Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indië hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Kamis, 01 Juni 2017

Kenang - Kenangan Invaliden - Sersan Paidjo

Berhubung saat ini saya sudah kehabisan surat yang bisa di share disini, maka post Story Behind Letter diganti dengan cerita dari majalah "Kenang-kenangan Invaliden".

Majalah setebal 60 halaman yang dibuat pada tahun 1951 ini diterbitkan untuk mengenang jasa para anggota TNI yang terluka hingga cacat alias invalid. Diterbitkan oleh C.I.J. (Corps Invaliden Jogjakarta), korps yang dipimpin oleh Letnan Dua Zar'an Hadjid ini sendiri pertama kali berdiri pada tanggal 18 Juni 1948 dan awalnya bernama "Corps Invaliden Bekas Resimen 22". Resimen ini sendiri merupakan bagian dari Divisi III. Korps ini bukanlah kesatuan dalam formasi angkatan perang, melainkan hanya sebuah organisasi khusus oleh dan untuk kaum invalid. Dalam perkembangannya, berdiri pula Rumah Makan Invalid, Balai Pendidikan Invaliden, serta Asrama Invaliden.
Sejarah organisasi invalid Indonesia dimulai saat sebelum pecahnya Agresi Militer Belanda I yaitu dengan dibentuknya organisasi I.I.I. (Ikatan Invaliden Indonesia) di Malang. Kemudian saat kota Malang jatuh pasca Agresi Militer Belanda II, dibentuklah P.I.I. (Persatuan Invaliden Indonesia) yang berpusat di Solo. Berikutnya terbentuklah C.I.J. yang pada akhirnya mendorong masing - masing kota untuk membentuk korps invalid-nya masing - masing seperti P.I.R.I. (Persatuan Invaliden Republik Indonesia?) di Blitar atau M.I. (Markas Invaliden) di Kediri. Tidak ketinggalan pula kota seperti Surabaya dan Bandung yang membentuk korps serupa. Meskipun organisasi tersebut sudah merupakan organisasi yang memayungi para kaum invalid namun cakupannya belum bersifat nasional.
Melihat betapa pentingnya cakupan nasional untuk organisasi invalid ini maka dibentuklah I.I.S.I. (Ikatan Invaliden Seluruh Indonesia). Hubungan antara I.I.S.I. dan korps adalah di tiap provinsi ,I.I.S.I. mempunyai konsulat. Sedangkan di tiap daerah karesidenan (Territorium Militer) mempunyai korps Invaliden.
Pada peristiwa Agresi Militer Belanda II, meskipun tidak resmi ikut serta dalam pertempuran namun terdapat kejadian dimana seorang anggota korps tersebut yang mempersenjatai dirinya dengan pistol. Uniknya 100 orang anggota korps ini sempat mengadakan demonstrasi, menuntut penghapusan Peraturan Pemerintah R.I.S. (Republik Indonesia Serikat) No. 6 yang dianggap tidak adil pada tanggal 18 Juni 1949. Demonstrasi tersebut diwarnai dengan semboyan "Hapuskan Peraturan Pemerintah No. 6". Selain itu pula, peserta demonstran juga meneriakkan "R.I.S. kejam" dan "Satu mata, satu tangan, satu kaki f. 25. Kembalikan kaki saya".
Setelah membahas singkat latar belakang majalah ini, saatnya kita melihat cerita dari Sersan Paidjo dari kesatuan lama C.I.J. yaitu Resimen 22, Divisi III. Oh dan sekedar pengingat saja, cerita ini bisa saja berupa kesaksian terlukanya sang narasumber atau terlukanya rekan mereka. Berikut adalah kesaksian Paidjo:

Hari Sabtu sore diseluruh kota Yogyakarta diadakan persiapan, suasana pada waktu itu menggembirakan sekali, karena adanya persatuan bulat dari segala lapisan masyarakat dan pemuda. Semua bersatu, satu tekad satu tujuan. Semangat kemerdekaan baru saja meluap ditiap dada pemuda. Tak ada seorang laki - laki yang mau ketinggalan untuk menyediakan tenaga, jiwanya guna mempertahankan cita - citanya kemerdekaan - Semangat berkorban nyata terlihat dari tiap pemuda - Hingga wanitapun banyak yang menyatakan akan kesanggupannya yang mulia guna kemerdekaan.
Malam Minggu di semua perempatan, di gardu - gardu terlihat para pemuda berjaga dengan senjata bambu runcing. Diantara mereka terlihat pula bekas tentara PETA dan Heiho yang telah bersatu tekad hendak melawan Jepang dan hendak melucutinya. Perhatian para pemuda ditujukan pada 2 obyek militer yaitu Asrama Pingit dan Kotabaru. Kira - kira jam 08:00 terdengar tembakan - tembakan yang bagi penduduk Yogya, baru sekali itu mendengar dan terdengar secara terus menerus. Namun begitu, tiap pemuda tidak ada yang merasa gentar. Bahkan dengan semangat baja mereka berani menghadapinya. Hingga pagi - pagi benar boleh dibilang disemua penjagaan, para pemuda rapi dan siap menunggu perintah dari komando kota.
Kira - kira jam 04:00 Butai Kotabaru telah siap dikepung oleh pemuda kita. Senjata yang ada pada waktu itu hanyalah karaben. Lainnya hanyalah bambu runcing. Di benak para pemuda: "sekarang Jepang berhasil saya lucuti dan saya hancurkan. Jangan lagi berkuasa untuk selama - lamanya". Jam 04:30 mulailah tembak - menembak antara pemuda kita dengan Jepang. Butai Kotabaru terkepung rapi, tak akan dapat seorang Jepang meloloskan diri. Pada pertempuran itu, ia berada di sebelah sayap timur daerah Klitren. Kira - kira jam 07:30 ia bersama - sama dengan beberapa teman lainnya memanjat benteng pertahanan Jepang, akan tetapi malang. Tembakan dari Jepang mengenai badannya, hingga jatuh pingsan. Kira - kira jam 08:00 ia diangkut ke rumah sakit pusat ... dan baru ia sadar ... perutnya dan pinggang telah tertembus peluru. 

Jadi inilah salah satu cerita singkat dari masa Perang Kemerdekaan. Stay tuned tiap tanggal 1 untuk cerita yang baru.


Usia: 1951

Tidak ada komentar:

Posting Komentar