Oude Indonesie

Oude Indonesie
Nederland oost-indiƫ hier komen we!

Zoeklicht

Zoeklicht
We zullen de kolonie te verdedigen!

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?
Which side are you? Voor het koninklijke or demi Republik?

Senin, 24 Juli 2017

Bapak Ayahku

Untuk memperingati 1 tahun meninggalnya ayah saya, saya akan menjabarkan tentang bapak kesayangannya alias kakek saya.
Kakek saya bernama Darjono Hardjowidagdo (Daryono Harjowidagdo), lahir di Kaligayam Tegal pada tanggal 11 September 1925. Dia adalah anak sulung dari pasangan Harjowikaryo dan Casmi. Ayahnya seorang pegawai yang bekerja di Jawatan Sosial Karesidenan Pekalongan yang saat itu berpusat di Tegal. Karena statusnya itu Daryono beruntung mendapatkan kesempatan pendidikan yang tidak bisa dinikmati orang inlander pada umumnya.
Saat sudah masuk umur sekolah, dia disekolahkan di Openbare Schakel School (Sekolah Kejuruan) Slawi pada tanggal 1 Agustus 1936. Uniknya yang menyekolahkan dia adalah pamannya yang bernama Takyat. Takyat saat itu bekerja di SCS Kraton Kidoel* Pekalongan sebagai kondektur. Menurut almarhum bapak saya, Daryono disekolahkan oleh Takyat karena pamannya lebih mampu secara ekonomi daripada ayahnya. Uniknya di sekolah tersebut, terdapat perbedaan pada tanggal lahir Daryono. Ini terlihat dari rapotnya, disitu tertera dia lahir pada tanggal 19 September 1925.
Rapot Daryono

Selama di sekolah, Daryono termasuk siswa yang prestasinya lumayan baik. Meskipun awalnya susah beradaptasi dimana sang guru menilai ketekunan dan sikapnya,  kurang. Namun di tahun-tahun berikutnya, dia sudah dapat menyesuaikan diri. Namun tidak selamanya Daryono menghabiskan masa sekolahnya disitu. Pada tanggal 8 Juli 1940 atau tahun ajaran 1940/41, dia pindah ke GHIS I [Gouvernement Hollandse-Inlandse School I (Sekolah Negeri Belanda - Inlander I)] Tegal. Sekolah yang baru ini adalah sekolah daerah yang menggunakan bahasa pengantar Belanda. Dibandingkan dengan sekolah lamanya, sekolah GHIS ini mempunyai beberapa persamaan, salah satunya adalah tahun ajaran yang dibagi menjadi 4 kwartal. 
Kepindahan Daryono ini juga merupakan tahun terakhir sekolahnya, tetapi ini tidak menyebabkan prestasinya menurun. Sebaliknya prestasi sekolah dia meningkat pesat yang ditandai dengan nilai 8 pada pelajaran rekenen (berhitung), aardrijkskunde (geografi), landstaal (bahasa daerah); dan nilai 9 pada geschiedenis (sejarah). Akhirnya Daryono pada umur 16 tahun mendapatkan ijazah kelulusan dari sekolahnya bertepatan dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat alias 4 Juli.
Ijazah Daryono
Jika anda perhatikan pada sampul dalam rapot, kita bisa menemukan beberapa huruf kanji katakana.
Kemungkinan tulisan tersebut saat Daryono belajar bahasa Jepang

Namun kegembiraan Daryono pasca sekolah tidaklah lama, dia lulus pada masa tidak biasa bagi Hindia Belanda. Masa tersebut ditandai dengan masa darurat perang. Tanah Belanda di Eropa sudah diduduki oleh Jerman Nazi setahun sebelumnya dan Jepang mulai beradu otot dengan Amerika perihal invasi ke Cina. Di mana - mana, Pemerintah Hindia Belanda mulai memperkuat pertahanan dalam negerinya. Intinya adalah Hindia Belanda harus mandiri dan siap perang setiap saat. Dalam masa genting tersebut tidak menyebabkan Daryono kecil hati. Seperti pemuda pada umumnya dia langsung mencari pekerjaan untuk menghidupi diri. Alhasil dia melamar pekerjaan menjadi volontair atau magang sebagai carik di desa Banjarturi, kecamatan Warurejo.
Daryono diterima secara lisan dalam pekerjaan barunya ini, selain itu pula dia tidak hidup sendirian. Saat itu dia tinggal serumah dengan rekannya yaitu M. Koesnadi dan M. Mardjana. Daryono bekerja di desa Banjarturi dari tanggal 24 Juli 1940 hingga 21 Februari 1942. Berhentinya Daryono dari pekerjaannya tidak terlepas dari kedatangan pasukan Nippon yang menginvasi pulau Jawa. Perang Dunia akhirnya sampai di kota Tegal ...
Surat Kesaksian Koesnadi-Mardjana Perihal Daryono

Saat bendera matahari terbit berkibar menggantikan triwarna Belanda di Tegal, awalnya Daryono menganggur. Ini mungkin dikarenakan sulitnya untuk mencari pekerjaan dan suasana perang yang terjadi di Tegal. Syarat untuk bisa selamat dari masa Jepang adalah salah satunya bisa berbahasa Jepang, dan itulah yang dilakukan Daryono berikutnya. Selain itu pula, dia berhasil mendapatkan pekerjaan baru. Kali ini Daryono bekerja di Tyubu Java
Surat keterangan kesehatan Daryono
dari Rumah Sakit Kardinah.
Surat ini untuk melamar kerja.
Denki Jigyo Kosha Tegal pada tanggal 23 Oktober 1942. Perusahaan tersebut dulunya pada jaman Belanda lebih dikenal sebagai ANIEM^ atau sekarang sebagai PLN.
Di perusahaan listrik ini, Daryono bekerja sebagai Jimujoshu (asisten juru tulis) bagian Chokin di kamar 3. Pekerjaan tersebut masuk dalam klasifikasi Toekang. Pada masa itu, dia mendapatkan gaji pertamanya yaitu sebesar f 0,40 sehari. Sayang pekerjaan ini hanya bertahan selama setahun. Pada tanggal 24 Agustus 1943, Daryono menerima surat pemberhentian tertanggal Syowa 18-8-25. Pemberhentian tersebut dengan alasan perampingan atau pengurangan jumlah pegawai, Daryono diberhentikan dari pekerjaannya.
Surat Keterangan Daryono Pernah Bekerja di ANIEM
Harap diperhatikan bahwa tahun yang tertulis pada surat adalah tahun Showa alias tahun kekuasaan Kaisar Hirohito dan bukan tahun kekaisaran Jepang

Setelah diberhentikan dari perusahaan listrik, Daryono kembali menganggur. Setelah lebih dari setahun menganggur, untungnya dia bisa bekerja kembali. Kali ini di Yubin Kyoku (Posts Telegraafend Telefoon 
Sumber

Dienst / Kantor Pos-Telkom) Tegal pada tanggal 20 Jugatsu 2604 atawa 20 Oktober 1944. 
Daryono bekerja di bagian yang serupa dengan pekerjaan sebelumnya dengan gaji yang sama pula. Seperti halnya bekerja di perusahaan pemerintah, Daryono memberikan surat sumpah setia kepada Pemerintah Militer Jepang. Surat ini selain ditandatangani oleh Daryono sendiri, juga ditandatangani oleh Chatib / Khatib dan Tegal Kentyo. Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, pekerjaan di pos-telkom ini bertahan lama. Saat bekerja disitu, Daryono menjadi saksi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan gesekan antara militer Inggris dan pihak Indonesia. 
Surat Sumpah Kepada Pemerintah Militer Jepang

Surat Keterangan Bekerja di Yubin Kyoku Tegal
Surat tertanggal 26 Januari 1948 ini berisi tentang keterangan Daryono pernah bekerja di Yubin Kyoku dari 20 Oktober 1944 hingga 12 April 1946

Surat Keterangan Gaji Daryono di Yubin Kyoku tertanggal Desember 1944, April serta November 1945


Mungkin anda bertanya - tanya, dari semua cerita ini apakah post ini akan masuk dalam tag murni sipil? Jawabannya tidak, karena sehabis bekerja dari kantor pos, kakek saya memutuskan untuk bergabung dengan Corps Marinier TKR Laut (Sekarang Korps Marinir TNI Angkatan Laut). Namun dia tidak bergabung di garis depan, melainkan hanya masuk di bagian administrasi. Yaitu menjadi bendahara alias di bagian keuangan atau bagian kemakmuran. Ini terjadi pada tanggal 15 April 1946, dimana dia memutuskan berhenti dari pekerjaannya dan lebih memilih masuk dinas kemiliteran saat Belanda mulai kembali ke Indonesia.
Daryono resmi masuk pada tanggal 17 April 1946 dan dia bekerja di bagian staf Kompi I, Batalion III, Pangkalan IV di Kalibakung Tegal. Tempat yang sama di mana Sekolah Angkatan Laut didirikan oleh R.E. Martadinata. Pasukan marinir yang dia ikuti bukan pasukan biasa karena menurut penuturan A.H. Nasution dalam buku TNI jilid 1 halaman 141, pasukan Pangkalan IV terkenal karena hubungan dagangnya dengan Singapura. Untuk pasukan ini sendiri, memang tidak gampang untuk menelusurinya. Untungnya beberapa informasi dapat ditemui di buku "TNI Angkatan Laut dalam Gambar 1945 - 1950", terbitan Dinas Sejarah TNI AL pada tahun 1980 dibawah ini.
Panji Korps Armada IV Tegal 
Pada bagian bawah panji terlihat beberapa nama tempat dan tahun.
Tahun - tahun tersebut melambangkan penempatan pasukan saat bertugas di masa Revolusi Kemerdekaan.
Tulisan pada panji yang dipakai oleh TKR laut ini sepertinya mengikuti model panji Belanda.
Belanda sendiri juga mendasarkan model panjinya dari Perancis

Pangkalan tempat Daryono mengabdi adalah satu dari beberapa pangkalan angkatan laut yang dibentuk pada tahun 1946. 

Mayor Laut Agus Subekti
Komandan Corps Marinier Pangkalan IV Tegal
 1945 - 1947


Bangunan TKR Laut Pangkalan IV / Korps Armada IV Tegal
Bangunan paling bawah adalah tempat dimana Daryono mengabdi saat itu

Anggota TKR Laut Pangkalan IV / Korps Armada IV Tegal
Berfoto bersama juru medis wanita

Sayang tidak tersisa surat - surat militer dari kakek saya ini. Kemungkinan surat tersebut sudah disita yang nantinya akan saya jelaskan dibawah. Dari buku yang sama pula, paling tidak kita bisa membayangkan seperti apa surat TKR laut itu.




Sersan TKR Laut

Pangkat TNI AL pada tahun 1950
Sumber

Emblem Korps Administrasi TNI AL
Pada masa kini
Sumber

Karier Daryono di militer meskipun hanya di bagian staf, termasuk unik. Karena saat dia masuk, dia langsung menjabat sebagai bintara. Selain itu pula, gaji yang diterima juga tidaklah kecil yaitu 75 rupiah. Apakah ini disebabkan karena latar belakang Daryono yang berpendidikan? Yang pasti, pada masa itu pangkat tertinggi yang dia dapat adalah Sersan laut. Padahal pangkat dibawahnya adalah Kelasi II, Kelasi I, dan Kopral. Dengan tidak adanya dokumen militer yang tersisa, latar belakang pangkat militer dia akan tetap menjadi misteri.
Tetapi perpangkatan ini pula, terdapat inkonsistensi. CV beliau menuliskan bahwa dia mendapat pangkat Kopral I/I. Sedangkan CV lainnya, dia menerangkan bahwa pangkat dia adalah Sersan Laut. Kesaksian dari kolega marinirnya juga kurang membantu. Mereka hanya menuturkan bahwa Daryono menjabat sebagai Kepala Keuangan.
Kesaksian dari rekan dan atasan Daryono yaitu S. Wiworo, Moerwachdat Reksoatmodjo, Mochamad Sapari Mitrohartono dan Djauhari.

Daryono sendiri dalam dinas militernya sempat menyaksikan pergantian nama TKR menjadi TNI. Selain itu pula, dia mungkin sempat melihat perubahan kebijakan militer terhadap pangkalan tempat dia bekerja. Terutama yang terjadi pada tahun 1947, dimana pangkalan diubah menjadi Corps Armada. Saat itu posisi Tegal sebagai pangkalan diubah ke Pekalongan.

Sayangnya sekali lagi, seperti halnya pekerjaan sebelumnya, karier Daryono di militer terbilang singkat. Di waktu itu, Belanda mulai membangun kembali pengaruhnya yang sempat hilang. Salah satunya dengan melakukan operasi polisionil atau kita lebih mengenalnya sebagai Agresi Militer. Saat Agresi Militer I terjadi pada 20 Juli 1947, Corps Marinier Tegal tergabung pada Divisi II Gunung Jati yang dipimpin oleh Gatot Soebroto. Selain itu pula pihak Corps Marinier sempat mengirim 25 kali pasukan ke front Semarang untuk menghadang Belanda. Tercatat mereka menjadi pasukan terdepan pada pertempuran di Sragi, Kalibakung, Bumijawa, Watukumpul, dan lain sebagainya. Untuk persenjataan sendiri, mereka selain mendapat persenjataan dari hasil selundupan di Singapura, terdapat pula pabrik senjata di Pagongan untuk mencukupi kebutuhan. Seperti halnya Demakijo, pabrik Pagongan menghasilkan berbagai macam senjata seperti tekidanto, sten gun, granat gombyok, hingga senjata tajam.
Anggota Corps Marinier Corps Armada IV Berpatroli di Pemalang

Di lain pihak, Belanda mengerahkan Brigade V dibawah pimpinan Jan Meijer dan Brigade W pimpinan van Gulik. Mereka sebelumnya sudah menguasai Bandung lalu meneruskan operasi ke Jawa Tengah melalui jalan berbeda dan melakukan link up di Cirebon. Akhirnya elemen Brigade W yaitu Resimen Infantri 2 - 4 mencapai Tegal.
Kalah dalam hal persenjataan, Nasution memerintahkan pasukan Indonesia untuk melaksanakan strategi gerilya dalam menghadapi serangan Belanda. Yaitu dengan cara menghindari serangan besar-besaran pasukan Belanda dan mundur ke “daerah - daerah kantong”. Di Jawa Tengah sendiri, Belanda mengerahkan Divisi B yang bergerak dari Bandung menuju Cirebon, Cilacap, Purwokerto, dan Tegal.
Sayangnya di salah satu aksi pertempuran, Daryono tertangkap oleh Belanda pada tanggal 25 Juli 1947. Kemungkinan saat dia mundur bersama elemen pasukannya. Dia ditawan, kemungkinan oleh elemen Resimen Infantri 2 – 4. Setelah diproses oleh MID (Militaire Intellegentie 
Penjara Tegal.
Sumber
Dienst – Dinas Intelijen Militer) dan dokumen militernya disita, Daryono dikirim ke HvG Tegal 
(Huis van Gevangenis – Rumah Penjara) pada tanggal 20 Oktober 1947. Di sini dia berstatus sebagai tahanan militer.
Pada 7 November 1947, Belanda melepas Daryono. Sebelumnya pada 5 Agustus 1947, Agresi Militer Belanda I usai. Dengan bergabungnya beliau dengan TNI, anda pasti membayangkan apakah kakek saya mendapatkan medali seperti Satyalancana Perang Kemerdekaan? Sayang sekali, kakek saya tidak mendapatkannya karena beliau tertangkap oleh Belanda sesaat sebelum Agresi Militer Belanda I usai.

Tawanan Perang Indonesia di Bali
Dari buku "Api Nan Tak Kunjung Padam"

Uniknya setelah keluar dari penjara, Pemerintah Recomba Belanda melihat bahwa Daryono mempunyai kemampuan. Alhasil Belanda pada 30 Januari 1948 merekrut dia untuk sementara sebagai schrijver (juru tulis) Pamong Praja di Adiwerna Tegal. Nantinya mulai 1 Februari 1948, Daryono mulai bekerja di sana. Mungkin bagi anda orang Indonesia akan bertanya - tanya dengan keputusan dia disini. Tidak nasionalis? Tidak patriotis? Saya pun tidak bisa menjawabnya kenapa dia memilih jalan hidup itu. Di waktu yang bersamaan, Daryono dikaruniai anak perempuan yang juga sebagai anak pertama.
Dokumen Recomba Perihal Pekerjaan Baru Daryono

3 hari sebelum Agresi Belanda II yaitu pada 16 Desember 1948, Belanda memutuskan untuk menahan Daryono. Masih misteri pula mengapa Belanda menahan kembali dia. Apakah mungkin karena latar belakang Daryono yang pernah menjadi TNI? Ataukah mungkin dia ikut serta dalam gerakan bawah tanah? Atau mungkin dia dianggap simpatisan republik? Menjadi tanda tanya besar mengapa dia dipenjarakan. Alhasil Daryono kembali lagi ke HvG dan ditahan hingga tanggal 5 Januari 1949. Bedanya dengan penahanan pertama, kali ini dia berstatus sebagai tahanan politik.
Setelah dibebaskan, Belanda mengambil keputusan untuk menetapkan status pekerjaan Daryono. Selain itu, kenaikan gaji juga diberikan kepadanya. Langkah ini mungkin diberikan Belanda agar dapat mengikat loyalitas Daryono setelah diperlakukan dengan tidak semestinya. Namun langkah-langkah Belanda ini tidak menyebabkan Daryono kehilangan loyalitasnya kepada Indonesia. Saat Belanda bersiap meninggalkan Indonesia, dia ikut serta dalam PPTNI (Panitya Penyokong Tentara Nasional Indonesia) cabang Tegal pada tanggal 16 September 1949. Di panitia tersebut, dia menjabat sebagai Penulis I di kantor cabang Adiwerna. Apakah mungkin ini adalah bukti yang dicari oleh Belanda saat menahan beliau? Adanya kecurigaan loyalitas kepada Indonesia?
Dokumen Kenaikan Gaji Daryono di Recomba

Tanda Anggota PPTNI

Pada masa ini pula, dia bergabung dengan PRIS atau Partai Rakyat Indonesia Serikat. Partai yang jujur saya masih belum bisa menemukan sejarahnya. Apakah anda ada yang mengetahuinya?

Akhirnya saat kedaulatan Indonesia sudah berpindah tangan, Daryono tetap bertahan di tempat kerjanya. Ini juga diperkuat dengan keluarnya surat perintah dari Gubernur Jawa Tengah Boediono pada 1 Januari 1950. Surat tersebut menjelaskan bahwa elemen dalam lingkungan instansi Pemerintahan Republik Indonesia Serikat harus tetap melanjutkan pekerjaan. Segala penggantian posisi jabatan menunggu keputusan lebih lanjut. Alhasil Daryono tetap dapat melanjutkan pekerjaannya di Adiwerna. Nanti pada akhirnya dia bisa tetap bekerja di dalam lingkungan Pamong Praja Indonesia. Setahun kemudian, ayah saya lahir.

Sekedar sedikit tambahan, nantinya Daryono sempat "menikmati" kembali kehidupan militer. Kali ini pada tahun 1963 saat mengikuti latihan kemiliteran untuk pegawai negeri sipil. Terlihat dia masih mengingat jelas senjata lamanya yaitu Lee Enfield dan Sten Gun, dimana nilai sangat baik dia peroleh disini. Namun sayangnya dia hanya menguasai teori persenjataan dan nilai menembaknya LTWO. Mungkin karena Daryono berkacamata, TNI tidak memberi dia kesempatan menembak???

Jadi beginilah cerita perjalanan hidup Daryono Harjowidagdo. Bagaikan pendulum yang mengayun atau roda yang berputar, peribahasa tersebut benar - benar terjadi dalam sejarah dia. Sayang beliau sudah meninggal jauh sebelum saya menjadi mahasiswa. Jika dia masih hidup, saya akan "menginterograsi" dia soal sepak terjang Pangkalan IV dan mengapa dia bergabung dengan recomba. Selain itu pula, saya patut berterima kasih kepada dia karena mungkin ketertarikan saya kepada sejarah diturunkan dari beliau. Serta baik kakek, ayah dan anak, semuanya adalah kolektor buku. hehehe
Oh dan jika anda bertanya - tanya tentang ayah dari ibu saya. Well saya belum tahu banyak tentang dia karena beliau meninggal lama jauh sebelum saya lahir. Namun kabarnya meskipun dia orang desa, dia dipanggil oleh para tetangganya "ndoro" (tuan) karena dia mendapat seorang wanita keturunan keraton. Ibu saya sampai malu mendengarnya. hehehe
CV Daryono

Berbicara tentang S.C.S., S.C.S. merupakan singkatan dari Semarang-Cheribonsche-Stoomtram-maatschappij, perusahaan kereta api swasta Belanda. Perusahaan tersebut merupakan satu dari tiga perusahaan kereta api swasta terkemuka pada masanya. Kedua perusahaan lainnya adalah Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (N.I.S.) dan Samarang-Joana Stoomstram Maatschappij (S.J.S.). Dalam sejarahnya, S.C.S. mengoperasikan jalur sepanjang 230 kilometer yang menghubungkan Semarang dengan Cirebon via Pekalongan dan Tegal. Selain mengoperasikan perkereta apian, S.C.S. juga mendirikan beberapa stasiun kereta api. Contohnya adalah Stasiun Pendrikan pada tahun 1897 dan Stasiun Poncol pada tahun 1914, keduanya berada di Semarang; Stasiun Prujakan di Cirebon pada tahun 1911; dan lain sebagainya. Di Pekalongan, S.C.S. mengoperasikan jalur Pekalongan – Kedungwuni – Wonopringgo dan salah satu jalur S.C.S. adalah Kraton. Kraton disini bukan berarti dekat keraton, namun jalur tersebut berada dekat pasar kraton di Pekalongan.

A.N.I.E.M. merupakan singkatan dari Algemene Nederlandsch Indisch Electriciteit Maatschappij atau Perusahaan Umum Listrik Hindia Belanda. Perusahaan yang berdiri pada tanggal 26 April 1909 ini adalah perusahaan swasta yang bermarkas di Gambir, Batavia. Perusahaan ini menguasai 40 % dari kelistrikan di Hindia-Belanda dan dikenal mempunyai kinerja yang baik. Tetapi kinerja ini terhenti saat bala tentara Nippon datang. Dan pengganti A.N.I.E.M. yaitu Tyubu Java Denki Jigyo Kosha dan Tyubu Java Denki Jigyo Sya tidak bisa mengulangi kinerja baik A.N.I.E.M. Ini dikarenakan adanya salah urus pada masa tersebut.

Usia: 1936 - 1963


PS: Waktu upload artikel ini saya sesuaikan dengan percakapan terakhir saya dengan ayah saya sesaat sebelum dia meninggal. Yap, saya adalah orang terakhir yang berbicara dengan beliau ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar