Hiya Wij Strijden Met De Teekenstift kembali lagi.
Selama saya memuat karya - karya Hofer, mungkin pernah terbersit dalam benak anda apakah Hofer pernah menyentil para politikus Belanda? Jawabannya adalah betul sekali! Korbannya disini adalah Perdana Menteri JHR (Jonkheer) Dirk Jan de Geer.
de Geer adalah Perdana Menteri Belanda saat Perang Dunia II pecah. Sayangnya kondisi militer Belanda yang sangat lemah mengakibatkan Belanda sangat cepat diduduki oleh Jerman saat invasi pada tanggal 10 Mei 1940. Namun elemen Pemerintah Belanda bersama Ratu Wilhelmina berhasil meloloskan diri dan membuat pemerintah pengasingan di Inggris. Melihat militer Jerman yang saat itu benar - benar hebat dan cenderung tidak bisa dikalahkan, membuat de Geer mengambil kesimpulan bahwa perang tidak bisa dimenangkan oleh sekutu. Alhasil de Geer membuat kesalahan dengan merekomendasikan perdamaian dengan Jerman kepada Ratu Wilhelmina. Akibatnya Sang Ratu mencopot posisi de Geer dari Perdana Menteri dan menggantinya dengan Pieter Gerbrandy.
Wilhelmina akhirnya mengirim de Geer ke Hindia Belanda namun de Geer tidak pernah sampai disana. Karena saat di Portugal, dia memutuskan untuk kembali ke Belanda. Kacaunya lagi keputusan de Geer disini sudah melalui persetujuan dengan Jerman dan sudah pasti tanpa adanya persetujuan dari Wilhelmina. Setelah mendengar kabar tersebut, Sri Ratu Belanda tersebut murka dan menyebut de Geer sebagai pengkhianat dan desertir. Di lain pihak, partai fasis Belanda yaitu NSB menyambut gembira keputusan de Geer tersebut dan Jerman memakai kembalinya de Geer sebagai bahan propaganda.
Nantinya pada tahun 1942, de Geer membuat buku berjudul "De Synthese in den Oorlog" (Sintesis Perang) yang berisi pembelaan dia saat dia lari dari London karena dia melihat perang tidak bisa dimenangkan. Dia juga mendukung adanya sintesis demokrasi dengan nasionalis - sosialisme. Buku tersebut juga berisi bagaimana cara penduduk Belanda membantu Jerman. Di Belanda sendiri de Geer dijuluki "Jonk de G: zonder heer en zonder eer" (Jonk de G: tanpa tuan dan tanpa kehormatan). Nantinya saat perang usai, dia dijatuhi hukuman dan ditarik kehormatannya. Hingga ajalnya, de Geer masih merasa tidak bersalah.
Setelah melihat sejarah singkat de Geer, saatnya kita lihat karya Hofer. de Geer digambarkan Hofer ikut terbang bersama angin menuju arah Belanda. Pada papan penunjuk arah terdapat tulisan "Ned. Indie" (Hindia Belanda), Lissabon (Lisbon), dan Nederland (Belanda). Uniknya terdapat tulisan "Bezet" pada arah Belanda yang artinya "Pendudukan". Ini melambangkan bahwa de Geer lari ke Belanda saat di pertengahan jalan.
Lambang lainnya yang digambar oleh Hofer adalah daun - daun yang ikut terbang bersama de Geer. Pada daun tersebut terdapat tulisan seperti "plicht" (pengabdian), "waardigheid" (harga diri), "eere woord" (janji mulia), dan "loyaliteit" (kesetiaan). Arti dari semua lambang ini sesuai dengan biografi de Geer di atas, bahwa dengan larinya Hofer ke Belanda lari pula pengabdian, harga diri, janji mulia, dan kesetiaan dia terhadap negeri Belanda. Kalimat yang dipilih Hofer sebagai penjelasan karyanya disini juga tidak kalah ironis, "Gone With the Wind" (hilang bersama angin).
Kalimat pada penjelasan tersebut tidak lain adalah judul film legendaris Hollywood yang tayang 2 tahun sebelum karya Hofer dimuat. Hal ironis lainnya adalah adegan terakhir film tersebut dimana sang protagonis yaitu Rhett Butler menjawab sedu sedan istrinya yaitu Scarlet O'Hara dengan kalimat "Frankly, my dear, i don't give a damn" (jujur saja, sayangku, aku tidak peduli). Mungkin hal yang sama dilakukan oleh de Geer terhadap Wilhelmina khususnya dan negeri Belanda pada umumnya. Hofer memang jenius dalam membuat karyanya disini!
Usia: 1941
Tidak ada komentar:
Posting Komentar