Menurut situs berikut, pasukan keraton terbagi menjadi 10 buah:
Kekuatan pasukan keraton pada masa Pakubuwana III dapat kita lihat di situs ini. Saat itu, pasukan keraton yang tercatat berupa:
Pada masa kekuasaan Pakubuwana IV, dari sumber yang sama dengan di atas, pasukan keraton berupa:
Uniknya saat menghadapi Yogyakarta, pasukan keraton yang disiapkan adalah
- Prajurit Bergodo Musik. Bertugas sebagai pemberi tanda atau aba - aba perang. Pada masa sekarang selalu dilibatkan dalam setiap upacara besar di keraton. Anggota sekitar 15 orang.
- Bergodo Tamtama. Berisikan orang - orang pilihan yang bertanggung jawab atas keselamatan Sunan. Kemampuan di atas pasukan lainnya.
- Jayeng Astro. Bertugas mempersiapkan persenjataan prajurit lainnya saat maju berperang.
- Prawiro Anom. Merupakan kesatuan artileri kebanggan keraton. Pasukan berkuda tersebut selalu diandalkan dalam penyergapan dan pertempuran jarak jauh. Prajurit bertempur menggunakan pedang saat berkuda.
- Jayasura. Ditempatkan di kekuasaan terluar keraton. Dengan berjalan kaki lengkap dengan pedangnya, mereka berpatroli di sisi terluar keraton.
- Doropati. Bertugas mempersiapkan kebutuhan logistik prajurit lainnya. Peran sangat vital karena bisa mempengaruhi kemenangan saat pertempuran berlangsung. Banyak strategi perang zaman dahulu yang menyerang kesatuan ini terlebih dahulu.
- Bergodo Baki. Bertugas di beberapa lokasi di sisi dalam keraton. Senjata andalan tombak dan klewang.
- Sorogeni. Berisi prajurit - prajurit pilihan dan bisa disebut prajurit pamungkas andalan keraton. Mereka bertubuh lebih tinggi dan kuat dibanding prajurit lainnya.
- Joyo Antoko. Disebut pasukan berani mati karena totalitas dalam melindungi keraton. Zaman dahulu, pasukan sangat disegani. Persenjataan saat itu paling modern yaitu senapan.
- Penyutro. Terdiri dari perempuan penari keraton yang ahli bela diri. Bersenjatakan cundrik di pinggang.
Kekuatan pasukan keraton pada masa Pakubuwana III dapat kita lihat di situs ini. Saat itu, pasukan keraton yang tercatat berupa:
- Carangan (berjumlah 125 orang dan sudah termasuk Majoor Tamboer suling. Dipimpin Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom)
- Doropati (berjumlah 120 orang termasuk Majoor. Pasukan ini merupakan pasukan pengawal Permaisuri)
Pada masa kekuasaan Pakubuwana IV, dari sumber yang sama dengan di atas, pasukan keraton berupa:
- Talangpati (berjumlah 125 orang termasuk Majoor)
- Prawireng (berjumlah 50 orang)
- Jayengastra (berjumlah 125 orang termasuk Majoor Tamboer suling)
- Miji Pinilih (merupakan pecahan Kaparak Kiwa Tengen)
Uniknya saat menghadapi Yogyakarta, pasukan keraton yang disiapkan adalah
- Kamangkuyudan
- Karumbinangan
- Sumadiningratan
- Martapuran
- Kaparak Kiwa Tengen
- Gedhong Kiwa Tengen
- Mancanagari
- Banyumasan
- Kadipaten
- Gadhingtawis
- Kriyasadaya
Pada waktu yang sama pula, terdapat pasukan Panyutro, Kartikan, Tamtama, Talangpati, Prawireng, Kawandasa Kiwa - Tengen dan Jayengastra serta Brajanala. Untuk pasukan yang terakhir, mereka menjaga pintu gerbang dengan nama yang sama. Total pasukan pada tahun 1790 sebesar kurang dari 7000 orang.
Pasukan keraton berakhir statusnya sebagai pasukan perang saat Inggris berkuasa. Raffles pasca penaklukan Kasultanan Yogyakarta, memerintahkan baik Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan untuk melucuti pasukan perangnya dan hanya mengijinkannya sebagai pasukan pengawal. Namun koran Belanda menyatakan bahwa pelucutan tersebut berjasa tidak menambah lebih parah korban saat Perang Jawa. Jumlah pasukan keraton pada masa kekuasaan Inggris sebanyak 1000 orang.
Pada tahun 1821 atau masa kekuasaan Pakubuwana V, terdapat pasukan wanita seperti yang disaksikan oleh Huibert Gerard Nahuys van Burgst. Dia menyebut bahwa ada lebih dari 40 orang wanita yang duduk dibawah tahta Sunan. Mereka selain membawa keris disabuk, di tangan mereka membawa karaben ataupun sabel. Sang saksi mata sangat terpesona kepada mereka.
Untuk pasukan wanita tersebut mereka ditugasi berjaga di Srimenganti. Administrasi mereka terpisah dengan bagian Prajuritan (pasukan keraton). Pasukan ini dipimpin oleh seorang pejabat wanita senior dengan gelar Nyai Tumenggung.
Pada tahun 1821 atau masa kekuasaan Pakubuwana V, terdapat pasukan wanita seperti yang disaksikan oleh Huibert Gerard Nahuys van Burgst. Dia menyebut bahwa ada lebih dari 40 orang wanita yang duduk dibawah tahta Sunan. Mereka selain membawa keris disabuk, di tangan mereka membawa karaben ataupun sabel. Sang saksi mata sangat terpesona kepada mereka.
Untuk pasukan wanita tersebut mereka ditugasi berjaga di Srimenganti. Administrasi mereka terpisah dengan bagian Prajuritan (pasukan keraton). Pasukan ini dipimpin oleh seorang pejabat wanita senior dengan gelar Nyai Tumenggung.
Saat Pakubuwana VI berkuasa, hierarki pasukan keraton yang tercatat berupa:
- Wirabraja
- Dhaeng
- Kawandasa
- Jagakariya
- Prawiratama
- Ketanggung
- Mantri Lebet
- Langenastra
- Nyutra
- Miji Pinilih Pranakan
- Dragonder
- Wadana Gedhong
- Suranata
Pada masa Perang Jawa / Perang Diponegoro, Belanda memberi izin kepada keraton untuk membentuk pasukan tambahan. Pasukan tersebut terbagi menjadi beberapa korps kecil masing - masing sebesar 100 orang. Total pasukan sebesar 10000 orang.
Selain itu pula, terdapat informasi mengenai pasukan Kasunanan yang tergabung dalam kolone Belanda. Sebuah divisi atau kompi terdiri dari 40 orang. Tiap pasukan dipimpin oleh seorang kaptin, 3 orang litnan dan 16 orang kader. Keenam kompi berbaris dua - dua yang dipimpin oleh mayor yang bersenjatakan Eropa dan berseragam hitam. Untuk pasukan kavaleri, memiliki kekuatan 90 orang prajurit, 19 kader, 1 orang mayor, 1 kaptin, dan 4 litnan. Mereka bersenjatakan pistol, pedang sabel, 50 karaben, dan 50 tombak. Untuk artileri, memiliki 4 meriam ringan dibawah komando kaptin beserta 38 orang bawahannya.
Pada masa kekuasaan Pakubuwana VII, terjadi perubahan nama pasukan. Pasukan saat itu bernama:
- Rajekwesi
- Doropati
- Kengisan
- Blambangan
- Kawandoso Abang
- Kawandoso Ireng
- Macanan
- Udan Udan
Ada pula pasukan Opocoro, Sorogeni, Tamtama, Carangan, dan Miji Pinilih.
Sekali lagi terjadi perubahan pasukan. Kali ini pada era kekuasaan Pakubuwono IX.
Kompi Infanteri:
- Jayatantaka
- Suratatana
- Jayatatana
- Jayasura
- Trunasura
- Jagabraja
- Jagasura
- Resakunjara
Skadron Kavaleri:
- Tamtama
- Miji Pinilih
- Wira Utama (Carangan)
- Jayengastra
- Prawira Anom
Selain pasukan tersebut, pada tahun 1866 ada pula pasukan prajurit:
- Kasentanan
- Rajegwesi
- Setabel
Pada tahun 1881 - 1889 tercatat pasukan:
- Trunakembang
- Surakarta
- Bugis
- Wirabraja
- Arahan
- Dhaeng
- Jagakarya
- Kawandasa
- Prawiratama
- Ketanggel
- Nyutra
- Mantri Lebet
Pada tahun 1880 tercatat sudah ada 32 kuda dimiliki oleh kavaleri keraton. Namun yang efektif berjumlah hanya 3 ekor saja plus 2 ekor sakit. Miris memang. Dari ke 32 kuda tersebut, 13 diantaranya ditembak mati karena sakit, 4 mati dari droes / strangles (penyakit pernapasan), 6 dirawat di klinik, 4 ditolak dan dijual, 2 sakit namun masih bisa bekerja, 3 sehat.
Untuk pasukan Trunakembang (Taruna Kembang), ada keunikan dalam perjalanan sejarah pasukan tersebut. Awalnya pasukan ini adalah pasukan militer seperti halnya pasukan keraton lainnya. Pasukan dibentuk untuk Pakubuwono X yang saat itu masih bergelar Pangeran Adipati Anom. Berjenis pasukan kavaleri, Trunakembang dipimpin oleh Pakubuwono X yang saat itu memimpin dengan pangkat Mayor Kavaleri. Pada bulan Juli 1915, Trunakembang direorganisasi sebagai gerakan padpinder (padvinder - pramuka) dengan nama Padvinder Truna Kembang (PTK). Reorganisasi pada masa itu bertujuan untuk memberikan pendidikan dasar kemiliteran. Para anggota diwajibkan bagi para putera Pangeran dan abdi dalem keraton. Pemimpinnya saat itu adalah Pangeran Suryobroto (orang yang sama yang menyusun Wawaton Barisan Prajurit Dharat, nantinya akan disinggung dibawah). Namun sayangnya Trunakembang dibekukan oleh Pemerintah Belanda karena dicurigai mengarah pada mobilitas kekuatan pemuda. Eksesnya Suryobroto dibuang ke Ambon dengan dalih mengurus makam Pakubuwono VI.
Namun nantinya Trunakembang kembali beroperasi. Pada tahun 1930, pasukan mengikuti upacara pemakaman komandan pasukan keraton yaitu Purbanegara. Saat itu mereka dipimpin oleh Pangeran Jatikusumo. Pada akhirnya tahun 1938 Trunakembang mempunyai organisasi lengkap dengan hupbestur (hoofdbestuur - ketua) serta hupkuwartir (hoofdkwartier - kepala kwartir) dan berpusat di kota Solo. Terdapat pula kwartir - kwartir yang direncanakan terdapat di kabupaten - kabupaten kekuasaan Kasunanan. Jumlah pramuka Trunakembang pada tahun 1938 sebanyak kurang lebih 2000 orang dan sudah termasuk padpinder dan padpinseter (padvindster - pramuka wanita). Salah satu anggota pramuka Trunakembang (atau yang saat itu disebut Pandu Truna Kembang) yang terkenal adalah Ignatius Slamet Riyadi.
Petinggi Pramuka Trunakembang
Saat Sunan Pakubuwono X naik tahta, sekali lagi terjadi perubahan struktur pasukan.
Koran de Preanger Bode edisi 5 Januari 1906, mencatat bahwa pasukan keraton saat itu dibagi menjadi 2 bagian, "Bagean Loewar" dan "Bagean Dalem". Bagian - bagian tersebut dibagi lagi dalam beberapa korps yang masing - masing mempunyai kekuatan yang serupa dengan peleton KNIL atau brigade Marechaussee. Masing - masing korps ini tidak mempunyai nomor batalion seperti halnya pasukan di Eropa melainkan nama resimen. Surat kabar tersebut menulis:
- 1e legerafdeeling: 5 corpsen: Tamtomo, Wirohietomo, Midripinilih, Djajengastro dan Prawironom.
- 2e legerafdeeling: 6 corpsen: Djogosoero, Djojotoko, Djojosoero, Djojotetono, Soerotetono, Troenosuro, dan Djogoprojo.
Seperti yang anda lihat ada kesalahan yaitu pada 2e legerafdeeling yang terdiri dari 7 korps bukannya 6.
Komandan pasukan yaitu R.M. Aryo Kusumowinoto berpangkat kolonel dan merupakan komandan tertinggi. Koran menyatakan bahwa Kusumowinoto berposisi sama dengan komandan tertinggi infanteri KNIL atau komandan IIde afdeeling Departemen van Oorlog. Tiap perwira bergelar Raden Mas Aryo atau dari keturunan ningrat tinggi.
Sebagai pembanding, komandan korps pasukan Kasultanan Yogyakarta hanya berpangkat kapten dengan sebutan "Regent Anom Wedono Pradjoerit" bergelar Tumenggung. Pasukan Yogya tersebut hanya mempunyai 5 korps, masing - masing mempunyai kekuatan yang sama dengan sebuah peleton KNIL dalam waktu damai. 5 korps tersebut antara lain Prawirotomo, Ketanggon, Jogokaryo, Nyutro, dan Ampatpuluh. Komandan pasukan Kasultanan yaitu Raden Tumenggung Sindurejo yang hanya berpangkat sebagai Mayor.
Sebagai pembanding, komandan korps pasukan Kasultanan Yogyakarta hanya berpangkat kapten dengan sebutan "Regent Anom Wedono Pradjoerit" bergelar Tumenggung. Pasukan Yogya tersebut hanya mempunyai 5 korps, masing - masing mempunyai kekuatan yang sama dengan sebuah peleton KNIL dalam waktu damai. 5 korps tersebut antara lain Prawirotomo, Ketanggon, Jogokaryo, Nyutro, dan Ampatpuluh. Komandan pasukan Kasultanan yaitu Raden Tumenggung Sindurejo yang hanya berpangkat sebagai Mayor.
Berikutnya kmenurut artikel Belanda pasukan masa Pakubuwana X hanya terbagi 5 kompi infanteri dan 5 skadron kavaleri. Untuk infanteri pasukan Suratatana, Jayatatana, dan Jayasura dibubarkan. Selain itu pula, 2 skadron kavaleri diberi nama baru yaitu Tawitama dan Wiratama. Selain itu pula, saat upacara kenaikan tahta, terdapat pasukan Prajurit Istri. Dari sumber yang sama pula, tiap kompi pasukan dilengkapi dengan pasukan musiknya masing - masing. Pasukan tersebut mempunyai seragam dan perlengkapannya sendiri yang asalnya sejak jaman VOC. Uniknya pada tahun 1916, pasukan Suratatana dan Jayatatana masih ada. Berikut hierarki serta jumlah pasukan keraton pada saat itu.
Golongan Jawi
Kompi Jayatantaka
- Mayor:1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Polenter: 2 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 5 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 9 orang
- Derbis Manskappen: 85 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Wahtambah Anderbis: tidak diketahui
Kompi Jayasura
- Mayor: 1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Polenter: 3 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 5 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 9 orang
- Derbis Manskappen: 85 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Wahtambah Anderbis: tidak diketahui
Kompi Jayatatana
- Mayor: 1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 4 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 8 orang
- Manskappen: 85 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Korpral Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Irste Litnan Pansiyun: 1 orang
Kompi Suratatana
- Mayor: 1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 4 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 8 orang
- Manskappen: 77 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Korpral Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Wahtambah Anderbis: tidak diketahui
Kompi Trunasura
- Mayor: 1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Polenter: 3 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 5 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 9 orang
- Derbis Manskappen: 85 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Wahtambah Anderbis: tidak diketahui
Kompi Jagabraja
- Mayor: 1 orang
- Kaptin: 1 orang
- Irste Litnan: 1 orang
- Twedhe Litnan 1: 1 orang
- Twedhe Litnan 2: 1 orang
- Polenter: 3 orang
- Ajidan Onderopisir: 1 orang
- Sersan Mayor: 1 orang
- Sersan Pletun: 5 orang
- Sersan Porir: 1 orang
- Korpral: 9 orang
- Derbis Manskappen: 85 orang
- Meter Panambur: 1 orang
- Manskappen Panambur: 2 orang
- Manskappen Sinyal: 3 orang
- Carik: 1 orang
- Wahtambah Anderbis: tidak diketahui
Musik Inpanteri
Pasukan musik keraton
- Irste Litnan
- Ajidan Onderopisir
- Sersan Mayor
- Sersan
- Korpral
- Manskappen
- Derbis
- Wahpurir
Didalam pasukan tersebut masing - masing prajurit memegang pangkat khusus sesuai dengan alat musik yang mereka pegang. Pangkat khusus tersebut adalah:
- Irste Nor Horen: 1 orang
- Twedhe Beghel: 1 orang
- Irste Klarinet: 1 orang
- Twedhe Tibasibo: 1 orang
- Twedhe Bariton: 1 orang
- Irste Kurnet Piston: 1 orang
- Twedhe Tenor Horen: 1 orang
- Irste Bariton: 1 orang
- Saksuren Inbo: 1 orang
- Dherdhe Beghel: 1 orang
- Irste Altoren: 1 orang
- Bas Olikon Es: 1 orang
- Dherdhe Altoren: 1 orang
- Twedhe Trombon Piston: 1 orang
- Kline Trom: 1 orang
- Grute Trom: 1 orang
- Bebahu Bekta Bedhug: 1 orang
- Irste Kurnet Piston Klarinet: 1 orang
- Irste Kurnet Piston Bilikon: 1 orang
- Dherdhe Trombon Piston: 1 orang
- Twedhe Altoren: 1 orang
Golongan Lebet
Skuadron (kompi kavaleri) Tamtama- Mayor
- Ritmister
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan 2
- Ajidan Onderopisir
- Operwahmister
- Wahmister
- Porir
- Bragedhir Saralatu
- Bragedhir Waos
- Derbis Saralatu
- Derbis Waos
- Operwahmister Panambur
- Derbis Panambur
- Manskappen Panambur
- Manskappen Panyuling
- Manskappen Panyompret
- Carik
Skuadron Miji Pinilih.
Pasukan tidak selengkap lainnya. Tidak ada Bragedhir Saralatu dan Bragedhir Waos, melainkan hanya Bragedhir saja
- Mayor
- Ritmister
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan II
- Ajidan Onderoppisir
- Operwahmister
- Wahmister
- Porir
- Bragedhir
- Derbis
- Manskappen
- Manskappen Panambur
- Manskappen Panyuling
- Manskappen Panyompret
Skuadron Wirahutama
- Mayor
- Ritmister
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan 2
- Polenter
- Ajidan Onderopisir
- Operwahmister
- Wahmister
- Porir
- Bragedhir Saralatu
- Bragedhir Waos
- Derbis Saralatu
- Derbis Waos
- Manskappen Saralatu
- Manskappen Waos
- Bragedhir Panyuling
- Manskappen Panyuling
- Manskappen Panambur
- Manskappen Panyompret
- Carik
Skuadron Jayengastra
- Mayor
- Ritmister
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan 2
- Ajidan Onderopisir
- Operwahmister
- Wahmister
- Porir
- Bragedhir
- Derbis
- Manskappen
- Manskappen Panambur
- Manskappen Panyuling
- Carik
Skuadron Prawiro Anom
- Mayor
- Ritmister
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan 2
- Polenter
- Ajidan Onderopisir
- Operwahmister
- Wahmister
- Porir
- Bragedhir
- Derbis
- Manskappen
- Manskappen Panambur
- Manskappen Panyuling
- Carik
Kompi Jagasura
- Mayor
- Kaptin
- Irste Litnan
- Twedhe Litnan 1
- Twedhe Litnan 2
- Ajidan Onderopisir
- Sersan Mayor
- Sersan Pletun Sepuh Sabinan
- Sersan Pletun Nom Blanjan
- Porir Blanjan
- Korpral Sabinan
- Korpral Blanjan
- Derbis Sabinan
- Derbis Blanjan
- Manskappen Sabinan
- Manskappen Blanjan Lami
- Manskappen Blanjan Inggal
- Korpral Panambur
- Manskappen Panambur
- Manskappen Sinyal
- Carik
Intendhan (Intendan)
Pangkat tidak berurutan
- Litnan Kolonel Twidhe Komandhan
- Mayor Onder Intendhan
- Opisir pan Gesonhit Klas 1
- Kaptin Onder Intendhan
- Kaptin Ajudan
- Twedhe Litnan Kwartirmister
- Carik Pakolonelan Pangkat Ajudan Onderopisir
- Carik Pakolonelan Pangkat Sersan Mayor
- Carik Pakolonelan Pangkat Porir
- Cariking Golongan Intendhan Pangkat Porir
Diwartakan pada tahun 1918, terdapat berbagai macam isu yang menerpa Pakubuwana X. Salah satunya adalah keinginannya untuk meningkatkan jumlah pasukan secara signifikan dimana prestise dia tidak akan bisa ditandingi.
Menurut almanak terbitan lokal yaitu "Serat Pananggalan" tahun 1918, pasukan tetap dibagi 2 golongan yaitu Lebet dan Jawi. Golongan Lebet berupa 3 pasukan yaitu kavaleri, infanteri, dan artileri. Setiap pasukan tetap dipimpin oleh seorang Majoor. Untuk perpangkatan sendiri, bagi para perwira memakai standar KNIL, untuk para prajurit kemungkinan memakai standar yang sama. Untuk lebih jelasnya silahkan anda mengecek bagian page ini untuk mengetahui hierarki perpangkatan KNIL. Pasukan - pasukan keraton pada saat itu adalah:
Kavaleri
Skuadron Tamtama mempunyai 5 perwira plus 2 adjudant onderofficier yang dipimpin oleh Raden Mas Aryo Pringgawinata
Skuadron Miji Pinilih, 5 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Danuwinata
Skuadron Wira Utama, 5 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Kusumawinata
Infanteri
Kompi Jayeng Astra, 6 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Mangkuwinata
Kompi Prawira Anom, 6 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Endrawinata
Artileri
Kompi Jaga Sura, 5 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Sinduwinata
Sedangkan golongan Jawi hanya berupa infanteri yaitu
Kompi Jayatantaka, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Yudawinata
Kompi Jayasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Wiryawinata
Kompi Jayatatana, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Harjowinata
Kompi Suratatana, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Pujawinata
Kompi Trunasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Sasrawinata
Kompi Jagabraja, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Cakrawinata
Pasukan juga mempunyai barisan Intendan yang juga dipimpin oleh Majoor Raden Mas Aryo Suryawinata dan terdiri dari 5 orang perwira. Selain itu pula juga terdapat golongan Staf yang juga dipimpin oleh seorang Majoor bernama Raden Panji Puspawinata dan terdiri dari 6 orang perwira. Ada juga yang unik, yaitu adanya hierarki "Pakolonelan". Pasukan tersebut dipegang oleh 8 orang yaitu
Panewu Garap Mas Ngabehi Ardi Pranata
Mantri Garap Mas Rangga Karsa Pradata
Mantri Lurah Carik Mas Rangga Sastra Prawira
Mantri Tapel (jabatan kosong)
Carik Srimanganti Mas Rangga Harya Sastra
Carik Srimanganti Mas Rangga Sastra Harya
Onderwahmister Carik Pakolonelan Mas Bekel Sastradinata
Sarsan Mayor Carik Pakolonelan Mas Bekel Sastradipraja
Porir Carik Pakolonelan Mas Sastra Martana
Ada kemungkinan hierarki Pakolonelan disini semacam pembantu untuk komandan keraton yang berpangkat kolonel. Uniknya pula, terdapat pangkat Eropa yang dijawakan seperti Onderwahmister dari Onderwachtmeester, Sarsan Mayor dari Sergeant Majoor, dan Porir dari Fourier.
Tercatat pula 2 perwira pensiunan pada saat itu yaitu Kapitein Raden Mas Panji Wangsengkusuma dan Tweede Luitenant Raden Panji Danu Atmaja.
Kesemua pasukan tersebut saat itu dipimpin oleh Kolonel Kanjeng Pangeran Aryo Purbonegoro / Purbanegara dan diwakili oleh Luitenant Kolonel Raden Mas Aryo Priyawinata
Surat Pakolonelan
Stempel Komandan Pasukan Keraton
Stempel Komandan Kompi Suratetana
Hierarki pasukan keraton menurut "Almanak tahun : 1930" keluaran Perkumpulan Narpowandowo berupa:
Kolonel Kommandant Kangjeng Pangeran Kolonel Aryo Purbanegara
Luitenant Kolonel Tweede Kommandant Raden Mas Aryo Priyawinata
Majoor Dokter Raden Panji Prawirawinata
Pasukan berupa:
Kavaleri:
Kavaleri:
- Tamtama pimpinan Raden Mas Aryo Padmawinata
- Miji Pinilih pimpinan Raden Mas Aryo Danuwinata
- Wirahutama pimpinan Raden Mas Aryo Siswawinata
- Jayeng Astra pimpinan Raden Mas Aryo Harjawinata
- Prawira Anom pimpinan Raden Mas Aryo Hendrawinata
Infanteri:
- Jayatantaka pimpinan Raden Mas Aryo Purwawinata
- Jayasura pimpinan Raden Mas Aryo Piryawinata
- Trunasura pimpinan Raden Mas Aryo Jayengwinata
- Jagabraja pimpinan Raden Mas Aryo Hadiwinata
Artileri:
- Jagasura pimpinan Raden Mas Aryo Sinduwinata
Pasukan dibantu oleh hierarki Intendan yang dipimpin oleh Raden Mas Aryo Bratawinata.
Seluruh pasukan diatas mempunyai perwira sebanyak 5 orang yang dipimpin masing-masing oleh seorang Majoor.
Selain itu pula terdapat pasukan Musik yang disebut "Kasepuhan". Pasukan ini dipimpin oleh Eerste Luitenant Kapelmeester Mas Panji Jatiswara.
Almanak tahun 1932 yang berisi informasi pasukan keraton
Seperti yang dijabarkan sekali lagi oleh almanak "Serat Pananggalan", pasukan Golongan Lebet hanya dipegang oleh pasukan kavaleri. Sedangkan Golongan Jawi dipegang pasukan Infanteri - Artileri. Seperti 2 tahun sebelumnya, tiap pasukan dipimpin oleh seorang Majoor. Pasukan - pasukan keraton saat itu antara lain:
Golongan Lebet
Skuadron Tamtama, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Padmawinata
Skuadron Miji Pinilih, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Harjawinata
Skuadron Jayeng Astra, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Purwawinata
Skuadron Wirahutama, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Siswawinata
Skuadron Prawira Anom, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Hendrawinata
Golongan Jawi
Kompi Jagabraja, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Hadiwinata
Kompi Jayatantaka, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Cakrawinata
Kompi Trunasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Jayengwinata
Kompi Jayasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Wiryawinata
Artileri
Kompi Jagasura, 5 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Sinduwinata
Untuk Kompi Jagabraja dibantu oleh seorang polenter (sukarelawan) yang bernama Raden Mas Darmanta.
Pasukan dibantu oleh: seorang Tweede Luitenant Kwartiermeester, seorang Eerste Luitenant Adjudant Kommandant, seorang Tweede Luitenant Adjudant Kommandant, 2 orang Onder Litnan Garap Prajurit (pangkat Jawa, tidak saya ubah ke bahasa Belanda), dan 5 orang Ajudan Onder Oppisir Garap Prajurit (pangkat Jawa, tidak saya ubah ke bahasa Belanda). Kesemuanya dipimpin oleh Majoor Intendant Raden Mas Aryo Bratawinata.
Pasukan musik juga masih bertugas. Dipimpin oleh Eerste Luitenant Kapelmeester Mas Panji Jatiswara, dia dibantu oleh Onder Luitenant Muziek Kasepuhan Mas Kudatengara dan Adjudant Onderofficier Staf Muziek Mas Jaya Bujangga.
Kesemua pasukan dipimpin oleh Kolonel Bandara Kangjeng Pangeran Aryo Purbanegara. Namun pada tahun tersebut dia tidak dibantu oleh Luitenant Kolonel.
Golongan Lebet
Skuadron Tamtama, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Padmawinata
Skuadron Miji Pinilih, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Harjawinata
Skuadron Jayeng Astra, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Purwawinata
Skuadron Wirahutama, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Siswawinata
Skuadron Prawira Anom, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Hendrawinata
Golongan Jawi
Kompi Jagabraja, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Hadiwinata
Kompi Jayatantaka, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Cakrawinata
Kompi Trunasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Jayengwinata
Kompi Jayasura, 5 perwira + 1 AO - Raden Mas Aryo Wiryawinata
Artileri
Kompi Jagasura, 5 perwira + 2 AO - Raden Mas Aryo Sinduwinata
Kanjeng Pangeran Aryo Purbanegara
Luitenant Kolonel der Kavallerie KNIL - Komandan Abdi Dalem Prajurit Jawi Lebet
![]() |
Perhatikan motif pelana yang memakai pola kulit macan tutul seperti yang digunakan oleh pasukan Chasseurs a Cheval (Chasseur Berkuda) Napoleon I |
![]() |
Lukisan perwira Chasseur a Cheval karya Lucien Rousselot. Sumber: Pinterest |
Pasukan dibantu oleh: seorang Tweede Luitenant Kwartiermeester, seorang Eerste Luitenant Adjudant Kommandant, seorang Tweede Luitenant Adjudant Kommandant, 2 orang Onder Litnan Garap Prajurit (pangkat Jawa, tidak saya ubah ke bahasa Belanda), dan 5 orang Ajudan Onder Oppisir Garap Prajurit (pangkat Jawa, tidak saya ubah ke bahasa Belanda). Kesemuanya dipimpin oleh Majoor Intendant Raden Mas Aryo Bratawinata.
Pasukan musik juga masih bertugas. Dipimpin oleh Eerste Luitenant Kapelmeester Mas Panji Jatiswara, dia dibantu oleh Onder Luitenant Muziek Kasepuhan Mas Kudatengara dan Adjudant Onderofficier Staf Muziek Mas Jaya Bujangga.
Kesemua pasukan dipimpin oleh Kolonel Bandara Kangjeng Pangeran Aryo Purbanegara. Namun pada tahun tersebut dia tidak dibantu oleh Luitenant Kolonel.
Contoh buku register pasukan keraton
Seorang wartawan pada tahun 1932 melihat pasukan keraton dan memberi latar belakang singkatnya:
- "Tamtomo" yang berarti "berjasa baik". Dibentuk pada masa Demak sebanyak 125 orang
- "Kawandhoso tjemong hannir westhi" berarti "empat puluh orang yang menghilangkan kecemasan". dibentuk sejak Pakubuwana III sebanyak 3 grup yang terdiri dari 40 orang
- "Dhoro Pati" artinya "abadi" dibentuk pada Pakubuwana III sebanyak 120 orang
- "Talang Pati" artinya "penjaga kematian" dibentuk masa Pakubuwana IV sebanyak 125 orang
- "Djogo Poero" artinya "penjaga istana" dibentuk pada Pakubuwana VI sebanyak 125 orang
- "Prawireng" artinya "memakai kekuatan supranatural" sebanyak 50 orang yang dibubarkan pada masa kekuasaan Inggris.
- "Hanjoetroe" artinya "berpakaian dengan sendirinya", 24 orang bersenjatakan busur dan panah, pengawal Sunan.
Orang yang sama juga menyatakan bahwa kondisi pasukan keraton saat itu hanyalah sisa - sisa kejayaan.
Grup adalah bagian terkecil pasukan yang terdiri dari 11 - 13 orang yang terkadang dipimpin oleh Sersan atau Kopral. Para pemimpin grup uniknya, para keturunan ningrat. Entah itu Raden atau Raden Mas.
Brigade terdiri hanya 2 Grup.
Seksi terdiri dari 2 Brigade atau 4 Grup.
Namun tidak semua kompi atau skuadron mempunyai jumlah pasukan genap sesuai dengan penyesuaian golongan tersebut.
Nantinya penamaan golongan tersebut diganti dengan Seksi, Peleton, dan Gatra.
Saat pasukan keraton dipegang oleh Pangeran Purbanegara, dibentuk juru medis yang dipimpin oleh perwira dengan pangkat Officier van Gezondheid Tweede Klasse. Selain itu pula, disediakan poliklinik dan perpleger (verpleger - perawat) untuk keperluan medis tersebut. Poliklinik tersebut berada di Kantor Wirakartisastra. Tiap hari atau tiap dilaksanakan baris berbaris, dokter dan perawat tersebut mengawal barisan tersebut dengan sepeda motor yang dilengkapi dengan obat - obatan.
Sekedar tambahan saja, juru medis tidak hanya pada pasukan keraton. Melainkan juga di dalam intern keraton. Yaitu dengan adanya Abdi Dalem Perplester (Verplester - Perawat wanita). Saat itu pada tahun 1936, perawat bernama Rusiyem menyampaikan laporan terbaru keadaan kesehatan para ningrat yang sakit pada Abdi Dalem Reksawanita.
Ada pula bagian "Golongan Wisudha", dimana mereka mengurusi kenaikan pangkat prajurit.
Pada tahun 1933 tercatat pasukan keraton mempunyai pasukan yang namanya serupa dengan pasukan yang sudah eksis, seperti "Mijipinilih Siti" dan "Jagasura Siti". Belum diketahui mengapa namanya berbeda. Apakah ada hubungannya dengan Sitihinggil? Selain itu pula di tahun yang sama, selain pasukan musik "Kasepuhan" keraton juga memiliki pasukan musik "Kadipaten" dan "Setrik Orkes". Ketiganya jika digabungkan berjumlah kurang lebih 100 orang. Untuk perbekalan selain Intendan, terdapat pula "Abdi Dalem Magesin Mister".
Ada pula bagian "Golongan Wisudha", dimana mereka mengurusi kenaikan pangkat prajurit.
Pada tahun 1933 tercatat pasukan keraton mempunyai pasukan yang namanya serupa dengan pasukan yang sudah eksis, seperti "Mijipinilih Siti" dan "Jagasura Siti". Belum diketahui mengapa namanya berbeda. Apakah ada hubungannya dengan Sitihinggil? Selain itu pula di tahun yang sama, selain pasukan musik "Kasepuhan" keraton juga memiliki pasukan musik "Kadipaten" dan "Setrik Orkes". Ketiganya jika digabungkan berjumlah kurang lebih 100 orang. Untuk perbekalan selain Intendan, terdapat pula "Abdi Dalem Magesin Mister".
Di tahun yang sama juga eksis pasukan kompi Baki. Pasukan ini disebut merupakan bekas pemotong rumput.
Wartawan Algemeen Handeslblad yang melihat bahwa ada rumor yang beredar di tengah masyarakat bahwa pembiayaan pasukan keraton membutuhkan dana yang besar mengecek kebenarannya. Namun nyatanya pembiayaan pasukan tergolong kecil. Hanya f. 150.000 per-tahun untuk mengurus 1200 hingga 1300 orang.
Pada tahun 1936, pasukan keraton tercatat sebanyak 1600 orang yang termasuk personel non perang. Di tahun tersebut tercatat terdapat pasukan compagnie recruten.
Wartawan Algemeen Handeslblad yang melihat bahwa ada rumor yang beredar di tengah masyarakat bahwa pembiayaan pasukan keraton membutuhkan dana yang besar mengecek kebenarannya. Namun nyatanya pembiayaan pasukan tergolong kecil. Hanya f. 150.000 per-tahun untuk mengurus 1200 hingga 1300 orang.
Pada tahun 1936, pasukan keraton tercatat sebanyak 1600 orang yang termasuk personel non perang. Di tahun tersebut tercatat terdapat pasukan compagnie recruten.
Saat Pakubuwana XI naik tahta, Belanda memunculkan wacana untuk mengurangi pasukan keraton dari 1300 orang (1000 orang personel tempur) menjadi hanya 600 orang. Muncul protes dari beberapa pihak saat wacana tersebut mendarat di Volksraad. Beberapa protes berasal dari tokoh terkenal seperti Mas Sutarjo Kertohadikusumo dan Muhammad Husni Thamrin. Mereka mempertanyakan mengapa saat kondisi yang genting di dunia saat itu dimana pertahanan Hindia Belanda yang harus ditingkatkan malah pasukan keraton harus dikurangi.
Namun pemerintah tidak bergeming dan wacana pengurangan pasukan berubah menjadi kebijakan. Pemerintah beralasan bahwa pasukan keraton hanyalah murni sebagai pasukan kehormatan dan bukan sebagai pasukan perang. Dimana pemerintah sengaja memilih hal tersebut. Mereka juga menambahkan bahwa pemerintah memang tidak berniat untuk memperkuat pemerintahan keraton saat perang. Selain itu pula jika pasukan keraton ditingkatkan statusnya sebagai legiun seperti halnya Mangkunegara akan menyebabkan pengeluaran keuangan yang besar. Fasilitas militer yang diperlukan sebagai pasukan perang juga belum termasuk dalam keuangan pula. Status pasukan perang juga mengubah keuangan dimana pasukan keraton tidak akan ditanggung oleh keraton lagi melainkan oleh pemerintah seperti halnya legiun. Alhasil pengurangan pasukan memang karena alasan penghematan.
Uniknya alasan belanda disini serupa saat legiun pakualam dibubarkan pada tahun 1892. Ironisnya disini, keputusan pengurangan pasukan keraton dibarengi dengan dibentuknya kembali Legiun Pakualam. Menurut kabar yang beredar, perlawanan kebijakan untuk keraton disini disesalkan oleh Belanda yang menganggap mereka bias.
Penghematan pasukan disini yang dibarengi dengan penyusutan dana juga mengakibatkan Pakubuwana XI harus kehilangan sebagian dari uang yang biasa diterima oleh ayahnya. Selain itu juga pemasukan keraton juga tidaklah besar. Kebijakan kontroversial disini juga akan mengakibatkan efek langsung kepada 3000 hingga 4000 keluarga yang ada hubungan dengan keraton.
Saat kabar pengurangan pasukan tiba, didalam kalangan penduduk keraton seperti ada suatu kepanikan. Ini karena seorang penduduk Jawa tidak akan bisa menghidupi dirinya jika tiba - tiba harus kehilangan mata pencahariaannya yang sudah lama dia tekuni. Namun ada bantahan tentang hal tersebut karena pemotongan dana dapat dilakukan tanpa adanya protes dari keraton. Pemerintah juga menyiapkan periode transisi yaitu setahun dalam hal pengurangan pasukan.
Seorang wartawan menuturkan bahwa kebijakan pemerintah disini termasuk menyia - nyiakan kualitas baik pasukan. Meski pasukan terhitung tua namun kehadiran mereka dapat dimanfaatkan oleh KNIL. Jurnalis yang sama juga menyatakan bahwa pembiayaan pasukan keraton terhitung kecil dibanding Legiun Mangkunegara, Barisan Madura, Korps Prayoda bahkan dengan pasukan Kasultanan Yogyakarta yang juga berjumlah 1000 orang. Sang wartawan ini juga tidak habis pikir dengan pengurangan pasukan dan penghematan tersebut. Dia menyesalkan keputusan kontroversial pemerintah itu. Pada tahun 1940, jumlah pasukan diperkirakan kurang dari 600 orang.
Masih belum diketahui akibat dari pengurangan pasukan. Namun uniknya Pakubuwana XI tidak mengerahkan pasukannya saat acara hari Ratu tahun 1941 pasca jatuhnya Belanda ketangan Jerman pada tahun 1940. Saat itu acara dihadiri oleh pasukan garnisun Surakarta, Landstorm, dan Legiun Mangkunegara. Apakah ini pertanda pasukan keraton murni sebagai pasukan kehormatan dan tidak akan ikut perang meski Pakubuwana XI mengikuti acara tersebut, masih menjadi tanda tanya.
Saat revolusi kemerdekaan, keraton uniknya sempat membuat laskar. Laskar tersebut bernama "Laskar Marpawandawa". Belum diketahui kekuatan pasukan ini.
Pasukan keraton sebagai angkatan perang, uniknya masih eksis hingga dekade 1950-an. Namun pasukan dibubarkan oleh pemerintah pada akhir bulan Desember 1954. Keputusan pembubaran pada bulan tersebut sebenarnya mundur dari jadwal karena permintaan keraton. Pembubaran pasukan adalah salah satu bentuk penghematan keraton. Penghematan keraton sendiri disimbolkan dengan pembentukan "Panitya Reorganisasi dan Efficiency". Ekses dari pembubaran adalah penyerahan perlengkapan militer kepada pemerintah. Barang - barang tersebut selanjutnya disimpan di kantor Gubernuran dan ironisnya akan hilang pada bulan Februari 1955. Alhasil untuk menjaga kemungkinan terburuk, lemari persenjataan dan magazijn (gudang peluru) pasukan disegel pada bulan Juli 1955 sebelum diserahkan kepada polisi.
Lampiran Tembusan
Poetoesan Rembag Parepatan Badan Karaton Soerakarta Ingkang Kaping XXIII,
Ing Dinten Kemis Kaping 25 November 1954
Para bekas anggota pasukan keraton berikutnya akan diberi pekerjaan di instansi pemerintahan. Ada pula yang dimasukkan di sekolah polisi di Banyumas. Namun ada beberapa yang meminta berhenti alhasil mereka diberi pemberhentian dengan hormat. Pasukan muziek korps keraton juga diterima di kepolisian Jawa Tengah dan peralatan musiknya akan disediakan pula. Sayangnya untuk yang di instansi pemerintah, belum ada titik terang hingga Februari 1955 tentang mereka. Alhasil keraton meminta pemerintah mencarikan pekerjaan untuk mereka.
Pasca pembubaran, pasukan Keraton Kasunanan hingga masa kini adalah
- Carangan
- Wirengan
- Tamtama
- Toh Pati
- Sara Geni
- Prawira Anom
- Jayeng Astra
- Darapati
- Penyutra
- Miji Pinilih
- Wirapati
- Jayataka dan lain-lainnya.
Untuk komandan pasukan keraton, sayangnya saya belum menemukan daftar lengkapnya. Namun ada beberapa nama yang saya dapatkan hingga saat ini. Para komandan tersebut adalah:
- Cakrakusuma (Mulai menjabat tahun 1808)
- Litnan Kolonel Cakrawinata (Komandan pada tahun 1867)
- Kolonel Kusumowinoto / Kusumawinata (Komandan tercatat pada tahun 1906)
- Kolonel Purbanegara
- Jatikusumo / Jatikusuma (Komandan sementara pasca meninggalnya Purbanegara pada tahun 1930)
- Litnan Kolonel Purbanegara (Komandan mulai tahun 1931)
- Letnan Kolonel Probokusuma (Komandan pada masa awal kekuasaan Pakubuwana XII)
- Wirantodiningrat (Komandan pada tahun 1953 - 2011)
- Mulyadi Yuda Nagara
<--- Perpangkatan Albert Rijborz --->
saya ucapkan terima kasih yag tak terhingga kepada saudaraku yang telah megumpulka data dan sejarah yag sagat berharga bagi generasi penerus. dan saya usul adakah dokumen mengenai pakaia seragam atau kostum prajurit......?
BalasHapusmungkin kalau ada, sebagai referensi prajurit yang sekarang ada di karaton Surakarta Hadiningrat.
sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
Salam,
HapusTerima kasih sebelumnya. :)
Untuk seragam pasukan keraton Surakarta Hadiningrat sudah pernah saya buat. Silahkan anda klik link ini https://museummiliterku.blogspot.com/2019/06/pasukan-keraton-kasunanan-surakarta_60.html .
Halo, untuk foto pramuka Trunakembang di atas itu kira-kira tahun berapa ya? Saya lihat ada beberapa orang/nama yang juga muncul di artikel yang satunya https://museummiliterku.blogspot.com/2019/06/pasukan-keraton-kasunanan-surakarta_60.html. Yaitu di foto ini, https://1.bp.blogspot.com/-69WqTAejSjc/WJ1gSHD54OI/AAAAAAAAKBg/moCWnMHobHEVCtKwngYKuLCP90HTNZHGQCEw/s1600/perwira%2Bpasukan%2Bkeraton%2Bsolo.jpg. Namun sepertinya di tahun yang berbeda. Apakah bisa diinfokan kira-kira pada tahun berapa kedua foto tersebut masing-masing diambil? Terima kasih.
BalasHapusMaaf baru dapat membalas sekarang.
HapusKedua foto berasal dari majalah era awal Pakubuwana XI atau tahun 1939.
Mohon maaf mas apakah ada yg namanya sajak .ceplok .sentun dari kraton solo .mohon maaf
BalasHapusDari Kediri
BalasHapusMohon maaf baru bisa membalas sekarang. Sayangnya saya belum pernah menemui sajak tersebut.
Hapus