Setelah terkekang di Alexandria, akhirnya sang penulis mendarat di Port Said dan Terusan Suez.
Lautan Merah, Februari 20, 1959
Suez - Jeddah
Tinyku yang aku kangeni banget,
Sejak tanggal 13 ini aku tidak membuat catatan harian, sampai sekarang. Ada lagi yang tidak kubuat yaitu surat untukmu dari Port Said dan dari Suez. Karena banyak kejadian yang mengambil perhatianku, seperti ingin melihat jalannya kapal saat masuk atau keluar dari pelabuhan; lalu lintas kapal di Suez Canal; dan lain - lainnya. Itu semua kupotret dan kurekam film, jika nanti kita bisa lihat gambar - gambar tadi.
|
Masjid Al - Abbas.
Sumber: E-bay |
Dari Alexandria kami berangkat jam 5 sore. Diantara jam 3 pagi sudah tiba di depan Port Said, jam 6 kami sudah masuk. Kukira kami tidak berlabuh di pelabuhan melainkan lego jangkar di muka pelabuhan. Sepertinya kota Port Said menarik sekali, terlihat di kartu pos yang kukirim bersamaan dengan surat ini. Para pedagang menawarkan dagangannya dari perahu kecil. Bahkan ada yang menumpangi kapal barang. Dagangannya dijual di dek kapal. Aku ingat permintaanmu, kemudian kubeli permadani kecil serupa dengan yang di Blok S, yang dipasang di tembok. Aku beli 2 buah dan gambarnya berbeda. Kelak bisa dipasang di lokasi pilihanmu yang paling bagus. Siang setelah makan, kami penumpang bersama - sama turun dari kapal ke kota. Berkeliling melihat masjid, gereja dan toko - toko. Kami beristirahat di restoran, di sana aku bertemu dengan keluarga Indonesia yang bekerja di kedutaan besar di Kairo. Kata mereka, mereka baru saja mengantar Duta Besar yang baru saja
pulang ke Indonesia menumpangi kapal penumpang Italia (Lloyd Triestino). Saat kami pulang ke kapal, aku melihat kapal penumpang tadi. Putih dan besar sekali, cantik untuk dilihat. Pelabuhan sangatlah ramai, suara para pedagang yang menawarkan barang sangatlah nyaring, penumpang dan para pengantar terlihat banyak pula.
Sebagai catatan yang akan kuceritakan disini, saat turun ke kota Port Said, yang memiliki uang Mesir hanya aku semata. Karena cuma akulah yang menukarkan uang, lainnya tidak mau. Saat di restoran untuk minum dan makan biskuit, aku yang membayar. Saat naik perahu dari kapal dan saat kembali, aku juga yang membayar. Saat kembali di kapal, setelah melalui penghitungan, uangnya dikembalikan kepadaku dengan uang Dolar.
Paginya jam 7 tanggal 18 Februari, kami sudah siap meneruskan perjalanan mengikuti konvoi melalui Suez Canal. Sebuah kebetulan perjalanan ini dilakukan siang hari, kami bisa melihat pemandangan Suez Canal. Konvoi panjang sekali, Zeeland di nomor 15, dan di belakangnya masih ada kapal yang mengikuti. Mungkin kalau tidak salah ada 7 kapal, total semuanya 22 kapal. Saat tiba dekat danau Great Bitter Lake, bertemu dengan konvoi yang datang dari Suez. Wah banyak sekali kapal - kapal besar berkumpul disini. Saling menunggu, kira - kira ada 100 kapal. Setelah berhenti beberapa jam, kami bisa melanjutkan perjalanan pada jam 17:00. Lalu malam hari tiba, melalui terang rembulan, aku bisa melihat pemandangan kiri dan kanan. Sekitar jam 21:30, kami sudah tiba di Suez, kemudian berhenti dan berlabuh di luar pelabuhan. Kemudian dilanjutkan dengan bongkar muat. Di sekitar kami, banyak kapal yang berlabuh, lampu kapal berkerlip menyenangkan hati.
Pagi sekitar jam 7 tanggal 19 Februari, kapal sudah siap meneruskan perjalanan dari Suez menuju Jeddah. Kiri dan kanan Teluk Suez ini terlihat pegunungan jazirah Sinai dan Afrika. Sampai sore, kami melihat pemandangan yang kumaksud.
Kami mencari lokasi yang zaman dulu kira - kira dipakai oleh Nabi Musa menyeberang saat dikejar oleh kaum kafir di Mesir. Tetapi tidak ketemu meski sebelumnya sudah diberitahu bahwa di Suez ada tanda 7 buah batu oleh juru mudi. Seharian jalannya kapal, enak sekali dan tidak bergoyang. Malamnya terang rembulan, tetapi aku tidak keluar. Duduk saja di dalam sembari mendengar radio the Voice of America. Malamnya kami sudah meninggalkan Teluk Suez dan sekarang tiba di Lautan Merah. Katanya teman, di Laut Merah itu saat pagi antara jam 3 langit terlihat merah di sisi timur. Aku pagi tadi jam setengah 4 bangun untuk mengecek, tetapi tidak melihat apa - apa. Mungkin saja karena mendung jadinya langit tertutup. Karena kangen tidur denganmu, aku tidur lagi sampai bangun jam setengah 7.
Tanggal 20 Februari diawali sinar matahari yang sangat terik, langit terang benderang. Usai bersolek, aku kemudian turun ke dining room untuk sarapan. Kuceritakan apa saja yang harus dimakan saat pagi hari. Yang pertama harus diminum adalah juice, yaitu sari buah (jeruk diperas airnya); kemudian roti dengan selai atau keju; telur dadar atau telor goreng; minumnya kopi susu. Usai sarapan kemudian kembali ke atas lagi ke dek penumpang. Jalan - jalan di luar untuk berpanas - panas atau main ping pong.Ini tadi jam 10 pagi ke tempatnya kapten, mendengarkan tape - recorder. Jam setengah 12 kembali turun (kamar kapten di atas).
Di bawah ini, summary posisi harian kapal.
17 Februari - 06.00 Tiba di Port Said
18 Februari - 07.00 Berangkat menuju Suez melalui Suez Canal
19 Februari - 07.00 Berangkat dari Suez menuju Jeddah
20 Februari - 24.08 Lintang Utara dan 36.36 Bujur Timur - 371 mil.
Tiny, cukup ini saja. Besok jika tidak ada apa - apa, kuteruskan menulis lagi. Oh ya, di Port Said aku tidak menerima surat darimu.
Sudah ya.
Inilah kisah perjalanan di Terusan Suez. Dari sini ternyata misteri kapal Zeeland terjawab. Kapal tersebut tidak lain ditumpangi oleh sang penulis sendiri. Kapal dengan bobot 8372 ton tersebut dibuat pada tahun 1946 dan dipensiunkan tahun 1971. Kapal milik maskapai Rotterdamsche Lloyd ini terlihat melanglang buana ke penjuru dunia. Dari Papua Nugini, Tanjung Priok, Hollandia (Jayapura), Aqaba, San Fransisco, St Lawrence hingga Pearl Harbor.
Usia: 1959
Tidak ada komentar:
Posting Komentar