Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Selasa, 04 Juni 2019

Pasukan Keraton Kasunanan Surakarta - Albert Rijborz

Jika anda bertanya - tanya siapakah orang ini? Orang ini tidak lain adalah seorang barat yang berdinas di keraton. Orang ini tidaklah sembarangan karena dia bukan orang sipil, melainkan militer! Dia bukan orang Belanda. Bukan monsieur pula, melainkan mein herr! Dia adalah orang Jerman lebih tepatnya Prusia! 
Albert Rijborz
Gambar foto Rijborz dengan seragam KNIL pangkat kapitein.
Perhatikan medali yang dia kenakan dan terpisah dengan medal bar.
Jika melihat mahkota pada medali, kemungkinan besar medali adalah medali keraton.
Sumber:
De Locomotief 8 Februari 1938
Koleksi Koninklijke Bibliotheek

Di berbagai sumber, Rijborz disebut dengan beberapa varian berbeda. Dari lidah jerman yaitu rijborz, lidah belanda rijbors, hingga lidah jawa rebors bahkan salah nama yaitu Rijphorst. Rijborz yang mempunyai nama asli Albert Riborz lahir di daerah Markowitz, Provinz Schleisen (sekarang Markowice, Polandia) pada 22 Maret 1863. Awalnya dia bekerja sebagai asisten rimbawan di daerah kelahirannya. Namun keputusan pada tahun 1882 akan mengubah nasibnya. Saat itu dia secara sukarela menjadi tentara di Deutsches Heer atau Angkatan Darat Kekaisaran Jerman. Disitu dia menjadi einjahrig-vrijwilliger dan kemudian dilanjutkan menjadi kapitulant, total Rijborz berdinas selama 4 tahun.
Pangkat Einjahrig - Freiwilligen
Sumber
Sumber


Setahun kemudian pada 2 Desember 1887 Rijborz mendaftar di het riool van europa, dengan kata lain KNIL. Dia berangkat menuju Hindia Belanda pada tanggal 24 Desember di tahun yang sama. Perjalanan dengan menggunakan kapal layar dan uap memakan waktu hingga 50 hari lamanya. Rijborz tiba di Hindia pada 11 Februari 1888. 
Lukisan Keberangkatan Pasukan Kolonial ke Hindia Belanda tahun 1883 - 1884
Sumber

Di dunia tropis ini, Rijborz dimasukkan dalam kedinasan lijfwachten dragonders pada tanggal 10 April 1888Ia mempunyai pangkat dragonder 2e klasse dan ditempatkan di Surakarta untuk mengawal Sunan Pakubuwana IX. 3 tahun kemudian, Rijborz dipromosikan menjadi wachtmeester. Saat masa Pakubuwana X, Rijborz diangkat menjadi abdi dalem magesinmister (pemimpin gudang senjata) untuk sang Sunan pada tahun 1894. Karier sang orang Prusia tersebut termasuk sementara di KNIL namun akan mengebut saat berada di pasukan keraton. 
Namun ada sumber berbeda tentang asal usul Rijborz disini. Salah satu surat kabar menyatakan bahwa Rijborz masuk dalam pasukan kavaleri pada tahun 1887 alias saat mendaftar di Hardewijk. Setelah tiba di Hindia Belanda, dia ditempatkan di Salatiga. Saat di Salatiga, Rijborz tertarik untuk berdinas di Aceh namun masalah kesehatan menyebabkannya harus ditempatkan di Surakarta. Di Surakarta dia naik pangkat ke opperwachtmeester. Namun koran lainnya menyebut dia pindah saat berpangkat opperwachtmeester. Pada tahun 1904, dia menjadi pemimpin gudang senjata keraton. Masuknya dia kedalam kedinasan militer Kasunanan berdekatan dengan masa pensiunnya. 
Sumber lainnya menyebut Rijborz menjadi opperwachtmeester pada tahun 1900. Rijborz yang mempunyai nomor induk pasukan 188 mendapat tunjangan sebesar f. 260 pertahun. Sedangkan setahun kemudian, Rijborz diangkat untuk mengepalai pasukan lijfwachten dragonders.
Di keraton, Rijborz memperlihatkan ketekunan dalam tugas dan hal ini memenangkan hati Pakubuwana X. Sunan kemudian meminta izin berulang kali kepada pemerintah Belanda agar tentara Prusia ini bisa dipromosikan menjadi perwira. Akhirnya pemerintah mengizinkannya dan pada 7 Oktober 1931, Rijborz diangkat menjadi twedhe litnan intendhan. 
Menurut koran de locomotief 10 Oktober 1931, pengangkatan Rijborz dilakukan di keraton dimana yang bersangkutan dipanggil terlebih dahulu oleh Pakubuwana X. Acara dihadiri pula oleh gouverneur J. J. van Helsdingen, para Pangeran Kasunanan, dan tuan serta nyonya J. B. G. Rademaker. Pengangkatan Rijborz menjadi perwira keraton adalah sebagai bentuk hadiah Sunan atas kesetiaan Rijborz dalam berdinas.
Rijborz kemudian dipromosikan menjadi irste litnan intendhan pada 1 Februari 1933. Pada akhirnya dia menjadi kaptin intendhan tertanggal 22 Oktober 1934. Promosi Rijborz dalam hierarki perwira keraton seperti biasa disetujui oleh pemerintah gubermen. Penyumpahannya juga disaksikan oleh Pakubuwana X.
Di kedinasan keraton, Rijborz digaji sebesar 170 gulden dan 33 sen. Gaji saat itu saat dia berpangkat irste litnan intendhan.
Rijborz dalam tugasnya sangatlah cakap. Dia tidak pernah membolos, tidak pernah absen, bahkan tidak pernah meminta hari libur. 
Pada masanya Rijborz sempat menerima tamu wartawan yang mengunjungi gudang senjatanya yang berada di Selatan keraton ini. Di bangunan yang berbentuk seperti tapal kuda dimana bagian terbukanya diletakkan meriam kuno, tercatat Rijborz menerima tamu itu dari tiga masa berbeda. 
Yang pertama adalah wartawan Java Bode yang berkunjung pada tahun 1919. Di sana, dia melihat persenjataan pasukan tertata dengan rapi dan terawat. Selain itu sang jurnalis melihat senapan lantak buatan tahun 1842 bersama dengan senapan donderbuss (blunderbuss) dan senapan berburu milik Sunan yang berlapis emas dan bertatahkan batu mulia. Untuk senjata tajam, terdapat degen, sabel, tombak dengan "pamor" dan pedang Spanyol yang elastis. Terdapat pula perisai dari bambu berhiaskan emblem bintang di tengahnya yang masih dipakai dalam upacara. Disimpan pula helm Jerman asli (kemungkinan besar pickelhaube) dan cuirass. Tidak ketinggalan pelana yang dibuat khusus untuk postur orang Jawa, kecil dan sempit. Selain semua peralatan perang tersebut ada pula rak berisikan kembang api dan mercon untuk keperluan upacara.
Kunjungan kedua terjadi pada tahun 1931. Saat diwawancarai wartawan de Indische CourantRijborz dengan bangga mengklaim gudang senjatanya tidak dapat dicuri. Meski terkesan bombastis namun dari penuturan wartawan yang sama, bagian gudang senjata teliti mengurus persenjataan dan perawatan seragam. Dia menilai, Rijborz sangat cakap mengurus bagian persenjataan. Di tempat kerjanya, tersimpan pula koleksi persenjataan keraton yang bermacam - macam. Dari senapan lantak, senapan dari Cina dari emas, berbagai pedang bertatahkan intan serta pedang baja toledo yang lentur bagaikan rotan.
Kunjungan ketiga dilakukan oleh jurnalis Algemeen Handelsblad yang mengunjungi gudang senjata pada tahun 1933 menyaksikan bahwa tiap persenjataan yang disimpan dirawat dengan sangat baik. Terdapat senapan lantak dengan laras tembaga hadiah VOC kepada Pakubuwana III, pistol lantak sistem flintlock, pistol KNIL M11 (Luger), pedang sabel sepuh emas pemberian Ratu Wilhelmina kepada Pakubuwana X pada tahun 1923 dan juga pedang pasukan Trunakembang yang kecil terpasang di dinding.
Gudang Senjata Kasunanan
Sumber

Selain memimpin gudang senjata, Rijborz juga diberi tugas untuk mengawasi penjara keraton. Menurut almanak Narpowandowo tahun 1930, Rijborz menjabat dengan jabatan insepektur (inspektur). Dia termasuk dalam golongan pangadilan  (bagian pengadilan - hukum)  seksi reksa kunjara. Penjara atau disebut panti pidana berada di Srimenganti.
Selain itu pula, Rijborz juga berwenang mengawasi pembersihan dan perawatan persenjataan pasukan. Senapan dan karaben Beaumont pasukan dibersihkan hingga mengkilat bagaikan cermin.
Nantinya pada tahun 1939 Rijborz diwartakan memegang kendali kavaleri keraton. Uniknya terdapat nama orang yang sama pada tahun 1916. Dia bekerja sebagai manajer slachterij (rumah jagal) R. Scholtmeijer cabang kota Solo. Apakah ini orang yang sama, belum diketahui.
Atas kesetiaannya, keraton mengganjar Rijborz dengan Mendhali Sri Nugroho pangkat IV pada tahun 1927 - 1928. Medali yang sangat jarang diberikan kepada orang Eropa. Upacara penyerahan penghargaan dilakukan pada jam 11:30 di depan gudang senjata keraton. Saat itu Pangeran Purbanegara menyerahkan piagam medali kepada Rijborz di hadapan pasukan keraton. Pemberian medali tidak terlepas dari kesetiaan Rijborz selama 24 tahun berturut - turut tanpa absen bekerja.
Orang Eropa yang terakhir kali menerima medali tersebut adalah pemimpin istal keraton bernama Wustlich. Orang Eropa ini sudah lama meninggal sebelum Rijborz mendapatkannya.
Saat itu wartawan de nieuwe vorstenlanden menyebut Rijborz yang sudah 40 tahun tinggal di Solo masih bersepeda.
Meski hanya mengabdi di pasukan kehormatan namun Rijborz bangga bahwa dia sudah memimpin perwira dari Hindia Belanda maupun dari luar negeri. Kurang diketahui apa maksud dari memimpin perwira disini. Dia juga bangga dipimpin oleh Purbanegara yang ia pandang sebagai orang yang berbakat dalam organisasi. Alhasil Rijborz menjadi bersemangat melakukan aktivitas militer keraton.
Kebanggaan dan kesetiaan Rijborz sangat diapresiasi oleh pihak keraton. Pada saat kedinasan Rijborz berumur 25 tahun, diadakan pesta jubilee pada sore hari jam 19:00 tanggal 22 Januari 1929. Pesta itu sendiri sepertinya menarik perhatian masyarakat Solo. Dikarenakan Rijborz sudah dikenal oleh masyarakat melalui salah satunya sifatnya yang sangat riang. Meski sudah renta, Rijborz masih sering bersepeda dan berkuda.
Lima tahun kemudian atau saat kedinasan Rijborz berusia 30 tahun, Pangeran Purbanegara memimpin defile pasukan keraton di depan rumah sang orang Prusia. Pada pukul 09:30, pasukan musik keraton ikut meramaikan suasana dengan musik mendayu. Purbanegara kemudian berpidato atas nama Pakubuwana X, berterima kasih atas pengabdian Rijborz dan berharap yang terbaik untuknya. Setelah itu, para perwira pasukan keraton memberi ucapan selamat kepada sang orang Prusia. Perayaan dilakukan kembali saat kedinasan Rijborz menjadi 35 tahun pada tahun 1938. Salah satu penghormatan lainnya adalah tiap bengkel senjata dan amunisi di kota Surakarta disebut dengan sebutan rumah si Rijborz yaitu Rebosan / Rebozan.
Seorang saksi melihat Rijborz, bahkan pada umur 75 tahun dia tetap bersemangat. Penampilannya dengan kumis yang gagah serta penuh aktivitas memperlihatkan dirinya seperti masih berumur 50 tahun. Salah satu aktivitas Rijborz di usia senja tersebut adalah menunggang kuda seminggu sekali. 
Gambar Albert Rijborz dari cuplikan film dokumenter perayaan hari pernikahan putri Juliana dengan pangeran Bernhard pada tahun 1937 di Stadion Sriwedari.
Sumber

Gambar Rijborz dari buku Pawarti Surakarta Lampiranipun Kabar Paprentahan.
Pada gambar yang kira - kira berangka tahun 1939 ini Rijborz terlihat masih gagah

Jika dirunut dalam pengabdian militernya, Rijborz mendapatkan medali beberapa diantaranya adalah:
  1. Onderscheidingsteken voor Langdurige, Eerlijke en Trouwe Dienst kelas perak
  2. Mendhali Sri Nugroho pangkat IV
  3. Medali Peringatan Naik Tahta ke-40 tahun Pakubuwana X
  4. Mendhali kang minongka kapengetaning pahargyan tingalan dalem tumbuk yuswa 64 tahun
  5. Mendhali pangenget enget Karaton Surakarta Hadiningrat 200 tahun

Rijborz mempunyai istri yang bernama Dorothea Wilhelmina Georgina Wardenaar. Mereka menikah di Surabaya pada tahun 1895. Dorothea yang lahir di Surabaya tahun 1870 tersebut sudah sakit pada tahun 1934 yang mengakibatkan adanya penundaan perayaan 30 tahun karier Rijborz. Kemungkinan Dorothea sudah meninggal dunia sebelum tahun 1938. 
Rijborz mempunyai keponakan yang gugur di Perancis Utara pada tahun 1914. Keponakan lainnya luka berat di daerah yang sama dan menjadi rimbawan. Rijborz masih berkorespondensi dengan familinya di Jerman tersebut.
Rijborz mempunyai anak yaitu Adolf Ernst Rijborz yang lahir di Surabaya pada 25 Februari 1895 nantinya bekerja sebagai tuan tanah kecilAlexander Franz Rijborz lahir di Solo pada 10 Agustus 1897 dan Berthold Eduard Rijborz yang lahir di Solo pada 1 November 1904. Untuk anak yang terakhir ini, ia berdinas di Marechaussee, dan Bataljon Infanterie IV Cimahi, dia juga lulus dari KMA BredaAlbert sendiri sempat kembali ke Eropa pada bulan Oktober 1930 untuk menengok anaknya yang baru lulus menjadi tweede luitenant ini. Sayangnya Berthold kelak ikut serta dalam pembantaian yang dilakukan oleh Raymond Westerling.
Masih belum diketahui kapan Rijborz meninggal. Namun sedikit petunjuk bisa terlihat dari daftar tawanan perang tahun 1944. Dimana nama dia tidak tercatat namun dilain pihak Berthold Eduard terdapat disitu. Kemungkinan Albert sudah meninggal saat Jepang datang. 


<--- Hierarki Pasukan                                                                                                       Personel --->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar