Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Rabu, 01 Maret 2017

Story Behind Letter - Surabaya 45


Seperti biasanya, saat masuk tanggal 1 kita cek Story Behind Letter. Kali ini kita akan membahas kartu pos bercap stempel 19 Oktober 1945 dari Raden Ayu Soejono kepada suaminya yaitu Kanjeng Pangeran Haryo Soejono Handajaningrat. Bu Soejono yang saat itu tinggal di Surabaya mengirimkan sebuah surat konfirmasi kepada Pak Soejono yang berada di Solo. Entah bagaimana ceritanya mengapa mereka berdua saat itu berada di 2 kota berbeda yang berjauhan. Namun yang pasti, Bu Soejono memberitahukan kondisi anak - anak mereka di Surabaya. Untuk lebih jelasnya, silahkan anda baca terlebih dahulu suratnya berikut ini: 
"Sb 18/10 45

Pak jang terhormat,
Bersama ini saja memberi kabar djika anak2 semoea ada slamet ta koerang apa2. Tjoema ini waktoe banjak repot pekerdjaan. Kemarin sore djam 4 mengadakan parade demonstratie di kotta Sb sama tank2 dan mrijem. Kamoe poenja anak wong djadi kepalanja. Kita poenja roemah dapet djaga dan ada telpon sekarang. Djadi kalaoe rawoeh lebih baik disini sadja. Kaoem Indo ta diberi makan, jang laki ditawan sebab Nica terlaloe tenaganja di lain tempat. Maka dari ini anak2 banjak kerdja saja
(tidak terbaca) dan djaga semoeanja. Saja harep anak2 di Solo semoa sehat slamet. Pah djoega Pak Bario saja denger dari Pono.
Sekianlah doeloe. Hormat dari kita semoea.
Iboenja anak2."


Surabaya 18 Oktober 1945

Bapak yang terhormat,
Bersama ini saya memberi kabar jika semua anak selamat, tidak ada yang kurang. Hanya saja akhir - akhir ini banyak kesibukan. Kemarin sore jam 4 mengadakan parade di kota Surabaya bersama tank - tank dan meriam. Anakmu menjadi kepalanya. Kami punya rumah yang ada penjaganya dan sekarang ada telepon. Jadi kalau berkunjung lebih baik disini saja. Kaum Indo tidak diberi makan, yang pria ditawan sebab NICA selalu dimana - mana. Maka dari ini anak - anak sibuk bekerja, saya (tidak terbaca) dan jaga semuanya. Saya harap anak - anak di Solo semua sehat dan selamat? Pah saya juga dengar Pak Bario dari Pono.
Sekian dulu. Hormat kami dari kami semua.
Ibunya anak - anak.

Seperti yang anda sudah baca, ada beberapa poin menarik yang bisa diambil dari "laporan" Ibu Soejono disini. Yang pertama adalah pada tanggal 17 Oktober 1945 terdapat parade militer. Parade yang dilaksanakan pada jam 4 sore tersebut juga dipimpin oleh salah satu putra keluarga Soejono. Jika kita perhatikan kekuatan militer yang ditampilkan saat itu tidaklah main - main. Terdapat lebih dari 1 tank dan meriam, parade ini kemungkinan diadakan sebagai show of force baik kepada masyarakat, tentara Jepang ataupun kepada Inggris / NICA karena minggu berikutnya Inggris mendaratkan pasukannya di Surabaya.
Tank buatan Jepang Tipe 97 Shinhoto Chi-ha koleksi Museum Brawijaya di Malang.
Tank ini direbut dari Jepang pada bulan Oktober 1945 dan nantinya digunakan melawan Inggris dalam Pertempuran Surabaya 1 bulan kemudian. Apakah tank ini yang sempat disaksikan oleh Bu Soejono?
Sumber
Tank buatan Amerika Serikat Marmon - Herrington CTLS milik PBM (Pasukan Berani Mati - Jibakutai ?) yang direbut oleh pasukan Inggris pada Pertempuran Surabaya. Apakah tank ini juga ikut berparade pada tanggal 17 Oktober 1945?
Sumber


Armoured Personnel Carrier buatan Inggris yaitu Bren Carrier yang dimodifikasi oleh TKRL (Tentara Keamanan Rakyat Laut) direbut oleh pasukan Inggris saat Pertempuran Surabaya. Apakah APC ini juga dilihat oleh Bu Soejono sebulan sebelumnya?
Sumber: Wikipedia

Meriam anti udara buatan Inggris Bofors yang dilumpuhkan oleh Inggris pada Pertempuran 10 November.
Apakah meriam ini yang disinggung oleh Nyonya Soejono di suratnya?
Sumber

Untuk yang kedua, putra keluarga Soejono memimpin langsung parade tersebut. Berarti sang putra bukanlah orang sembarangan di kalangan militer Indonesia pada masa itu. Selain itu pula, putra Soejono yang lain juga bekerja sebagai tentara. Berkat itulah rumah keluarga Soejono di Surabaya dijaga dan aman dari pihak lawan.
Keunikan lainnya adalah sudah adanya gerakan untuk membungkam elemen yang dianggap akan pro kepada NICA. Sebelumnya NICA sudah mendarat bersama Inggris pada pertengahan bulan September tahun 1945 di Jakarta. Jika kita menilik isi surat Nyonya Soejono, NICA sudah bergerak untuk mencari simpatisan. Alhasil orang Indo menjadi target, akibatnya mereka tidak diberi makan oleh pihak Indonesia serta kaum prianya ditawan. Karena ini pula anak - anak keluarga Soejono sibuk untuk mengincar orang - orang suruhan NICA tersebut.
Keunikan terakhir adalah kartu pos yang digunakan oleh Bu Soejono adalah kartu pos jaman Jepang. Suatu yang lumrah terjadi pada saat itu, terutama beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Gunakan yang tersisa sambil menunggu cetakan yang baru muncul.
Jadi beginilah surat dari sang istri kepada suaminya. Meskipun dari penampilan, kartu pos ini terkesan biasa namun isinya sudah menggambarkan kegentingan yang terjadi di Surabaya pada saat itu. Kegentingan yang akan meledak pada tanggal 10 November 1945. Bagaimanakah nasib Nyonya Soejono terutama anak - anaknya nanti? Ini masih menjadi pertanyaan besar ...


Usia: 19 Oktober 1945

Tidak ada komentar:

Posting Komentar