Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Selasa, 04 Juni 2019

Pasukan Keraton Kasunanan Surakarta - Personel

Pada tahun 1824, para putra personel pasukan pengawal Sunan yaitu Pasukan Keparak tidak bisa meninggalkan pekerjaan ayahnya. Mereka harus menggantikan posisi ayahnya jika yang bersangkutan mengalami obesitas.
Para prajurit keraton pada tahun 1916 tergolong muda. Usia mereka berkisar diantara 14 hingga 20 tahun. Mereka sendiri bertempat tinggal di kampung daerah kekuasaan keraton. Kebanyakan di kota Solo sendiri seperti Jagasuran, Gajahan, Kratonan, dan lain - lain.
Daftar Nama Tentara Keraton

Memasuki dekade 1930, sepertiga personel pasukan terdiri dari usia tua non perang. Bahkan seperenamnya berusia lebih dari 60 tahun. 700 orang diantaranya bahkan sudah tidak fit bertugas. Orang tua renta dengan postur tubuh membungkuk. Saat terjadinya revolusi saya jabarkan di bab lain, akan ada perubahan fundamental tentang usia pasukan.
Hasil revolusi tersebut terlihat pada tahun 1936, yaitu adanya aturan bahwa usia minimal personel adalah 22 tahun dan untuk usia maksimal adalah 30 tahun. Untuk tinggi badan tidak jadi masalah, asal siap melayani dan bekerja. Akan tetapi saat menjelang pecahnya Perang Dunia II atau paska jatuhnya Belanda ke tangan Jerman, keraton terbukti sempat menerima rekrutan prajurit berusia 19 tahun. Ada kemungkinan terjadi perluasan usia perekrutan pada saat itu.
Saat sedang tidak bertugas, para prajurit diijinkan untuk bekerja di sawah atau bekerja di pekerjaan lainnya untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Untuk perwira, mereka bergelar Raden Mas Aryo atau dari keturunan ningrat tinggi. Seperti yang sudah dijelaskan dibab sebelumnya, mereka biasanya menjadi pemimpin grup. Usia mereka pada tahun 1916 ada yang berumur 30 tahun saat mengabdi.
Tentang perwira pasukan keraton, ada salah seorang yang juga berprofesi pemain sepak bola. Dia adalah Raden Mas Panji Darwito Cokrosubroto. Perwira yang sayangnya belum diketahui pangkatnya ini bermain sebagai winger atau pemain sayap kanan tim Persis Solo. Putra dari mayor Raden Mas Cokrowinoto ini sayangnya meninggal di umur relatif muda yaitu 22 tahun. Saat itu Darwito meninggal di awal bulan Agustus 1936 setelah dirawat di klinik Kadipolo karena penyakit tifus. Koran de Locomotief menyebut almarhum sebagai pemain sepak bola yang terkenal.
Untuk pasukan Trunakembang, awalnya keanggotaan hanya berlaku kepada para Santana Dalem dan abdi dalem magang Kadipaten Anom.  Yang menjadi perwira adalah para pangeran yang masih muda. Sedangkan yang berwenang untuk mengangkat prajurit dan onderofficier adalah Pangeran Adipati Anom. Saat Pakubuwono X (sebelumnya bergelar Pangeran Adipati Anom) diangkat menjadi raja, keanggotaan pasukan diperluas. Selain para Putra Sentana, para abdi dalem Punakawan juga diterima. Umur anggota di bawah 15 tahun.
Setelah direorganisasi menjadi organisasi Pramuka, keanggotaannya diperluas. Tercatat ada anggota yang berasal dari Baki, Sukoharjo; Kartasura; Pajang; Wonogiri; Tegal Gondo; Sawit, Sawahan, Bangak, Pengging; Beran; dan lain sebagainya.
Setiap prajurit yang diangkat, akan diberi surat pikukuh atau surat ketetapan. Uniknya setiap rekrutan akan diberi nama baru saat dia mengabdi sebagai prajurit. Seperti yang terjadi pada tahun 1950 dan kemungkinan ini juga terjadi pada masa - masa sebelumnya.
Arsip dan kartu identitas milik Yudawilogo yang bernama asli Mitrasudarna.
Fuselier Peleton E, Gatra II dengan nomor urut 2897

Selain rekrutan baru, pemberian nama juga berlaku saat kenaikan pangkat. Ini terjadi pada tahun 1946, kepada puslir bernama Yudawibaksa dengan nomor Ob: 887 dari Gatra III. Saat itu dia menjadi kopral Gatra I menggantikan Mas Bujahutama, alhasil dia diberi nama Mas Jayengwibaksa.

Untuk personel asing selain Albert Rijborz, pasukan keraton juga sempat menerima lainnya. Pada tahun 1816, pasca peralihan kekuasaan dari Inggris ke Belanda, beberapa bekas personel Sepoy yang sebelumnya desersi dari pasukan Bengal Volunteer Batallion bergabung dengan pasukan keraton. Contoh serupa juga terjadi pada pasukan Kasultanan.


<--- Albert Rijborz                                                                                                        Penggajian --->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar