Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indië hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Selasa, 04 Juni 2019

Pasukan Keraton Kasunanan Surakarta - Pelatihan

Pada masa kekuasaan Pakubuwana X, diterbitkan manual militer berjudul "Wawaton Barisan Prajurit Dharat". Buku militer setebal 134 halaman dan dicetak oleh Boedi Oetomo di Solo tersebut dikarang oleh seorang anak Pakubuwana X yaitu Pangeran Suryobroto yang juga berpangkat Kapitein di dalam jajaran KNIL. Buku yang diterbitkan pada tahun 1922 ini berisi instruksi pelatihan militer yang sudah mempunyai model pelatihan Eropa. 
Wawaton Barisan Prajurit Dharat
Salah satu contoh pelatihan pada buku adalah:
'19. manawa ana aba: rus (rust - istirahat) utawa Ingereg mares (ingerukt marsch - istirahat di tempat) , kabeh prajurit banjur hormat kaya cara prajurit yen wis diwalesi dening gurune kena banjur leren.
manawa ana aba: persamelen (verzamelen - berkumpul) banjur tumuli satata amaneh angarepane gurune.'
(19. jika ada aba-aba: rus atau ingereg mares, semua prajurit lalu hormat gaya prajurit. setelah dibalas instrukturnya baru boleh istirahat.
jika ada aba-aba: persamelen, lalu menata kembali di depan instrukturnya.)

Beberapa pelatihan di dalam buku ini mencakup:
Bab 1
barisan rapet (Barisan Rapat)

Bab 2
barisan salarik tanpa bedhil (Barisan selarik tanpa senapan)

Bab 3
ulah ambedhil (Olah senapan)

Bab 4
barisan rong larik (Barisan dua larik)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tiap-tiap bab mencakup pelatihan mendetil. Salah satunya bab ulah ambedhil yang berisi di antaranya "ngiseni bedhil" (mengisi ulang senapan), nginjeng (membidik), nyentil (menembak), dan lain-lain.
Buku ini uniknya juga memuat beberapa adaptasi bahasa Jawa dari bahasa Belanda. Dari manskappen (manschappen - orang), pir (vuur - tembak), reh (rechts - kanan), mares (marsch - maju jalan dalam berbaris), dan lain sebagainya. Buku juga menjelaskan bahwa 1 langkah berbaris di Hindia Belanda adalah 60 cm dan untuk 1 menit berbaris membutuhkan 130 langkah.
Buku diatas juga menerangkan beberapa hal menarik:
  • Senapan tidak boleh dibanting. 
  • Setiap komando attaqueren (charge / serang), instruktur harus berteriak diikuti oleh para pasukan. 
  • Saat tembakan beruntun, para prajurit tidak harus memikir teman - temannya. 
  • Prajurit yang tergabung dalam seksi, dilatih di lapangan rata dan kosong. Mereka diajari hal yang penting terlebih dahulu. Agar mereka terbiasa dengan perintah, barisan dan komando.
  • Pelatih seksi harus berpangkat litnan.
  • Pelatih grup harus onderlitnan, ajiddan onderoppisir, sersan mayor.
  • Prajurit harus diingatkan kontur medan saat menembak.
  • Instruktur harus memberi penjelasan secukupnya.

Selain "Wawaton Barisan Prajurit Dharat", diterbitkan pula buku pelatihan militer yang bernama "Pranatan Barisan". Buku ini sayangnya tidak diketahui kapan diterbitkan namun yang kita ketahui sang penyadur adalah komandan pasukan keraton yaitu Pangeran Purbanegara. Uniknya pada pembuka, tertulis bahwa buku ini disadur dari regulasi KNIL namun penyaduran hanya disesuaikan dengan kondisi pasukan keraton saja.
Pranatan Barisan
Salah satu contoh pelatihan adalah:
'Bab: 29.
Wiwit lumampah serong.
Komandho: Sekeinreh (ling) = mars
Co. Schuinsrechts (links) = marsch.
Sadaya lumampah serong, dene hingkang kangge wiwit lumampah sukunipun hingkang kiwa.' 

(Bab: 29.
Saat berbaris diagonal.
Komando: Schuinsrechts -Diagonal Kanan (links - kiri) = marsch
Semua berbaris diagonal, saat mulai melangkah kaki yang didahulukan adalah kaki kiri)
Stempel Komandan Pasukan Keraton

Selain itu pula diadakan tes tertulis secara periodik. Tes tersebut serupa seperti halnya "ulangan" yang dialami oleh anak sekolah pada masa kini. Tercatat ujian tersebut terdapat dalam 2 macam bahasa yaitu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Selain itu pula, materi ujian juga disesuaikan dengan pangkat peserta.  
Draft Tes Tertulis Bahasa Indonesia Untuk Perwira


Pasukan keraton sedang berdefile. Foto dari majalah TIME tahun 1936
Sumber

Pasukan Keraton Berseragam Garoet Berdefile
Merayakan Hari Pernikahan Putri Juliana pada tahun 1937 
Sumber

Sebagai perbandingan defile di atas, berikut adalah defile tentara Prusia
Video dulunya ada di youtube, namun sekarang sudah tidak ada

Saat pelatihan perang ditabuh Gamelan Saptu bernama Kyai Singakrura di Bangsal Patalon catat Projosuyitno. Uniknya dari sumber yang sama, latihan perang sudah lama dihapuskan karena dilarang oleh Belanda. Apakah pelarangan latihan ada hubungan dengan melemahnya posisi keraton terhadap VOC / Belanda, kita tidak akan pernah tahu. Bisa jadi yang dimaksudkan disini adalah latihan perang secara masif dan bebas karena pasukan masih diizinkan melakukan latihan oleh Belanda. Gamelan tetap dimainkan hingga tahun 1953. Menurut sumber berikut, gamelan ditabuh tiap hari sabtu. Bisa kita asumsikan, pelatihan dilaksanakan pada hari sabtu.  Sedangkan untuk pelajaran olah raga, dimainkan gamelan Kyai Rendeng.
Untuk parade sendiri, komando, ritme parade dan langkah parade termasuk lamban. Uniknya kesemua ini bersumber dari abad ke-18.
Di tahun 1933, pasukan tercatat berlatih paling sedikit dua kali dalam seminggu. Sedangkan pasukan sinyal atau musik berlatih tiap hari. Sebelumnya kedua pasukan tersebut tidak pernah berlatih perang sama sekali.
Pada tahun 1936, para pasukan dan anggota Trunakembang diberi pelajaran olah raga senam dan sepak bola serta lain sebagainya. Akan sangat menarik jika kita bisa menemukan keterlibatan klub sepak bola Solo yaitu Persis didalam pelatihan pasukan keraton. Untuk senam sendiri, pada masa Pakubuwana XI model senam yang dipakai adalah model senam Swedia atau Zweedsch Gymnastiek.
Latihan Zweedsch Gymnastiek

Bagi tentara dengan pangkat prajurit, tiap malam minggu atau kamis diajarkan seni tari seperti tarian Beksan Wireng atau lakon yang sesuai. Untuk para calon prajurit Jagaswara (dari Skuadron Tamtama dan Skuadron Carangan), mereka berlatih lagu keraton berupa tembang dan latihan tersebut dilakukan tiap malam selasa dan bertempat di ruang kantin pasukan.
Di tahun yang sama tercatat para perwira infanteri dan kavaleri dilatih dan diwajibkan bisa menunggang kuda. Kuda yang disebutkan di artikel tersebut adalah "Kapal Ageng Sidni" (Kuda Besar Sydney). Kemungkinan kuda tersebut adalah StockhorsePelatihan ini dilakukan agar saat mengawal barisan pasukan, tidak terlihat mengecewakan.
Menunggangi kuda memang sangat signifikan oleh perwira keraton. Jika tidak lancar maka kasus kaptin Trunoatmojo bisa terjadi. Saat itu pada tahun 1884, sang kaptin terjatuh dari kudanya. Peristiwa yang terjadi di alun - alun tersebut menyebabkan perwira keraton tersebut luka parah hingga dia kritis. Tidak diketahui mengapa dia jatuh atau apakah dia sedang saat berdinas atau liburan.
Selain menunggang kuda, untuk para perwira dibentuk para pengajar yang salah satunya mengajari mereka berolah raga.
Pada masa kekuasaan Pakubuwana XI, mungkin karena melihat kondisi dunia semakin tidak stabil, KNIL memutuskan untuk memberi pelatihan tentang perang gas kepada hierarki pasukan keraton.
Lampiran Pengetahuan Perang Gas

Untuk bela diri perorangan, terdapat bela diri bernama Merpati Putih yang sudah ada sejak masa Pakubuwana IV. Selain itu ada pula ilmu tenaga dalam yang bernama Aji Guno Joyo Kawijayan.
Pada masa kekuasaan Pakubuwana XII, terdapat penggantian aba - aba berbaris. Yang sebelumnya bernuansa Belanda sekarang diganti dengan bahasa Jawa. Penggantian ini terjadi pada tahun 1953 saat komandan pasukan keraton dijabat oleh KRAT Wirantodiningrat. Aba - aba ciptaan dia disini antara lain:
  • Siyaga (Perhatian)
  • Sigeg (Siap)
  • Tandyo (Grak)
  • Lumaksono Mangarso (Maju Jalan)
  • Karti Sampeka (Hormat)
  • Lerem Sahono (Istirahat)
  • Bubar Angga (Bubar Jalan) 

Aba-aba yang lain bisa anda cek di link berikut ini.


<--- Penggajian                                                                                                                   Kualitas --->

Tidak ada komentar:

Posting Komentar