Kali ini sang penulis tiba di Port Sudan. Perjalanannya di kota ini hanyalah singkat namun dengan unik dia membandingkan beberapa bagian kota dengan Indonesia. Seperti Kebayoran yang berada di Jakarta dan Pasar Pon di Solo.
Minggu Pon, 653-68/28. Februari 22, 1959 D.14
Laut Merah, Port Sudan - Djibouti
Surat No. 5
Tinyku yang sangat kukangeni,
Pagi ini, tadi jam 6 kapal sudah masuk ke pelabuhan Port Sudan dan sejak itu selalu bongkar muat. Tempatku tidur tadi malam enak sekali, mimpi para penumpang sedang mogok tidak mau makan. Tiap harinya diberi roti saja dan tidak pernah berubah (kenyataannya tidak seperti itu). Kapten memanggil polisi, lha kok aku yang dituduh memprovokasi mogok. Wah kok mimpinya lucu. Saking enak tidur, sampai malas aku bangun. Karena sudah jam 7 ya kupaksa bangun, mandi, bersolek kemudian keluar. Hawanya disini enak, banyak angin, sepoi sekali di badan, membuat dingin. Setelah sarapan, kami para penumpang kemudian turun ke kota.
Sumber
Perlu sebagai catatan, disini akan kuberitahu jika di Port Sudan tidak ada pemeriksaan Imigrasi seperti di pelabuhan - pelabuhan Mesir dan Tripoli. Jadi turun dari kapal itu saja, dan keluar dari pelabuhan ya tidak diperiksa apa - apa. Area pelabuhan dengan kota dipisah dengan teluk, kami menumpang perahu menyeberang ke pinggir.
Kesan pertama, sepertinya kotanya bersih. Di pelabuhan terlihat bersih, dan orang - orangnya murah senyum dan ramah. Tidak seperti di Alexandria, Port Said, dan Jeddah.
Turun dari perahu, kami tiba di area kota yang termasuk baru dan modern. Rumah - rumahnya bagus seperti di Kebayoran, halamannya luas - luas dan banyak tanamannya. Sampai di perempatan, kami bertemu dengan dua orang anak lelaki dan seorang anak perempuan. Sepertinya mereka anak orang Inggris. Aku memberi salam good morning kemudian menanyai mereka jalan mana yang menuju ke pasar. Keluarga Dobbs yang dari Chicago bertanya lokasi English Church. Sehabis diberitahu dan kami mengucapkan terima kasih, kami berjalan kaki menuju gereja yang lokasinya lebih dekat. Sepertinya masih terbawa suasana hari Minggu, jalan terlihat sepi. Panasnya minta ampun, tetapi sejuk karena angin. Kami masuk melihat bagian dalam gereja. Bertemu dengan pendeta dan anak - anak yang sedang melakukan sunday school. Ada anak perempuan yang bermain organ. Disana kami hanya sebentar, mendengar anak - anak yang bernyanyi.
English Church Port Sudan. Sumber: Alamy |
Sehabis itu kami pamit dan keluar. Dari sana, kami menuju ke Park. Wah enak sekali rasanya, bersih dan rapi, karena diatur dengan benar. Kalau yang seperti aku senang banget. Bagian kota yang ada pertokoannya, tidak bagus dan ataupun rapi. Kalah bagus dengan Pasar Pon. Sehabis capek berkeliling sekitar jam 12, kami pulang ke kapal dengan naik taksi.
Wah lama tidak berjalan kaki dengan berpanas - panasan, wajahku terasa panas dan kaki capek. Habis makan, aku langsung berbaring sambil membaca. Saat mata terasa berat, aku teruskan tidur saja. Jam setengah 4, aku sudah bangun lagi. Kukira kapal sudah selesai bongkar muat dan sudah akan berangkat. Saat aku turun, kok masih sibuk bongkar muatnya. Akhirnya jam 5, bongkar muat semuanya selesai. Kapal kemudian angkat sauh dari pinggir pelabuhan. Jam setengah 6, sudah berangkat menuju Djibouti. Bulan terlihat bulat, cantik menawan. Anginnya sejuk sekali.
Usia: 1959
Tidak ada komentar:
Posting Komentar