Hofer dalam karya
wij strijden met de teekenstift-nya kali ini mengenang tentang
Rotterdam Blitz.
Blitz disini adalah pemboman kontroversial yang dilakukan Jerman terhadap kota Rotterdam. Mengapa kontroversial, karena tanda tanya besar masih menghinggap pada kapan pengeboman tersebut dilaksanakan. Ada yang menyebut pengeboman dilakukan agar Belanda cepat menyerah. Ada pula yang menuding bahwa pengeboman tidak perlu dilakukan karena Belanda pada akhirnya akan menyerah. Alhasil kota Rotterdam hampir rata dengan tanah karenanya.
Sebelum pengeboman, Rotterdam dipertahankan salah satunya oleh
marinier atau marinir Belanda. Kegigihan mereka dalam mempertahankan sejengkal tanah airnya memang membuat Jerman kerepotan. Sejak awal invasi, Rotterdam memang sudah dijadikan target oleh Jerman. Pasukan pertahanan Rotterdam yang kecil awalnya sangat terkejut dengan serbuan dadakan Jerman. Alhasil komandan pertahanan Belanda yaitu
kolonel der genie Pieter Wilhelmus Scharroo harus meminta bantuan. Meski Jerman berhasil memenangkan beberapa pertempuran awal, namun kegigihan Belanda dalam bertahan membuat Rotterdam tidak segera jatuh. Ditambah pula, marinir Belanda sempat melakukan
serangan balik. Bahkan rencana Jerman untuk menyerbu Rotterdam secara total dengan tank harus diurungkan. Sejak invasi pada tanggal 10 Mei, pasukan Belanda tetap bertahan hingga tanggal 14 Mei.
|
Pasukan Jerman di dekat Rotterdam. Sumber |
|
Pasukan Belanda di Maasstation. Sumber |
|
Saksi bisu kegigihan Belanda. Kapal S.S. Statendam yang dimanfaatkan oleh Jerman terbakar hebat hingga pertempuran usai. Sumber |
Melihat kondisi yang tidak semakin membaik, komandan pasukan tank Jerman yaitu
generalmajor Rudolf Schmidt mengubah strategi dengan mengirimkan surat ultimatum kepada Scharroo untuk menyerah. Ancamannya adalah Rotterdam akan dihancurkan melalui udara. Namun Scharroo menolaknya dengan alasan surat Schmidt tidak sesuai dengan regulasi ultimatum seperti yang diatur oleh parlemen Belanda. Namun sebelum surat tersebut diperbaiki oleh Jerman, komandan
luftwaffe yaitu Hermann Goring sudah memerintahkan 90 pesawat pembom he-111 ke Belanda atas perintah Hitler.
Di waktu yang sama, surat ultimatum yang sudah diperbaiki telah selesai. Pada surat tersebut, Belanda diberi waktu hingga sore hari untuk menyerah. Namun sebelum utusan Belanda yaitu
kapitein J.D. Backer kembali ke Rotterdam, armada he-111 sudah tiba. Schmidt yang saat itu mengawal Backer langsung terkejut. Dia tidak pernah mengira ancaman dia menjadi kenyataan.
Kepanikan juga menghinggapi pasukan Jerman yang sejak awal sudah mengambil posisi dekat dengan Rotterdam. Mereka takut jika armada
luftwaffe juga akan mengebom posisi mereka. Pasukan Jerman di darat berinisiatif untuk menembakkan
flare ke arah pesawat untuk menggagalkan pengeboman. Namun sayang karena asap, tidak semua pesawat melihat
flare tersebut alhasil pusat kota Rotterdam luluh lantak. Hampir 900 penduduk tewas, 90.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan lebih dari 25.000 bangunan hancur. Ironisnya, pasukan pertahanan Belanda masih utuh.
|
Surat ultimatum kedua Schmidt. Sumber |
|
Backer saat negosiasi ultimatum. Sumber |
|
Rotterdam paska pemboman ... Sumber |
Saat Rotterdam luluh lantak akibat pemboman, Scharroo sebenarnya tidak mau berdiskusi lagi kepada pihak Jerman soal ultimatum. Namun pada akhirnya dia memutuskan untuk menyerah. Keputusannya direstui komandan Belanda yaitu
Generaal Henri Winkelman.
Akhirnya dari Rotterdam muncul seorang
sergeant majoor der genie yang membawa bendera putih. Dia adalah
Gerrit van Ommering yang menyeberangi Maasbruggen atau Jembatan Maas menuju jalan van der Tak di Noordereiland. Dia juga ditemani oleh
3 marinier yang ikut menyerah yaitu
korporaal der mariniers R. van Ombergen,
marinier der 3 klasse A.T.S. Clijssen, dan
marinier der 3 klasse B. Seegers. Kemudian muncullah Scharroo dan Backer. Kedatangan mereka menandai menyerahnya Rotterdam ke Jerman.
|
Van Ommering dengan bendera putihnya. Sumber |
|
Sumber: Pinterest |
|
Scharroo bersama Schmidt. Raut muka Schmidt menandakan kesedihan yang mendalam. Sumber |
Menyerahnya Rotterdam juga menandai menyerahnya Belanda. Esoknya 15 Mei 1940, Winkelman menandatangani menyerahnya Belanda ke Jerman di desa Rijsoord.
Dia memutuskan untuk menyerah karena kota lain seperti Utrecht juga diancam akan dibom oleh Jerman.
Di pihak Jerman, pertempuran tersebut juga diikuti oleh tokoh penting mereka pula. Yang pertama adalah komandan
fallschirmjager yaitu
generalleutnant Kurt Student yang nantinya tertembak peluru nyasar di kepala saat proses menyerahnya Rotterdam. Tokoh kedua adalah
oberstleutnant Dietrich Hugo Hermann von Choltitz yang kelak menyelamatkan Paris dari rencana bumi hangus Hitler pada tahun 1944. Kiprah von Choltitz sendiri paling menonjol saat dia menggagalkan usaha pembantaian pasukan SS yang murka terhadap orang Belanda saat mereka mengira bahwa Student
terkena tembakan pasukan Belanda. Von Choltitz pula yang berinisiatif menembakkan
flare ke arah armada
luftwaffe yang akan mengebom Rotterdam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar