Save the best for the last. Koleksi terbaik dari Museum Dirgantara Mandala saya tampilkan disini. Rudal Anti Pesawat (SAM) buatan Uni Soviet S-75 Dvina dengan kode "DISJRH".
Rudal yang mempunyai kode NATO SA-2 Guideline ini merupakan salah satu SAM legendaris yang pernah dibuat. Pertama kali keluar pada tahun 1957, baru 2 tahun kemudian Dvina memakan korban. Saat itu sebuah pesawat Taiwan berhasil dilalapnya. Sejak saat itu track record Dvina langsung meningkat.
Pada tahun 1960, dunia langsung mengenal Dvina saat menjatuhkan pesawat mata - mata Amerika yaitu U-2 yang ditumpangi oleh Francis Gary Powers. U-2 kembali menjadi korban Dvina di Kuba yang terjadi 2 tahun kemudian saat krisis misil Kuba. Setelah itu, Dvina mulai resmi masuk dalam kancah perang yaitu saat Vietnam Utara membeli mereka.
Seperti biasa, Dvina langsung memakan korban. Tahun 1965 merupakan debutnya disana dan hanya membutuhkan 2 bulan semenjak pembelian bagi Dvina untuk memakan korban. Kali ini F-4 Amerika yang menjadi bulan - bulanan. Sejak saat itu Dvina melanglang buana di medan perang. Dari Vietnam hingga Timur Tengah dengan menjatuhkan pesawat Israel.
Untuk Indonesia sendiri, Dvina dibeli menjelang Operasi Trikora. Saat itu tahun 1960, sebuah tim berangkat ke Uni Soviet untuk merealisasikan perjanjian yang sudah diteken oleh A.H. Nasution sebelumnya. Namun pembelian tidak berlangsung singkat karena Indonesia juga mengirim pasukannya untuk dilatih disana pula. Uniknya pelatihan dilaksanakan di Polandia dimana 100 orang dikirim pada tahun 1962. Pelatihan yang dilaksanakan tersebut ditambah dengan perekrutan personel untuk di Jakarta. Karena kondisi darurat pula, alhasil 2 buah rudal dan peluncurnya sudah terpasang di Jakarta pada tahun yang sama. Namun uniknya belum ada yang bisa mengoperasikan. Sayang saat Dvina Indonesia sudah siap dioperasikan secara penuh, Operasi Trikora keburu selesai di meja perundingan.
Dengan selesainya Trikora, bukan berarti perjalanan Dvina di Indonesia berhenti begitu saja. Pada tahun 1963, Dvina resmi siap beroperasi untuk TNI-AU dengan 3 wing pertahanan udara. Untuk wing pertahanan udara sendiri, terbagi 3 skadron peluncur dan skadron teknik. Skadron peluncur berlokasi di Cilodong, Tangerang dan Cilincing. Sedangkan skadron teknik berada di Pondok Gede.
Meskipun Dvina terlambat masuk dalam Trikora, namun beredar kabar bahwa dia nyaris mendapatkan debut korbannya untuk Indonesia. Saat itu tahun 1962, baik Indonesia dan Belanda sudah memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan Papua di meja perundingan, kawan lama Dvina yaitu SA-2 terlihat melintasi Teluk Jakarta. Sebenarnya saat itu Spoon Rest (Radar Dvina) sudah mengikuti target dan Dvina siap tembak, disaat yang sama Presiden Soekarno dihubungi untuk meminta otoritas penembakan. Namun nasib masih berpihak kepada U-2, karena Soekarno pada saat itu tidak ada di tempat.
Munculnya peristiwa G30S pada tahun 1965 menjadi ajal bagi peralatan perang buatan Uni Soviet. Terutama yang membutuhkan perawatan dan suku cadang dari negeri Beruang Merah itu, hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka semua dicoret oleh TNI Orde Baru. Belum diketahui kapan Dvina menemui ajalnya. Namun saya agak ingat bahwa Dvina masih sempat dicoba diluncurkan pada tahun 1980-an. Informasi ini saya dapat dari majalah Angkasa. Tapi yang menjadi masalah, saya belum bisa mengkonfirmasi hal tersebut karena majalah tersebut hilang sejak lama.
Rudal yang mempunyai kode NATO SA-2 Guideline ini merupakan salah satu SAM legendaris yang pernah dibuat. Pertama kali keluar pada tahun 1957, baru 2 tahun kemudian Dvina memakan korban. Saat itu sebuah pesawat Taiwan berhasil dilalapnya. Sejak saat itu track record Dvina langsung meningkat.
Pada tahun 1960, dunia langsung mengenal Dvina saat menjatuhkan pesawat mata - mata Amerika yaitu U-2 yang ditumpangi oleh Francis Gary Powers. U-2 kembali menjadi korban Dvina di Kuba yang terjadi 2 tahun kemudian saat krisis misil Kuba. Setelah itu, Dvina mulai resmi masuk dalam kancah perang yaitu saat Vietnam Utara membeli mereka.
Seperti biasa, Dvina langsung memakan korban. Tahun 1965 merupakan debutnya disana dan hanya membutuhkan 2 bulan semenjak pembelian bagi Dvina untuk memakan korban. Kali ini F-4 Amerika yang menjadi bulan - bulanan. Sejak saat itu Dvina melanglang buana di medan perang. Dari Vietnam hingga Timur Tengah dengan menjatuhkan pesawat Israel.
Untuk Indonesia sendiri, Dvina dibeli menjelang Operasi Trikora. Saat itu tahun 1960, sebuah tim berangkat ke Uni Soviet untuk merealisasikan perjanjian yang sudah diteken oleh A.H. Nasution sebelumnya. Namun pembelian tidak berlangsung singkat karena Indonesia juga mengirim pasukannya untuk dilatih disana pula. Uniknya pelatihan dilaksanakan di Polandia dimana 100 orang dikirim pada tahun 1962. Pelatihan yang dilaksanakan tersebut ditambah dengan perekrutan personel untuk di Jakarta. Karena kondisi darurat pula, alhasil 2 buah rudal dan peluncurnya sudah terpasang di Jakarta pada tahun yang sama. Namun uniknya belum ada yang bisa mengoperasikan. Sayang saat Dvina Indonesia sudah siap dioperasikan secara penuh, Operasi Trikora keburu selesai di meja perundingan.
Dengan selesainya Trikora, bukan berarti perjalanan Dvina di Indonesia berhenti begitu saja. Pada tahun 1963, Dvina resmi siap beroperasi untuk TNI-AU dengan 3 wing pertahanan udara. Untuk wing pertahanan udara sendiri, terbagi 3 skadron peluncur dan skadron teknik. Skadron peluncur berlokasi di Cilodong, Tangerang dan Cilincing. Sedangkan skadron teknik berada di Pondok Gede.
Meskipun Dvina terlambat masuk dalam Trikora, namun beredar kabar bahwa dia nyaris mendapatkan debut korbannya untuk Indonesia. Saat itu tahun 1962, baik Indonesia dan Belanda sudah memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan Papua di meja perundingan, kawan lama Dvina yaitu SA-2 terlihat melintasi Teluk Jakarta. Sebenarnya saat itu Spoon Rest (Radar Dvina) sudah mengikuti target dan Dvina siap tembak, disaat yang sama Presiden Soekarno dihubungi untuk meminta otoritas penembakan. Namun nasib masih berpihak kepada U-2, karena Soekarno pada saat itu tidak ada di tempat.
Munculnya peristiwa G30S pada tahun 1965 menjadi ajal bagi peralatan perang buatan Uni Soviet. Terutama yang membutuhkan perawatan dan suku cadang dari negeri Beruang Merah itu, hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka semua dicoret oleh TNI Orde Baru. Belum diketahui kapan Dvina menemui ajalnya. Namun saya agak ingat bahwa Dvina masih sempat dicoba diluncurkan pada tahun 1980-an. Informasi ini saya dapat dari majalah Angkasa. Tapi yang menjadi masalah, saya belum bisa mengkonfirmasi hal tersebut karena majalah tersebut hilang sejak lama.
Profil
Fokus
Tulisan Cyrillic pada indikator adalah: ОБОГРЕВ ВКЛЮЧЕН (indikator panas ?) Untuk tulisan sebelah kanan tidak terbaca. ПОСТОЯННЬІИ ТОК (arus terus menerus ?) ВЬІКЛЮЧЕНО (inklusif ?) ПЕРЕМЕННЫЙ ТОК (arus balik ?) |
Pengait untuk dipasang di truk |
Marking
Bagasi
Guideline TNI AU
Sumber |
Sumber |
Sumber |
Sumber |
S-75 Tahun 1980 - 1990an |
Sumber |
Sumber |
Sayang sekali truk ini ngoyot (terbengkalai). Padahal jika benar, truk pengangkut Dvina TNI ini termasuk varian awal yang diproduksi hingga tahun 1966. Sumber |
Meski hanya film dan saya-pun belum tahu cara kerja SA-2 dan P-12 yang sebenarnya, namun paling tidak film drama perang ini bisa memberi anda sebuah gambaran.
Jadi inilah koleksi terakhir festival Museum Goes To Campus. S-75 yang paling banyak menyita perhatian. Oh dan jika anda penasaran apa itu Dvina, Dvina adalah salah satu nama sungai di Rusia. :)Usia: 1957 - 1965
Tidak ada komentar:
Posting Komentar