Mari kita rehat sejenak dari sejarah perkapalan Belanda dan kita menuju ke KNIL.
Untuk kali ini saya akan memperlihatkan foto-foto peralatan KNIL pada era 1930-40an.
Luchtdoel Zoeklicht (Vervolgend) Tjimahi
Yang pertama saya perlihatkan disini adalah lampu sorot dalam keadaan sedang tidak digunakan. Jika anda lihat, lampu tersebut dalam keadaan tertutup
Yang pertama saya perlihatkan disini adalah lampu sorot dalam keadaan sedang tidak digunakan. Jika anda lihat, lampu tersebut dalam keadaan tertutup
Kijkertoestel Vol-Automatisch Verkennen Zoeklicht Tjimahi
Foto kedua memperlihatkan semacam teropong atau periskop yang digunakan bersamaan saat pengoperasian lampu sorot. Kita bisa melihat beberapa tombol-tombol pengoperasian alat tersebut. Seperti tulisan di foto, kita dapat mengamsusikan bahwa alat tersebut berjalan secara otomatis. Kita juga bisa melihat pula lampu sorot yang terdapat di background foto. Selain itu pula lampu sorot dalam keadaan terbuka. Foto ini dan foto lampu sorot di atas diambil di Cimahi, Jawa Barat.
Luistertoestel Chemie-Automatische Luchtdoel Zoeklicht Soerabaja
Koos Allemany |
Setelah dari Cimahi, kita beralih ke Surabaya Jawa Timur. Untuk foto pertama adalah alat pendengar pesawat udara. Alat berbentuk unik ini dapat dikatakan alternatif murah dari radar. Dimana kedatangan pesawat dapat dideteksi dengan alat tersebut. Hanya saja ini tidak dapat diandalkan secara penuh dibandingkan radar karena jika ada intervensi suara selain pesawat (semisal hujan) maka akan tidak mudah mendeteksi pesawat. Berdasarkan situs yang diberikan oleh mentor saya yaitu Koos Allemany, bahwa pada tahun 1936 KNIL membeli alat ini sebanyak 6 buah. Secara resmi, alat tersebut bernama Luitertoestel Kolonien. Selain itu pula, setahun berikutnya KNIL juga membeli luitertoestel standar atau yang bernama Luitertoestel Waalsdorp sebanyak 7 buah. Apa perbedaan antara 2 luitertoestel tersebut? Luitertoestel Kolonien dibuat untuk keperluan mobilitas cepat. Maka alat ini dibuat dengan sebuah mesin motor lengkap dengan 2 buah roda. Uniknya pula, pada akhirnya demi mobilitas, model Waalsdorp juga dilengkapi seperti model Kolonien.
Bagi anda yang penasaran dengan alat apa yang ada di badan para prajurit di foto ini, alat tersebut adalah perlengkapan dari luitertoestel. Fungsi dari alat yang bisa ditiup dengan angin tersebut adalah agar tentara yang bertugas di luitertoestel ini bisa mendengar lebih jelas kedatangan pesawat. Kita juga bisa melihat seorang perwira di sebelah kanan foto, kemungkinan perwira tersebut berpangkat tweede luitenant atau letnan dua
Chemie Automatische Luchtdoel Zoeklicht Soerabaja
Untuk foto kedua di Surabaya ini, kita bisa melihat para awak lampu sorot sedang bergaya saat difoto. Kita bisa melihat pula kebersamaan antara prajurit Eropa dan prajurit Inlander alias pribumi disini. Mungkin kita sebagai orang Indonesia, kita jarang atau tidak pernah melihat kejadian semacam ini. Mereka sedang narsis mungkin ya. Tidak jauh beda dengan tentara pada masa kini. hehehe
Verkennend Zoeklicht Soerabaja
Anda pasti sudah mengenal foto ini karena selain saya taruh di muka blog, foto ini sempat saya singgung di post ini. Jika anda perhatikan pada sebelah kanan foto, anda bisa melihat unit luitertoestel sedang dalam keadaan siaga.
Untuk unit zoeklicht sendiri, di Belanda mereka masuk dalam unit genie. Bagi pemerhati militer nasional, nama tersebut sudah tidak asing bagi anda karena nama tersebut adalah asal usul dari nama Zeni. Sedangkan untuk KNIL, unit zoeklicht awalnya masuk dalam kedinasan artileri dan nantinya berubah menjadi luchtdoelartillerie atau artileri anti serangan udara
Jika kita melihat tempat dimana foto-foto ini diambil, kita bisa mengetahui bahwa Surabaya dan Cimahi saat itu menempati tempat yang tidak kecil bagi KNIL. Khusus Cimahi sendiri, di kota tersebut juga terdapat Hoefsmidschool atau sekolah tapal kuda kavaleri KNIL.
*Update 8 April 2016:
Berikut emblem Zeni, Artileri, dan Luchtdoelartillerie yang berlaku di KNIL pada saat itu. Sumber semua gambar dari maarktplaats
Dornier Do-24
Untuk foto yang terakhir adalah satu dari pesawat apung terkenal di Perang Dunia II. Dornier Do-24 sendiri adalah pesawat apung buatan Jerman yang dibuat atas permintaan Angkatan Laut Belanda untuk keperluan pengawasan perairan Hindia Belanda. Didesain untuk menggantikan Dornier Wal yang sudah menua, Do-24 didesain pada tahun 1936 dan keluar produksi pada tahun 1937. Selain dibuat oleh pabrik Dornier di Jerman, Do-24 juga dibuat di Belanda oleh Aviolanda di Papendrecht. Untuk Belanda sendiri, mereka merencanakan mengakuisi 90 buah pesawat, 60 diantaranya dibuat oleh Aviolanda dan sisanya oleh Dornier. Namun hanya 25 buah dibuat oleh Aviolanda saat Belanda diserbu Jerman pada tahun 1940. Do-24 yang berhasil direbut oleh Jerman akhirnya dioperasikan oleh Luftwaffe (Angkatan Udara Jerman). Bagaimana dengan Do-24 di Hindia Belanda? Sebanyak 37 buah Do-24 berhasil dikirim sebelum Belanda diinvasi. Untuk koleganya di Hindia Belanda ini, Do-24 mencatatkan beberapa prestasi penting. Beberapa diantaranya penenggelaman kapal perusak
Sumber |
Untuk foto disini, kita bisa melihat 2 Do-24 sedang berada di sungai. Karena saya mendapatkan foto ini dari album foto yang mayoritas diambil di Kalimantan dan beberapa di Pontianak. Maka saya asumsikan foto Dornier ini diambil di tempat yang sama.
Jika kita perhatikan, pada badan pesawat terdapat roundel (lambang identitas pesawat) berbentuk segitiga terbalik. Ini menandakan foto diambil pada medio 1939 - 1942. Pada masa itu agar menghindari kebingungan dalam pengidentifikasian roundel antara Belanda, Prancis, dan Inggris, Belanda mengubah roundel-nya yang awalnya bundar menjadi segitiga.
Evolusi Roundel Angkatan Udara Kolonial Belanda
1921 - 1939 & 1948 - 1950
|
1939 - 1942 Sumber |
1942 - 1948 Sumber |
Satu hal terakhir, jika anda melihat foto luitertoestel lagi dan anda perhatikan tentara nomor 2 dari kiri, tentara tersebut mirip dengan aktor Hollywood terkenal. Siapakah dia? Michael Fassbender! hehehe
Usia: dibuat 1936 - 1942
Saya tertarik dengan "Kijkertoestel Vol-Automatisch Verkennen Zoeklicht Tjimahi" pada artikel anda. Apakah anda memiliki foto lain yang berhubungan dengan alat itu/unit searchlight KNIL ? Terima kasih
BalasHapusMaaf hanya ini saja yang saya punya. Jika saya menemukan foto serupa, saya akan mengupdate atau membuat post terbaru tentang searchlight tersebut. :)
HapusOk, saya tunggu artikelnya. Kebetulan sekali saya ingin mendalami sejarah KNIL dan Masa Pendudukan Jepang. Blog ini sangat informatif, jarang sekali blog lokal yang mampu menghadirkan informasi dengan tingkat kedetilan seperti ini. Sepertinya anda memiliki banyak arsip kuno ya ?
BalasHapusOh ya, terima kasih. :)
HapusYa, selain peralatan militer dan buku, saya mengoleksi arsip - arsip kuno. Hampir semua yang saya tampilkan di blog ini adalah koleksi saya. Yang saya beri watermark adalah murni milik saya sendiri. Sisanya hanyalah referensi. :)
Btw, alat pendengar pesawat yang di Surabaya ada juga di Tjimahi https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/564x/04/b1/5d/04b15d6cb09096c6aa303f60797c8cd2.jpg
BalasHapusOh ya, terima kasih atas infonya. :)
HapusSaya belum mendalami, tapi ada kemungkinan dulunya Surabaya dan Cimahi menjadi basis utama KNIL untuk deteksi serangan udara.
Adakah museum di indonesia yg memiliki koleksi2 knil?
BalasHapusSalam,
HapusSaya kr blm ada museum di indonesia yg khusus mengoleksi KNIL. Hanya sj barang yg ditampilkan campuran antara TNI, jepang ataupun KNIL.