Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indië hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Rabu, 18 Mei 2016

Menulis Kanji, Hiragana dan Katakana di Jaman Jepang

Berikut adalah koleksi yang mungkin bagi kakek atau nenek kita yang pernah hidup di jaman Jepang akan langsung mengenalinya. Mengapa? Karena pada saat itu, setiap orang Indonesia harus bisa mengetahui atau paling tidak mengenal tulisan Jepang untuk bisa berkomunikasi dengan aparat Jepang. Tulisan dalam hal ini adalah huruf hiragana, katakana, maupun kanji.
Yang pertama adalah selebaran 'Tjontoh Tjara Menoelis Hoeroef "Hiragana"' yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka Balai Pustaka.

Selebaran dibuat oleh Semoea Oesaha Sendiri Hadiwidjajan Solo dan dicetak pada tahun 2602 (1942) oleh percetakan "Melati" di Solo. Dipasarkan oleh agen Balai Pustaka Solo yaitu toko buku Lauw di Pasar Legi, selebaran seharga 0,05 gulden yang dimiliki oleh Slamet ini termasuk lengkap dan mendetil dalam memberi pelajaran tentang penulisan huruf hiragana. Terdapat 89 huruf yang bisa dipelajari termasuk cara menuliskannya. Uniknya ada salah satu huruf yaitu "na" yang kurang satu coretan. Alhasil seseorang (mungkin si Slamet ?) memberi koreksi pada huruf tersebut. Keunikan selebaran ini salah satu tertera pada contoh penulisan Surakarta. Selebaran tersebut menyatakan bahwa Surakarta (Soerakarta - dalam ejaan lama) yaitu Su - Ra - Ka - Ru - Ta (す ら か る た). Hal yang mengingatkan kita kepada "Joguja" pada post "Censored by Nippon".  
Pada bagian lain selebaran, terdapat pula iklan - iklan buku yang dibuat oleh Balai Pustaka. Terdapat buku buatan pengarang terkenal Indonesia yaitu Purwadarminta dan Armiyn Pane, ada pula buku tinggalan pengarang Belanda dan buku yang sempat saya share disini, yaitu Pentjak karangan Soegoro dan Saksono
Koleksi kedua adalah sebuah buku dengan judul 'Tjaranja Menoelis Hoeroef Tiong - Hoa dari "Kuo - Yu Zonder Goeroe Ka I"' karangan Nyonya The Chung Shen.

Seperti yang anda lihat, buku setebal 113 halaman ini seperti halnya  'Tjontoh Tjara Menoelis Hoeroef "Hiragana"' berisi tentang bagaimana cara menulis huruf yang benar. Namun huruf yang tertera disini adalah huruf kanji. Buku terbitan "N.V. Accountantskantoor New China" di Surabaya ini telah diberi ijin oleh bagian perijinan Barisan Propaganda Dai Nippon pada 13 Juli 1942. Sejatinya buku ini adalah buku tinggalan jaman Belanda, karena buku ini dicetak pertama kali pada bulan November 1936. Setelah Jepang datang, buku ini langsung kebanjiran pesanan dan langsung dicetak ulang sebanyak 3 kali. Alhasil buku cetakan Februari 1943 yang dicetak oleh percetakaan "Archipel" di Surabaya ini akhirnya dibeli seseorang pada 12 September 1944 dari Toko Buku Lauw di Solo.
Untuk koleksi ketiga dan keempat, bisa dibilang koleksi yang melengkapi dan tidak sembarangan. Karena kedua koleksi ini adalah bukti latihan seseorang dalam belajar menulis huruf kanji, hiragana, dan katakana. Untuk koleksi ketiga berupa sebuah lembaran kertas.

Seperti yang anda lihat, terlihat banyak tulisan kanji, hiragana, dan katakana yang dipraktekan disini. Pada beberapa tulisan kanji terdapat pula artinya dalam bahasa Indonesia. Seperti kata "apa", "sejak", dan "lidah". Namun ada pula kata - kata yang mewakili masanya seperti "Asia Timoer Raja" (Asia Timur Raya) dan kata yang masih memakai ejaan van Ophuijsen. Namun yang paling unik disini adalah adanya kalimat "Indonesia Merdeka" dan "Amerika kita setrika inggris kita linggis". Kalimat terakhir ini adalah salah satu kalimat pidato Bung Karno (Soekarno) pada masa itu. Kita bisa mengetahui bahwa sang pemilik lembaran kertas ini dulunya terpengaruh sekali dengan euforia janji kemerdekaan dan semangat anti sekutu yang sangat kental.

Kalimat kedua yang tidak kalah unik adalah kalimat "Ditepinja bengawan Solo, waktoe terang". Ini menandakan entah sang pemilik adalah orang Solo atau dia penggemar penyanyi Gesang.
Kalimat ketiga tidak bisa kita tinggalkan, karena kalimat ini adalah kalimat yang terkesan paling lucu. "Tinta pilot elek, apik Parker". Bukan bermaksud untuk menjatuhkan sebuah nama produk disini, namun dapat dibilang kalimat tersebut adalah sebuah contoh testimoni kepuasan seorang pelanggan terhadap 2 merek tinta atau pena yang beredar pada masa itu. Jika anda penasaran apa arti kalimat tersebut, artinya adalah "Tinta pilot jelek, lebih bagus Parker".
Sumber
Sumber

Untuk koleksi keempat, bicara tentang kakek dan nenek kita, berikut adalah ijazah masa Belanda milik kakek saya yaitu Daryono Harjowidagdo.



Ijazah HIS (Hollandsche Inlandsche School) Tegal tanggal 4 Juli 1941 ini, pada bagian kover kertas dalam terdapat beberapa tulisan huruf katakana. Ada kemungkinan kakek saya ini belajar saat Jepang mulai berkuasa.


Usia: 1941 - 1945.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar