Cina. Kali ini kita akan membahas negara tersebut dalam perspektif Hofer di wij strijden met de teekenstift.
Dalam karya yang dimuat di koran bataviaasch nieuwsblad 12 Oktober 1940, terlihat Hofer menggambar bagaimana nasib bangsa Cina melawan Jepang. Kala itu Jepang yang baru saja menandatangani Pakta Tripartit secara resmi bergabung dengan neuordnung Jerman alias pihak as. Terlihat kehancuran yang dialami oleh bangsa Cina melawan tetangganya itu. Memang saat itu perang Cina-Jepang kedua sudah memasuki tahun ketiga. Meskipun saat itu Jepang mulai kewalahan namun masih terjadi perselisihan antara kaum nasionalis dengan komunis. Kondisi ini juga diperburuk dengan dibentuknya pemerintahan boneka oleh Jepang dibawah pimpinan Wang Jing Wei. Peruntungan kedua belah pihak akan mengalami perubahan saat Amerika masuk ke perang kelak.
Untuk di Hindia Belanda sendiri, kaum Cina disini termasuk kuat dalam nasionalismenya. Mereka memasang potret bapak Cina modern yaitu Sun Yat Sen di sekolah.
Saat perang berlangsung, mereka juga mulai berinisiatif untuk membantu rekan mereka di kampung halaman. Bermunculan majalah yang menyokong perjuangan Cina daratan seperti pengiriman bantuan obat melalui gerakan palang merah.
Sumber |
Ada pula gerakan sumbangan yang murni seperti dari yayasan Oost-Java Ambulance Fonds di Surabaya. Uniknya surat permintaan sumbangan tersebut dicetak dalam 3 bahasa yaitu Cina, Belanda, dan Melayu. Yayasan ini juga menyatakan jika perang sudah usai maka yayasan yang berdiri pada Januari 1939 tersebut akan membuat gedenkboek atau buku peringatan. Di dalam buku tersebut akan dicantumkan para pendonor bantuan dan masing - masing pendonor akan mendapatkan bukunya.
Untuk menyebarkan kesadaran kepada masyarakat Hindia Belanda lainnya, diputar pula film dokumenter. Seperti yang terjadi di bioskop Centrum di Pasar Pon Solo dimana ditayangkan film "Tiongkok di Waktoe Perang" pada 11 - 12 Maret 1940. Film tersebut beberapa diantaranya menyajikan bagaimana rakyat Cina daratan bersumpah untuk membantu pemerintahannya, Madame Chiang mengunjungi prajurit Cina, gerakan "Derma Perhimatan" yang merupakan salah satu sumbangan yang populer dimasa perang, serta pidato Chiang Kai Shek tentang sumbangan tersebut.
Memang seperti inilah contoh kecil nasionalisme bangsa Cina pada masa kolonial. Meskipun nasionalisme tersebut ditujukan kepada kampung halamannya. Mulia memang ... namun akan dibayar mahal pada Maret 1942 saat musuh rekan mereka di Cina daratan akhirnya menguasai Hindia Belanda ...
Usia: 1941
Tidak ada komentar:
Posting Komentar