Label

agfa (4) amerika (61) belanda (217) buku (79) bulu tangkis (6) calm before storm (1919-1938) (83) canteen (6) cina (25) diary (22) dongeng (2) filateli (30) film (7) foto (64) gaji (3) gevaert (3) happy birthday (8) helm (22) hukum (2) indonesia (256) inggris (53) italia (15) jepang (60) jerman (69) kanji (10) kapal (36) kartun (1) kenang-kenangan invaliden (4) kepala negara (68) knil (93) komik (1) koos allemany (18) koran (5) liner (2) lukisan (3) m1 (11) majalah (15) manual (10) medali (31) misteri (20) muara-buku (12) museum goes to campus (8) musik (6) named collection (24) olah raga (9) once upon a time (3) paper work (45) paska soviet (19) pengumuman (8) perang dingin (158) perang dunia I (32) perang dunia II (162) personal tale (4) perwira (73) peta (9) polisi (18) post-napoleonic (6) prajurit (80) propaganda (57) repro (4) rusia (14) sekolah (7) senjata (18) seragam (32) sipil (107) Story Behind Letter (5) surakarta (70) tentara (137) tni (91) ulang tahun blog (17) unik (72) update (49) veteran (10) victorian-edwardian (41) video (18) voc (11) Wij Strijden Met De Teekenstift (52)

Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Tampilkan postingan dengan label named collection. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label named collection. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 Maret 2017

Story Behind Letter - Surabaya 45


Seperti biasanya, saat masuk tanggal 1 kita cek Story Behind Letter. Kali ini kita akan membahas kartu pos bercap stempel 19 Oktober 1945 dari Raden Ayu Soejono kepada suaminya yaitu Kanjeng Pangeran Haryo Soejono Handajaningrat. Bu Soejono yang saat itu tinggal di Surabaya mengirimkan sebuah surat konfirmasi kepada Pak Soejono yang berada di Solo. Entah bagaimana ceritanya mengapa mereka berdua saat itu berada di 2 kota berbeda yang berjauhan. Namun yang pasti, Bu Soejono memberitahukan kondisi anak - anak mereka di Surabaya. Untuk lebih jelasnya, silahkan anda baca terlebih dahulu suratnya berikut ini: 
"Sb 18/10 45

Pak jang terhormat,
Bersama ini saja memberi kabar djika anak2 semoea ada slamet ta koerang apa2. Tjoema ini waktoe banjak repot pekerdjaan. Kemarin sore djam 4 mengadakan parade demonstratie di kotta Sb sama tank2 dan mrijem. Kamoe poenja anak wong djadi kepalanja. Kita poenja roemah dapet djaga dan ada telpon sekarang. Djadi kalaoe rawoeh lebih baik disini sadja. Kaoem Indo ta diberi makan, jang laki ditawan sebab Nica terlaloe tenaganja di lain tempat. Maka dari ini anak2 banjak kerdja saja
(tidak terbaca) dan djaga semoeanja. Saja harep anak2 di Solo semoa sehat slamet. Pah djoega Pak Bario saja denger dari Pono.
Sekianlah doeloe. Hormat dari kita semoea.
Iboenja anak2."


Surabaya 18 Oktober 1945

Bapak yang terhormat,
Bersama ini saya memberi kabar jika semua anak selamat, tidak ada yang kurang. Hanya saja akhir - akhir ini banyak kesibukan. Kemarin sore jam 4 mengadakan parade di kota Surabaya bersama tank - tank dan meriam. Anakmu menjadi kepalanya. Kami punya rumah yang ada penjaganya dan sekarang ada telepon. Jadi kalau berkunjung lebih baik disini saja. Kaum Indo tidak diberi makan, yang pria ditawan sebab NICA selalu dimana - mana. Maka dari ini anak - anak sibuk bekerja, saya (tidak terbaca) dan jaga semuanya. Saya harap anak - anak di Solo semua sehat dan selamat? Pah saya juga dengar Pak Bario dari Pono.
Sekian dulu. Hormat kami dari kami semua.
Ibunya anak - anak.

Seperti yang anda sudah baca, ada beberapa poin menarik yang bisa diambil dari "laporan" Ibu Soejono disini. Yang pertama adalah pada tanggal 17 Oktober 1945 terdapat parade militer. Parade yang dilaksanakan pada jam 4 sore tersebut juga dipimpin oleh salah satu putra keluarga Soejono. Jika kita perhatikan kekuatan militer yang ditampilkan saat itu tidaklah main - main. Terdapat lebih dari 1 tank dan meriam, parade ini kemungkinan diadakan sebagai show of force baik kepada masyarakat, tentara Jepang ataupun kepada Inggris / NICA karena minggu berikutnya Inggris mendaratkan pasukannya di Surabaya.
Tank buatan Jepang Tipe 97 Shinhoto Chi-ha koleksi Museum Brawijaya di Malang.
Tank ini direbut dari Jepang pada bulan Oktober 1945 dan nantinya digunakan melawan Inggris dalam Pertempuran Surabaya 1 bulan kemudian. Apakah tank ini yang sempat disaksikan oleh Bu Soejono?
Sumber
Tank buatan Amerika Serikat Marmon - Herrington CTLS milik PBM (Pasukan Berani Mati - Jibakutai ?) yang direbut oleh pasukan Inggris pada Pertempuran Surabaya. Apakah tank ini juga ikut berparade pada tanggal 17 Oktober 1945?
Sumber


Armoured Personnel Carrier buatan Inggris yaitu Bren Carrier yang dimodifikasi oleh TKRL (Tentara Keamanan Rakyat Laut) direbut oleh pasukan Inggris saat Pertempuran Surabaya. Apakah APC ini juga dilihat oleh Bu Soejono sebulan sebelumnya?
Sumber: Wikipedia

Meriam anti udara buatan Inggris Bofors yang dilumpuhkan oleh Inggris pada Pertempuran 10 November.
Apakah meriam ini yang disinggung oleh Nyonya Soejono di suratnya?
Sumber

Untuk yang kedua, putra keluarga Soejono memimpin langsung parade tersebut. Berarti sang putra bukanlah orang sembarangan di kalangan militer Indonesia pada masa itu. Selain itu pula, putra Soejono yang lain juga bekerja sebagai tentara. Berkat itulah rumah keluarga Soejono di Surabaya dijaga dan aman dari pihak lawan.
Keunikan lainnya adalah sudah adanya gerakan untuk membungkam elemen yang dianggap akan pro kepada NICA. Sebelumnya NICA sudah mendarat bersama Inggris pada pertengahan bulan September tahun 1945 di Jakarta. Jika kita menilik isi surat Nyonya Soejono, NICA sudah bergerak untuk mencari simpatisan. Alhasil orang Indo menjadi target, akibatnya mereka tidak diberi makan oleh pihak Indonesia serta kaum prianya ditawan. Karena ini pula anak - anak keluarga Soejono sibuk untuk mengincar orang - orang suruhan NICA tersebut.
Keunikan terakhir adalah kartu pos yang digunakan oleh Bu Soejono adalah kartu pos jaman Jepang. Suatu yang lumrah terjadi pada saat itu, terutama beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Gunakan yang tersisa sambil menunggu cetakan yang baru muncul.
Jadi beginilah surat dari sang istri kepada suaminya. Meskipun dari penampilan, kartu pos ini terkesan biasa namun isinya sudah menggambarkan kegentingan yang terjadi di Surabaya pada saat itu. Kegentingan yang akan meledak pada tanggal 10 November 1945. Bagaimanakah nasib Nyonya Soejono terutama anak - anaknya nanti? Ini masih menjadi pertanyaan besar ...


Usia: 19 Oktober 1945

Minggu, 15 Januari 2017

Catatan Rumah Jawa Meneer Bischoff

Berikut adalah salah satu koleksi unik saya.
Ini bukan kumpulan foto seorang Belanda dan bukan merupakan sebuah diary, melainkan sebuah catatan observasi atau penelitian seorang Belanda terhadap kebudayaan Jawa.

Tulisan Bischoff di kover kemungkinan juga adalah tanda tangan. Bisa kita asumsikan bahwa Bischoff disini adalah pemilik buku ini. Selain itu pula terdapat tulisan "15 Januari 1928", kemungkinan pada tanggal itu Meneer Bischoof membuat buku tersebut.
Pada halaman pertama terdapat diagram rumah Jawa beserta arti ungkapannya dalam bahasa Belanda.

Pada halaman berikutnya tergambar diagram penampang atap Joglo beserta ukurannya.

Untuk berikutnya adalah atap Prampasan dan Grojogan. Dimana Bischoff memberi bahasa lain pada atap - atap tersebut. Prampasan disebut Schild-dak atau atap perisai dan Grojogan sebagai Zadel-dak atau atap sadel.

Ada juga atap Grojogan dan teras Gedang Selirang. Bischoff menyebutnya Zadeldak met Lessenaarsdak atau atap sadel dengan atap meja membaca.
Untuk Gedang Selirang sendiri, dia juga menggambarnya secara terpisah dan dengan model yang berbeda.

Berikutnya adalah diagram atap rumah.

Uniknya selain ukuran yang disertakan, ada pula bahan - bahan yang dibutuhkan untuk membuatnya disini. Yang menariknya adalah adanya penggunaan semen "Portland" sebagai campuran bahan.
Halaman berikutnya adalah bagian penampang depan atap yang bernama Tutup Keong beserta dalamannya.

Rumah atau atap berikut adalah tipe Doro gepak.

Setelah bagian rumah dan atap, Meneer Bischoff mencatat tentang primbon (horoskop Jawa). Uniknya dia juga mencatat keterangan dalam Bahasa Indonesia .... ejaan van Ophuijsen tentunya.

Primbon yang dia catat adalah primbon berkunjung, ...

hingga beristri pertama ....

Setelah primbon, uniknya lagi Bischoff menulis tulisan tentang bagaimanakah membuat rumah tangga lebih bahagia dalam bahasa Belanda.
Herinnering aan de dag Der Volktrekking van uw Huwelijk
Wilt gij uw te huis gelukkig maken?
Leer uzelf beheerschen om zacht en geduldig te zijn. Leg u toe op een vroolijk optreden en een zonnig humeur.

Houd een goed humeur, voornamelijk in dijden van zorg, teleurstelling en slechte gezondheid, en sterk n door ‘t beref van uw eigen tekortkomingen en dwalingen. Als gij in verslagenheid verkeert, handel af spreek dan niet, voor gij gebeden hebt.
Onthoud, dat, hoe nuttig de gave van spreken ook is, de gave van zwijgen dikwijls nog meer waarde heeft.
Verwacht niet te veel van anderen, maar denk er aan, dat ieder zijn fouten en verkeerde neigingenheeft; en dat wij moeten vergeten en vergeven, het geen wij ook zoo dikwijls voor onszelf verlangen. Geeft nooit toe aan scherpe verwijten af booze woorden. Het tweede woord brengt den strijd aan. wacht u voor oneenigheid. Leer spreken met kalme, zachte stem.
Tracht vriendelijke en aangename dingen te zeggen, wanneer de gelegenheid daartoe zich voordoet.
Bestudeer het karakter van ieder familielid, en deel in zijn zorg, hoe klein die ook zij.
Veronachtzaam de kleine dingen niet, als zij het gemak van anderen maar eenigzins kunnen bevorderen.
Vermijd drift en gemeenlijkheid en mok nooit. Leer u zelf verloochenen en anderen de voorkeur geven. Wacht u voor bemoeiallen en kwaad spreken. Luister nooit naar gedachtelooze of boosaardige praatjes. Vraag den grooten vader aller menschen, in uw huis te wonen: dan zal het in waarheid een “Tempel des vredes” zijn.

Selain Bischoff, ada tulisan lain yang tertera pada buku ini.

Tulisan tersebut seperti yang anda lihat dalam Bahasa Jawa Krama Halus yang ditujukan kepada Bischoff dari "TS". Intinya tulisan tersebut adalah undangan TS kepada Bischoff untuk melihat acara yang TS adakan di rumah dia pada jam 7 malam. Sangat unik memang mengapa TS menulis undangannya di buku Bischoff langsung.
Yang terakhir adalah ungkapan - ungkapan untuk rumah Jawa yang diartikan kedalam bahasa Belanda oleh Bischoff sendiri.

Setelah anda lihat sendiri, keunikan buku ini sangatlah melimpah. Sangat jarang melihat langsung bukti dari seorang javanolog Belanda apalagi dengan undangan dari seorang Jawa. Siapakah Bischoff disini? Peneliti? Ambtenaar? Banyak kemungkinan, tapi yang pasti buku catatan dia adalah sesuatu yang tidaklah biasa ...


Usia: 15 Januari 1928

Minggu, 08 Januari 2017

Lukisan Zaman Belanda - Kastil Ehrenfels dan Alegori Jerman

Untuk pertama kalinya saya mendapatkan lukisan yang saya perkirakan dari masa kolonial belanda. Maka tidak ada salahnya saya perlihatkan disini.
Lukisan yang menggambarkan pemandangan reruntuhan kastil, bukit dan perahu ini sudah terlihat pudar karena usia.

Nama Pelukis
D. Veejir? D. Veejiz? D. Veejis? D. Veejix? D. Veerjir? D. Veerjiz? D. Veerjis? D. Veerjix? D. Ver-jir? D. Ver-jiz? D. Ver-jis? D. Ver-jix? Banyak kemungkinan memang, namun ada nama India atau Parsi "Veerji". Apakah pelukis adalah orang India? Mungkin nama lengkapnya adalah Daamodar Veerji?

Bagian Belakang

Setelah anda melihat obyek lukisan diatas, pertanyaan pertama adalah dimanakah atau dari mana sang pelukis mendapatkan inspirasi? Menurut Koos Allemany, ada kemungkinan obyek diambil dari reruntuhan kastil di sepanjang sungai Rhine. Setelah saya selidiki lebih lanjut, bentuk kastil diatas mirip dengan Kastil Ehrenfels (Burg Ehrenfels) di Hesse, Jerman. Terutama karang pada bagian depan kastil. Uniknya reruntuhan yang berada di latar depan kemungkinan adalah Menara Tikus (MƤuseturm).
Sumber

Bangunan pertama dibangun pada tahun 1212, sedangkan bangunan kedua dibangun pada masa Romawi. Keduanya dihancurkan oleh Prancis pada tahun 1689.
Gambar - gambar Kedua Bangunan Sebelum Tahun 1855
Tahun 1646
Sumber
Tahun 1817
Sumber
Tahun 1830
Sumber
Menara Tikus Tahun 1839
Sumber
Tahun 1840
Sumber
Tahun 1841
Sumber
 Sebelum Tahun 1855
Sumber


Kedua bangunan mangkrak selama beratus - ratus tahun. Namun nasib Menara Tikus berubah pada tahun 1855. Sebelum Jerman disatukan oleh Prusia, Prusia mengambil keputusan untuk membangun ulang Menara Tikus untuk dijadikan sebagai Menara Sinyal. Meskipun Jerman kalah pada 2 perang dunia, namun kondisi Menara Tikus masih sama saat dibangun ulang.
Uniknya seperti yang anda lihat bentuk reruntuhan Menara Tikus berbeda sekali dengan penggambaran serupa oleh pelukis lainnya. Maka saya mengambil 2 hipotesis, mengapa Menara Tikus dilukis berbeda:
1. Si pelukis ingin menggambarkan ulang kondisi kedua bangunan sebelum tahun 1855  namun dia tidak pernah melihat contoh - contoh gambar atau foto Menara Tikus, alhasil dia hanya bisa membayangkan Menara Tikus berupa reruntuhan yang tidak berbentuk.
2. Si pelukis menggambarkan sebuah alegori kekalahan Jerman di Perang Dunia I atau Republik Weimar. Obyek yang dia gunakan adalah Menara Tikus. Seperti yang anda lihat, Menara Tikus yang dibangun ulang terlihat elegan dan cantik. Maka dengan menggambarkan Menara Tikus sebagai reruntuhan yang tidak berbentuk, sang pelukis menggambarkan pula kondisi Jerman yang sebelumnya sangat kuat dan megah bagaikan Menara Tikus menjadi sebuah negara pariah belaka bagaikan sebuah reruntuhan bangunan atau dapat disebut shell of their former self
Pertanyaan kedua yang tidak kalah penting adalah kapan lukisan ini dibuat?
Karena pelukis tidak menulis tahun kapan dia membuat lukisan ini, jawaban bisa kita lihat dari bagian belakang lukisan alias kanvas.
Perbandingan kanvas 
Kiri: kanvas lukisan tahun 1994
Kanan: kanvas lukisan Kastil Ehrenfels
Seperti yang anda lihat kedua kanvas memiliki model dan tipe kanvas yang sama. Yaitu kanvas dengan jarak lubang saling berdekatan. Tapi sebelum itu, mari kita lihat bentuk pigura dan bagaimana lukisan stretched (dibingkai). Jika warna kayu pigura terlihat tua dan lukisan dibingkai dengan paku, maka dapat dipastikan lukisan tersebut tua dan dibuat sebelum tahun 1940. Setelah tahun 1940, paku digantikan dengan staples. 

Pigura Lukisan Tahun 1994
Kayu terlihat berwarna muda dan belum pudar
Penggunaan Staples Pada Lukisan Tahun 1994

Sekedar tambahan, bingkai lukisan Kastil Ehrenfels menggunakan model Amerika.
Setelah anda melihat perbedaan diatas, mari kita kembali ke kondisi kanvas. Menurut pakar juru taksir yaitu Dr. Lori, videonya sudah anda lihat diatas, kanvas dengan warna sangat coklat adalah lukisan dari abad ke-19 sedangkan warna lebih muda adalah lukisan dari abad ke-20 tepatnya mulai dari tahun 1925. Selain itu pula, kanvas dengan jarak lubang yang lebar adalah tanda lukisan berasal dari abad ke-19.

Berdasarkan semua informasi diatas, lukisan Kastil Ehrenfels berusia antara 1925 - 1940.
Jadi dari semua informasi yang kita dapat, kita bisa membayangkan asal usul lukisan ini. Ada kemungkinan pada awal tahun 1930-an, seorang di Hindia Belanda ingin membuat alegori tentang kondisi Jerman pada masa itu. Karena dia orang India yang pro-Inggris maka dia membuat Kastil Ehrenfels dan Menara Tikus menjadi perlambang kondisi Jerman. Veejir disini entah membuat kondisi Jerman yang kalah pada Perang Dunia I atau kondisi Republik Weimar pada saat kondisi depresi pada tahun 1930 alhasil Menara Tikus dibuat sangat buruk dan berupa reruntuhan tidak berbentuk.
Wanita India di Hindia Belanda
Perhatikan pakaian kebaya dan motif batik yang dia pakai

Hipotesis kedua (1 Agustus 2020):
Perihal nama pelukis, setelah saya perhatikan ada kemungkinan pelukis bernama D. Vecchio. Seorang Italia yang menggambar kastil Eropa, masuk akal secara logika. Hanya saja karena yang bersangkutan kurang jelas menulis namanya alhasil menjadi susah dibaca.

Jadi inilah hipotesis saya tentang lukisan pertama yang saya miliki ini. Apakah anda memiliki opini berbeda, silahkan komentar. :)


Name: "The Lake and the ruin of Castle"
Media: Oil on canvas
Painter: D. Veerji / D. Vecchio
Age: Possibly made in 1925 - 1940

Senin, 05 Desember 2016

Happy Birthday - Ayahku Srimoyo Tamtomo


Untuk post Happy Birthday kali ini, saya akan mengangkat cerita mendiang ayah saya yaitu Srimoyo Tamtomo saat beliau mengikuti pendidikan militer. Pendidikan disini disebut dengan Suspimpemdagri atau Kursus Kepemimpinan Departemen Dalam Negeri dan dilaksanakan di markas Secapa di Bandung. Uniknya ayah saya termasuk dalam angkatan I pendidikan tersebut. Sayang saya belum mengetahui kapan pendidikan tersebut dilaksanakan, mungkin kegiatan tersebut diadakan medio Mei hingga Desember 1989. Untuk para peserta, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai Camat. Namun ada pula yang bekerja sebagai Wakil Camat, Kepala Seksi, Pemeriksa, Kepala Bidang, Kepala Sub-Bidang, Staf Biro, Kepala Bagian, Kepala Sub-Bagian, hingga Kepala Cabang. Saat itu ayah saya menjabat sebagai Camat di Kecamatan Banjarsari Solo.
Saat Baru Tiba

Pendidikan tersebut diikuti oleh 460 orang atau setara dengan 1 batalyon dan dibagi menjadi 4 kompi, yaitu Kompi A, B, C, dan D. Batalyon tersebut dipimpin oleh 7 orang staf termasuk komandan yaitu Drs. Cecep Nana Soeryana T. Untuk komandan pendidikan yaitu Letnan Kolonel Infanteri P. Gurusinga. Ayah saya sendiri tergabung dalam kompi B dengan nomor urut 132.
Letnan Kolonel Infanteri P. Gurusinga

Komandan Batalyon dan Staf

Biodata Ayah Saya

Ingatan saya agak samar - samar mengenai penyamaan pangkat Camat untuk pendidikan disini. Seingat saya, ayah saya pernah mengatakan bahwa dia disini disamakan dengan Sersan Mayor.
Komandan Secapa Brigadir Jenderal Sarmono

Foto Kegiatan di Lapangan Secapa

Berdasarkan buku kenang - kenangan dan foto - foto yang ayah saya miliki, beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah:
  • Long march
  • Persiapan penyerangan
  • Latihan berganda yang mungkin salah satunya medis
  • Latihan menembak
  • Latihan fisik

Berdasarkan sumber yang sama, untuk peralatan disini tiap peserta memakai:
  • Helm Fiber Corlon model M76 Korea Selatan (di bagian depan helm terdapat nomor peserta)
  • Helm model M1 Amerika (menurut dokumentasi terlihat hanya seorang yang memakainya)
  • Senapan M1 Garand Amerika
  • Pistol (kemungkinan Browning High Power)
  • Pelples model M61 Amerika
  • Misting (menurut Koos Allemany ... misting KNIL!)

Untuk seragam peserta sendiri, karena mereka dari Departemen Dalam Negeri, maka pada lengan seragam sebelah kanan terpasang logo Kementerian Dalam Negeri. Pada bagian atas logo terdapat bet dengan tulisan kemungkinan "Departemen Dalam Negeri".
Tugas Urusan Dinas Dalam
Ayah saya saat bertugas menjadi Bintara Piket. Di sebelah kirinya adalah Tamtama Piket dan di sebelah kanannya Perwira Piket


Sedangkan untuk lokasi latihan, selain di markas Secapa ada juga di Cipatat, Cikole, dan Gunung Bohong. Untuk yang terakhir ini, lokasi tersebut digunakan untuk latihan menembak.
Gambar - Gambar Kegiatan

Foto - Foto Kegiatan

Foto Saat Kemungkinan Kegiatan Long March

Foto Makan Bersama Dengan Misting KNIL

Kamuflase Pada Wajah
 
Selfie tahun 80-an hehehe

Halang Rintang

Benteng Takeshi ??? hehehe
 

Kemungkinan Bersantai Setelah Kegiatan

Ada beberapa cerita menarik yang saya dengar dari ayah sendiri tentang pendidikan tersebut.
Yang pertama adalah salah satu Camat yang tidak tahan dengan kondisi pendidikan. Akibatnya dia langsung meninggalkan tempat pendidikan dengan naik taksi langsung kembali ke rumahnya. Padahal rumahnya termasuk jauh, uniknya pula orang tersebut bertahan hanya sehari!
Yang kedua adalah cerita saat panggilan siaga malam. Saat itu rekan ayah saya memasang lilin pada helmnya sebagai alat penerangan. Karena saat itu, mereka tidur di tenda. Apesnya lagi saat panggilan siaga, dia lupa untuk mencopot lilin tersebut. Alhasil saat berbaris instruktur langsung kaget melihat penampilan serdadu tersebut dengan lilin di helmnya. Dengan terpingkal - pingkal, instruktur tersebut berkata "Dasar tentara kardus!!!".
Yang ketiga. Tentang panggilan siaga sendiri, ayah saya juga sempat menceritakan bahwa saat pertama kali mengalami panggilan tersebut, kehebohan dan ketidaksiapan akan langsung menerkam. Beliau bercerita bahwa saat itu mayoritas peserta memakai pakaian tidak lengkap, alhasil hukuman langsung menimpa mereka.
Yang keempat, mungkin agak memalukan. Karena saat pertama kali sampai di tempat latihan yang dingin, menyebabkan beberapa peserta kebelet (ingin) kencing. Karena tidak tahu dimana WC berada, banyak yang harus rela menahan dulu. Tapi dasar ayah saya, beliau langsung menuju ke lokasi yang agak jauh dan kencing di sana sembari berkata dalam bahasa Jawa "Yo, nguyuh sik!" (Ayo, kencing dulu!). Provokasi ayah saya tersebut langsung diikuti oleh rekan - rekannya yang lain sembari ada yang berkata "Yo nguyuh yuk!".
Yang kelima adalah tentang senapan. Ayah saya sempat bercerita bahwa beliau sempat mematahkan pisir senapan yang dia pakai. Untungnya saja, instruktur tidak memergokinya. Entah apa yang terjadi jika dia ketahuan ...
Saat Waktu Luang

Saat Keluarga Datang

Menurut informasi dari buku itu pula, tercatat ada seorang peserta yang meninggal saat pendidikan berlangsung.

Jika anda lihat, terdapat perbedaan nama peserta yang meninggal. Entah itu Andrianus Ombu atau Anderias Umbu Djarasipul. Sayang tidak diketahui kenapa dia meninggal tapi sungguh unik ayah saya menulis "Gugur! dalam tugas" pada biodata yang bersangkutan.
Setelah mengikuti pendidikan tersebut, para peserta sudah pastinya mendapat kenang - kenangan.
Yang pertama adalah buku kenang - kenangan.


Yang kedua adalah plakat.

Yang ketiga mungkin adalah replika peluru meriam. Seingat saya, dulu saya pernah melihat ayah saya mendapatkan peluru meriam tersebut lengkap dengan nama yang banyak. Namun saya tidak ingat jika itu ada hubungannya dengan Suspimdepdagri atau tidak. Tapi sayang peluru meriam tersebut sudah lama hilang.
Jadi beginilah cerita mendiang ayah saya yang cocok dalam kacamata militer blog ini. Jika beliau masih hidup, maka tanggal 5 Desember ini beliau akan berusia 65 tahun. Selamat tinggal pah, semoga engkau damai di sana ...


Usia: 1989