Ahli Akrobat)
  63. Cowboy Hoed (Topi Koboi)
  64. Ornamenten (Hiasan)
  65. Kolbak (Topi Rendah Berbulu - Colpack)
  66. Romeinsch Soldaat (Prajurit Romawi)

Uniknya pada bagian elang, tertera lambang swastika dari pensil.
Mungkin dulunya sang pemilik buku, menggunakan desain kolbak tersebut untuk menggambarkan cerita yang ada hubungannya dengan pasukan Nazi
Pada bagian schouderdoek terdapat tulisan "K.L. Div.192".
Meskipun tidak ada divisi ke-192 pada Koninklijke Leger (KL - Pasukan daratan Belanda) namun terbersit kemungkinan. Apakah sang pemilik dulunya orang KL dan bukannya KNIL?


Akhir kata, buku ini memang unik. Karena pada dasarnya, tentara adalah manusia dimana mereka membutuhkan hiburan sebagai penyembuh ketegangan mereka. Terutama di medan perang dimana nyawa taruhannya. Ini juga berlaku kepada pasukan Belanda pula ...


Usia: 1946 - 1950

Minggu, 20 November 2016

Bayonet - KNIL Beaumont M1871

Setelah bayonet getrokken, inilah bayonet kedua yang saya dapatkan saat itu. Bayonet berikut adalah bayonet M1871 yang dipasang pada senapan Beaumont. Senapan Beaumont sendiri adalah senapan isi belakang (breech loader) pertama milik Belanda. Menggantikan posisi senapan sistem lantak perkusi dan sistem Snider, senapan Beaumont menandai keikutsertaan Belanda pada tren senapan breech loader di dunia pada masa itu. Senapan tersebut pada masanya mempunyai berbagai varian, dari model M1871, model kolonial M1873 untuk pasukan KNIL, hingga varian untuk kadet.
Untuk bayonet sendiri, terdapat 2 varian. Varian atau pola pertama menggunakan 1 buah baut pada storm ring (ring pengunci). Storm ring untuk pola pertama terbuat dari besi. Pola berikutnya adalah pola kedua, ini ditandai dengan adanya 2 buah baut dan storm ring terbuat dari baja. Untuk pola kedua ini muncul pada Juni 1875. Di waktu yang bersamaan pula, "kerah" bayonet dibuat pula dari baja. Untuk pergantian ini, KNIL baru mulai mengadopsinya pada tahun 1877. Selain itu pula, bayonet yang dipakai oleh KNIL diwarnai warna coklat.
Harap diketahui bahwa KNIL juga sempat membuat bayonet model mereka sendiri pada masa yang bersamaan yaitu model M1873. Namun bayonet tersebut tidak untuk senapan Beaumont, melainkan untuk karaben Remington. Bentuk bayonet itu sendiri, serupa dengan M1871 pola kedua namun kepala-leher bayonet lebih pendek. Bayonet tersebut juga lebih langka.














Stempel pada bayonet
Nomor seri "F 43"

Perbandingan dengan bayonet Getrokken / Snider

Ukuran bayonet


Bayonet tipe Beaumont tetap dipakai hingga munculnya senapan Mannlicher pada tahun 1895.


Usia: 1871 - 1877

Minggu, 13 November 2016

Kancing Artileri KNIL

Salah satu misi saya sebagai kolektor adalah mengoleksi seragam KNIL. Hanya saja, seragam KNIL sangatlah langka terutama yang berasal dari abad ke-19. Namun paling tidak, saya berhasil mendapatkan bagian kecil seragam tersebut. Bagian kecil tersebut adalah kancing ini.





2 kancing dengan ukuran masing - masing 2 cm dan 1 1/2 cm ini mempunyai relief meriam silang. 

Emblem ini sendiri adalah emblem artileri KNIL. Emblem tersebut dipakai hingga masa Revolusi Kemerdekaan.
Pangkat majoor artileri.
Sumber

Pertanyaannya adalah kapan kancing ini dibuat? Menurut mentor saya Koos Allemany, kancing ini dibuat sekitar tahun 1870. Entah sebelum atau setelahnya.
Menurut cara identifikasi usia kancing oleh Stanley J. Olsen pada tahun 1963, kancing diatas adalah kancing kelas I.

Sumber

Pertama kali dibuat pada tahun 1830 hingga saat Olsen membuat data di atas.
Saat saya cek di KITLV, kancing tersebut terlihat pada foto berikut.
Menurut korespondensi saya dengan pakar seragam KNIL yaitu R.A.J. Wolters beberapa tahun lalu, seragam pada foto adalah seragam tipe kolonial yang merupakan salah satu bagian seragam model M1855. 

Seragam kleine tenue model M1855 artileri dengan pangkat gombyok, tweede luitenant

Seragam yang hanya diperuntukkan oleh para perwira tersebut memakai emblem kerah artileri KNIL yaitu sebuah granat tersulut. Emblem granat tersulut sendiri uniknya oleh militer di tanah Belanda digunakan sebagai penanda marechaussee (hingga sekarang disebut marsose) atau Polisi Militer. Untuk kancing sendiri memakai emblem meriam silang. Seragam saat itu dipakai sebagai kleine tenue atau PDH (Pakaian Dinas Harian) alias seragam harian.
Seragam groot tenue model M1868 artileri, tweede luitenant.
Perbedaan antara seragam M1868 dengan sebelumnya adalah kerah sudah memakai pangkat bintang dan bukannya lambang kesatuan. Selain itu pula terdapat perbedaan topi, penambahan lidah baju (epolet) dan standar pangkat gombyok yang sudah disamakan dengan standar militer di tanah Belanda (bukannya KNIL).

Untuk kancing meriam silang, seperti yang telah disinggung diatas pula, sebenarnya penggunaannya sudah dipakai sebelum tahun 1870. Salah satunya untuk seragam pendahulu model M1855, seperti yang terlihat pada lukisan dibawah ini:
Sumber

Namun berhubung ini adalah lukisan, kebenarannya masih harus dipertanyakan dan harus digali lebih mendalam. Kancing meriam silang sendiri ada kemungkinan tetap dipertahankan paska seragam model M1868 dan bukan tidak mungkin hingga Perang Dunia II yaitu saat pemakaian seragam Jas Toetoep.
Sayang gambar kancing tidak terlalu jelas disini.
Tetapi sekilas terlihat emblem meriam silang pada kancing.
Sumber

Untuk kancing sendiri terdapat 2 macam ukuran. Yang besar berukuran 2 cm dan ini dipakai pada bagian muka seragam. Sedangkan yang kecil berukuran 1 1/2 cm, dipakai di bagian manset. Selain itu pula, kancing untuk para perwira berwarna emas atau mungkin sepuh emas. Seperti penggambaran ulang dibawah ini.

Menurut pendapat dan pengamatan saya, kancing yang mempunyai relief emblem untuk periode saat itu adalah artileri, genie (zeni), dan medis.
Bagaimana dengan anda? Apakah anda mempunyai kancing seperti di atas? Silahkan komentar. 


Usia: < 1912

Minggu, 06 November 2016

Medali Javasche Motor Club

Untuk post ini bisa dibilang berbeda. Jika sebelumnya saya menampilkan medali koleksi saya beserta artikel dari sebuah majalah lama seperti post Bintang Sewindu APRI, kali ini saya tidak mempunyai koleksinya baik itu medali maupun majalahnya. Artikel yang saya tampilkan disini adalah dari majalah milik teman saya yaitu muara-buku. Majalah yang dimaksudkan disini adalah majalah Pandji Poestaka. Majalah yang diterbitkan oleh penerbit terkenal Balai Pustaka ini pertama kali terbit pada tahun 1923. Usia majalah ini sendiri termasuk lama yaitu hingga tahun 1945 mereka diterbitkan. Untuk koleksi teman saya disini adalah dari tahun 1926. Sesuai dengan judul, salah satu artikel yang paling menarik untuk di share disini adalah medali yang dikeluarkan oleh Javasche Motor Club. Sekedar informasi saja, artikel pada post ini berasal dari 3 majalah Pandji Poestaka yang berbeda yaitu nomor 12 tanggal 12 Februari 1926, nomor 16 tanggal 26 Februari 1926, dan nomor 18 tanggal 5 Maret 1926.
Javasche Motor Club / Java Motor Club (J.M.C.) atau yang mempunyai nama lengkap Koninklijke Vereeniging Java Motor Club sendiri adalah asosiasi pengendara bermotor Hindia Belanda. Menurut koran De Sumatra Post tanggal 20 Januari 1911, J.M.C. awalnya bernama Soerabajasche Autoclub / Soerabajasche Motorclub. Klub tersebut berdiri di Surabaya pada 27 Maret 1906 yang diresmikan melalui keputusan pemerintah Gouvernements Besluit tanggal 27 Maret 1906. Nantinya pada medio bulan September ditahun yang sama, klub menerbitkan majalah mereka yaitu De Indische Auto.
Artikel koran De Sumatra Post tanggal 20 Januari 1911 yang memuat tentang reorganisasi J.M.C. yang salah satunya menyebut asal muasal J.M.C. dari Soerabajasche Autoclub.
Koleksi Koninklijke Bibliotheek

Artikel koran Het Nieuws van den Dag tanggal 29 Maret 1906. Disebutkan klub Soerabajasche Motorclub diresmikan pada 27 Maret 1906.
Koleksi Koninklijke Bibliotheek

Koran Soerabaijasch Handelsblad 17 September 1906 disini menyebut majalah De Indische Auto sebagai majalah milik Soerabajasche Motorclub.
Majalah tersebut disebut memuat AD/ART klub.
Koleksi Koninklijke Bibliotheek


Dalam perjalanannya, J.M.C. berganti nama menjadi Indische Motor Club (I.M.C.), Indonesische Motor Club dan sekarang sebagai Ikatan Motor Indonesia (I.M.I.). J.M.C. sendiri dalam sejarahnya membuat banyak pernik - pernik, entah itu peta, buku, pin, hingga yang terlupakan yaitu medali dibawah ini.

Sumber: Olx.com


Medali diatas adalah medali yang diberikan kepada para supir yang mengemudikan kendaraan dengan selamat, minimal selama 10 tahun. Bentuk medali sendiri sekilas serupa dengan medali Militaire Willems Orde dan Orde van Nederlands LeeuwUniknya di bagian tengah medali terdapat relief gambar mobil. Terdapat pula monogram "M". Ada kemungkinan monogram ini berarti "Motor". Selain itu pula terdapat tulisan "Voor 10 Jaren Dienst" atau artinya "Untuk Pengabdian 10 Tahun". 
Seperti pada gambar, medali ini juga mempunyai pita atau ribbon. Untuk mengetahui warna ribbon, kita bisa bandingkan dengan foto dibawah ini.
Sumber

Jika anda perhatikan, warna ribbon serupa dengan warna ribbon medali paling kanan. Medali yang dimaksudkan disini adalah Onderscheidingsteeken voor Langdurige Dienst als Officier atau medali pengabdian dinas untuk perwira militer Belanda.
Sumber: Pinterest

Namun jika kita perhatikan, warna ribbon terlihat terbalik. Jadi kita bisa mengambil kesimpulan bahwa warna ribbon untuk medali J.M.C. adalah biru nassau, putih, dan oranye. 
Pemberian medali juga disertakan dengan sebuah piagam laiknya medali pada umumnya.
Kurang diketahui ada berapa kelas medali ini eksis. Saat mencari tambahan informasi, saya menemukan medali dibawah ini dijual di sebuah situs jual - beli.
Sumber

Anda lihat sendiri, medali tersebut adalah medali kelas 5 tahun. Namun medali tersebut dibuat saat organisasi sudah berganti nama menjadi I.M.C.. Ada kemungkinan awalnya medali hanya diperuntukkan untuk supir yang bekerja dengan selamat selama 10 tahun. Namun dalam perkembangannya, kemungkinan saat J.M.C. berubah nama menjadi I.M.C., medali ditambah kelasnya dengan kelas 5 tahun ini. Ada kemungkinan pula terdapat kelas lainnya seperti medali Onderscheidingsteeken voor Langdurige Dienst als Officier.
Setelah keterangan medali, mari kita lihat beberapa penerima medali yang unik ini. Yang pertama adalah Soerowidjojo.


Dia sudah bekerja sebagai supir selama 20 tahun untuk J. van Koetsveld, yang dulunya pengurus pabrik gula. 
Untuk orang kedua, dia adalah supir resmi keraton Kasunanan Surakarta.

Madaroem namanya. Dia bekerja sebagai sopir pribadi Pakubuwono X selama 18 tahun atau sejak tahun 1908. Perhatikan sepatu kets dia yang kurang cocok dengan seragam yang dia pakai. Mungkin dia lebih memilih kenyamanan dibanding penampilan.
Untuk supir dalam keraton, menurut almanak Narpowandowo tahun 1930 mereka masuk dalam bagian Gitas Wandawa atau bagian "motor". Diketuai oleh Raden Tumenggung Widaningrat. Jabatan tetua sekaligus "sopir" dipegang oleh orang Belanda bernama W. H. Huysmans.
Penerima ketiga adalah Moedassim.

Disini dia sudah bekerja selama 20 tahun di Perusahaan Perkebunan "Pondok Gedeh" di Cigombong, Bogor.
Orang keempat adalah Sijan.

Sijan disini bekerja selama 10 tahun untuk L. Leefers. Pengurus pabrik gula "Banjaratma" di Brebes. Perhatikan pemakaian medali, dimana posisi penempatan medali dia berbeda dengan penerima medali lainnya.
Berikutnya adalah Djojoprajitno atau yang bergelar Raden Wagio.

16 tahun dia sudah bekerja di Handelsvereeniging Amsterdam.
Orang keenam adalah Mas Ngabehi Wiromaroeto.

Serupa dengan Madaroem, dia bekerja di kota Solo. Hanya saja dia bekerja di Rijksauto Dienst selama 17 tahun. Kurang diketahui apakah dia bekerja untuk Kasunanan, Mangkunegara, ataukah untuk Pemerintah Belanda.
Untuk penerima terakhir disini, dia bukanlah orang sembarangan.

Mohamad Djini disini sudah bekerja selama 15 tahun untuk N.V. Automobiel Import Maatschappij cabang F.I.A.T.. Ya, pabrik mobil Italia yang terkenal dari kota Turin itu. Djini disini mendapatkan medali di tahun yang sama saat Juventus mempersembahkan gelar pertamanya untuk pemilik baru mereka. Yaitu Edoardo Agnelli yang juga pemilik F.I.A.T..
Uniknya bagi para penerima medali, bisa diadakan upacara selamatan. Seperti yang terjadi oleh Sastro.
Sumber
Sumber

Sastro yang merupakan supir C.H. Japing saat itu mengadakan selamatan saat menerima medali kelas 10 tahun. Upacara yang terjadi pada tahun 1937 itu juga dihadiri oleh rekannya yang juga sudah menerima medali tersebut. Uniknya penjelasan pada foto tersebut masih memakai nama J.M.C. bukannya I.M.C.
Kembali ke artikel, jika kita melihat kalimat yang tertera, kemungkinan para penerima medali ini hanya terbatas bagi yang majikannya menjadi anggota J.M.C..
Untuk pekerjaan supir sendiri, berdasarkan buku Indisch Verslag 1931, terdapat data penduduk Hindia Belanda yang bekerja. Di Batavia sendiri terdapat 4 orang Eropa, 178 orang Inlander, dan 3 orang Cina keturunan yang melamar bekerja sebagai supir. Yang diterima sebagai supir 43 orang Inlander. Sedangkan lowongan yang dibuka untuk 44 orang Inlander.
Untuk di Bandung terdapat 2 orang Eropa, 252 orang Inlander, dan 2 orang Cina keturunan yang melamar. 62 orang Inlander yang diterima. Lowongan yang dibuka untuk 139 orang Inlander.
Tegal: 2 orang Inlander untuk ketiga macam laporan.
Yogyakarta: 1 orang Eropa, 160 orang Inlander, dan 1 orang Cina keturunan yang mencari pekerjaan. 67 orang Inlander yang diterima sebagai supir. Lowongan yang dibuka adalah untuk 68 orang Inlander.
Surabaya: 6 orang Eropa, 75 orang Inlander, dan 1 orang Cina keturunan yang melamar. 69 orang Inlander yang diterima. 79 lowongan kerja untuk orang Inlander.
Malang: 4 orang Eropa dan 26 orang Inlander yang melamar. 2 orang Eropa dan 16 orang Inlander yang diterima. Lowongan yang dibuka untuk 3 orang Eropa dan 17 orang Inlander.
Jika kita lihat data diatas, pekerjaan supir tidak hanya ekslusif untuk orang Inlander belaka. Namun sudah menjadi salah satu lowongan pekerjaan resmi pada masa kolonial yang bahkan dikerjakan oleh keturunan ningrat dan orang Eropa sekalipun.
Menurut artikel sendiri, pekerjaan supir atau lebih tepatnya mengemudikan mobil pada masa kolonial dipandang sebagai pekerjaan yang susah. Pada masa itu, sering sekali terjadi kecelakaan baik yang biasa maupun yang mengerikan.
Dapat dibilang pemberian piagam dan medali ini adalah suatu langkah yang sangat unik dan bagus pada masanya. Selain untuk meminimalisir angka kecelakaan, para supir notabene mendapatkan sebuah kebanggaan tersendiri. Dimana mereka bisa membanggakan kinerja pekerjaan mereka yang aman. Selain itu pula, mereka juga bisa bangga karena mendapatkan penghargaan dari J.M.C.. J.M.C. sendiri pada masanya bukanlah organisasi kacangan atau kecil. Menurut artikel pula, banyak papan penanda J.M.C yang digantung di jalan - jalan besar pulau Jawa terutama di kota - kota di pulau tersebut. Alhasil banyak orang yang tahu tentang organisasi tersebut.
Selain itu bagi masyarakat awam, mereka sudah pasti akan memberi penilaian baik kepada supir penerima medali tersebut. Juga timbul rasa aman dan nyaman jika mereka tahu bahwa supir yang mengantar mereka sudah bertahun - tahun tidak mengalami kecelakaan. Berbeda pada masa sekarang dimana jalanan hampir tiada aturan atau seperti yang ibu saya pernah bilang setan berkeliaran di jalan ...


Usia: 1926